Lingkungan Kerja Kamu Toxic? Check 5 Tanda Ini!

Lingkungan Kerja Kamu Toxic? Check 5 Tanda Ini!

Kenali 5 tanda bahwa kamu sedang berada di lingkungan kerja yang toxic | Sumber: Unsplash (Taylor Grote)

SohIB pernah ngerasain capek dengan dunia perkarieran? It’s like.. dunia nggak ada habisnya untuk sekedar beristirahat. Deadline belum tercapai, lembur setiap malam, bos dan rekan kerja kurang suportif, dan masih banyak hal lagi yang sangat mudah memicu emosi dan membuat fisik semakin lelah. Well, perasaan ini valid kok, SohIB! Hampir semua orang sangat tahu rasanya berjuang dan kadang upaya kita terasa belum cukup untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Namun, bagaimana jadinya apabila the problem is not coming from you, but your environment? Adakah SohIB di sini yang pernah mendengar tentang toxic work environment? Yup, istilah ini merujuk pada suatu lingkungan kerja, personal, dan atau budaya kerja yang tidak sehat dan bisa memengaruhi kesehatan mental orang yang bekerja di dalamnya.

Situasi ini hanya menguntungkan satu pihak (biasanya sumber toksik itu sendiri), memberikan dampak buruk seperti tertekan, gelisah, tidak percaya diri, produktivitas terganggu, karier tidak berkembang, bahkan tidak terpenuhinya hak-hak pekerja. Waduh, kelihatannya kok, serem banget, ya?

So, agar kita lebih cepat mengenali ciri-ciri lingkungan kerja yang toksik, ada baiknya untuk membaca ulasan berikut ini!

Baca juga: Mengenal Mindfulness, Agar Hidup Lebih Positif!

Hak Karyawan Tidak Diberikan

Ah, masa sih, orang mau-mau aja kerja tanpa peraturan yang pasti? Well, tahukah kamu bahwa banyak orang di dunia ini yang ‘terjebak’ untuk tetap bekerja meskipun kantornya tidak memberikan hak karyawan yang semestinya? Hal ini semakin diperparah oleh tingginya persaingan untuk mendapatkan kerja dan tuntutan hidup yang semakin besar.

Aturan kantor yang kurang jelas, manajemen perusahaan kurang berjalan sesuai visi misi, gaji atau bonus tidak diberikan seperti perjanjian, dan menghilangkan hak libur karyawan adalah bagian dari lingkungan kerja yang toksik.

Kehidupan Kerja Lebih Besar Ketimbang Kehidupan Pribadi

https://unsplash.com/photos/kFVmYjK6hZ8 Photo by whoislimos on Unsplash
(Bagaimana rasanya saat kamu harus tetap bekerja di hari libur? | Sumber: Unsplash (whoislimos)

Poin kedua ini sangat besar potensinya dilalui oleh mereka yang bekerja dengan sistem WFA atau WFH. Kayaknya sih, kerjanya bisa di mana saja, waktu fleksibel, dan cukup bermodalkan gadget dan internet! Faktanya, banyak karyawan WFA dan WFH yang mengeluhkan ‘panjangnya’ jam kerja karena bos atau rekan satu tim justru bisa menghubungi sewaktu-waktu.

Bayangkan saja, bila kamu sudah tutup laptop dan sedang nongkrong bersama teman-teman, tiba-tiba bos meminta SohIB untuk zoom meeting segera! OMG, siapa sih, yang tahan bisa tetap bekerja di waktu libur atau istirahat?

Baca juga: Bagaimana Cara Mengatasi Crab Mentality, ya?

Atasan atau Rekan yang Kurang Suportif

Dalam ranah profesional, membeda-bedakan perlakuan satu dengan yang lainnya merupakan tindakan yang toksik. Ingat guys, bersikap tidak adil dan menghormati seseorang berdasarkan posisi jabatan adalah hal yang berbeda! Tidak ada seorang pun yang ingin mendapatkan diskriminasi.

Tak hanya itu saja, ketika sedang berdiskusi, hati-hati dengan rekan kerja yang senang mencari perhatian atau pandai menjatuhkan! Perbedaan opini sangatlah wajar, akan tetapi, orang yang ‘tidak sehat’ biasanya senang menyerang sesamanya dan kurang menghargai anggota tim. Pernahkah SohIB bertemu dengan orang seperti ini?

Skill Kamu Tidak Berkembang

Sebuah tanaman yang segar, apabila tidak dipupuk dan disiram dengan baik, lama-kelamaan akan layu juga. Sama halnya dengan keahlian kita, apabila perusahaan tidak pernah memberikan kesempatan untuk kita mengembangkan potensi dan terjebak dari atasan yang egois tidak ingin tersaingi, ada baiknya kamu mempertimbangkan untuk resign.

Banyak orang yang berpikir untuk menunda resign karena ‘percaya’ suatu saat perusahaan akan berubah lebih baik. Memang bukan sesuatu yang mustahil terjadi, but guys, hari ini atau nanti, menunggu dan terus disakiti adalah sesuatu yang terlalu mahal dan tidak sepadan, bukan?

Hilangnya Motivasi dan Tubuh Sering Sakit

https://unsplash.com/photos/8dvyPDYa35Q Photo by Usman Yousaf on Unsplash
Demotivasi dan sering sakit bisa memberikan efek buruk dalam jangka panjang | Sumber: Unsplash (Usman Yousaf)

Demotivasi memang tidak melulu disebabkan oleh faktor eksternal saja. Namun, bila kondisi ini terjadi ketika sudah tiba di kantor atau sedang memikirkan pekerjaan, bisa saja memang hal tersebut berhubungan. Gejala yang menyerang fisik seperti insomnia, sering stres, emosi tidak terkontrol, hingga menyebabkan psikosomatis juga tidak boleh SohIB abaikan, ya!

Mengenali bahwa lingkungan kerja kamu mungkin tidak sehat adalah langkah preventif demi kesehatan fisik dan mental. Waspadai beberapa ciri di atas, karena sejatinya, toksik bisa ‘membunuh’ kita secara perlahan, tetapi juga ‘memaksa’ kita untuk terus berdampingan. So, semoga artikel kali ini bermanfaat, ya!

Baca juga: Mengenal Toxic Positivity dan Cara Menghindarinya

Jangan lupa untuk terus ikuti artikel-artikel seru lainnya hanya di sohib.indonesiabaik.id, ya! Banyak lo, informasi menarik nan lengkap yang harus banget kamu baca. Nggak hanya itu aja! Jika kamu memiliki passion di bidang kepenulisan dan ingin senantiasa berkembang, join jadi kontributor SohIB dan dapatkan banyak benefit-nya!

Oiya, SohIB.id juga punya komunitas keren yang selalu aktif memberikan berbagai pelatihan, webinar, diskusi, dan bagi-bagi merchandise cantik, lo! Skuy, langsung gabung aja di sini! So, sampai berjumpa lagi dan salam Sobat Baik Indonesia Hebat! (AJ)