Mengenal Toxic Positivity dan Cara Menghindarinya

Mengenal Toxic Positivity dan Cara Menghindarinya

Ternyata, beberapa kalimat yang sering dilontarkan kita berpotensi mengandung toksik, lo! | Sumber: Unsplash (Angel Lopez)

Belakangan ini, ramai di media sosial yang membahas tentang toxic. Hal ini bisa dikaitkan dengan berbagai macam, seperti lingkup pertemanan, hubungan dengan pasangan, dan lingkungan itu sendiri. Mendengar kata toxic, apa yang terlintas dalam benak SohIB? Sesuatu yang auranya tampak gelap, jahat, dan tidak baik untuk diri kita?

Berasal dari kata bahasa inggris, toxic memiliki arti racun. Seperti namanya, toksik merujuk pada suatu perbuatan yang yang memiliki dampak buruk, merusak mental, dan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Wah, seram banget, ya?

Sedangkan toxic positivity adalah situasi di mana seseorang berusaha menolak perasaan negatif yang ia atau orang sekitarnya rasakan, dan memaksa pikiran untuk tetap positif dengan segala sesuatu.

Baca juga: Ragam Aroma Essential Oil dan Manfaatnya

Mengapa Toxic Positivity Merugikan?

https://unsplash.com/photos/pTUCMqXCOrk Photo by Ehimetalor Akhere Unuabona on Unsplash
Toxic positivity bersifat destruktif bagi diri sendiri dan lingkungan | Sumber: Unsplash (Ehimetalor Akhere Unuabona)

Toksik yang positif dapat menjadi sangat berbahaya karena membuat seseorang cenderung tidak jujur terhadap apa yang ia rasakan. Pada dasarnya, setiap manusia memiliki emosi dan diharapkan mampu mengontrolnya. Namun, bila kontrol yang dibuat terlalu berlebihan, tentu tidak serta merta menjadikannya baik.

Perasaan sedih, marah, cemas, dan semacamnya apabila dibiarkan meluap berpotensi menjadikan individu sebagai orang yang terlalu ekspresif dan mengakibatkan ketidaknyamanan terhadap lingkungan sekitar. Sama juga dengan kita saat membiasakan diri untuk menahan emosi negatif terlalu keras dan menutupinya bersama perkataan yang positif tanpa batas tertentu.

Toxic positivity memaksa pikiran untuk berjuang mengatasi reaksi buruk dalam hatinya dengan perkataan-perkataan yang positif, tetapi justru bernada merendahkan dan membuat mental semakin jatuh.

Hati-hati ya, SohIB, toxic positivity adalah perasaan yang ‘sangat dekat’ bagaikan benalu untuk mereka yang terbiasa memendam reaksi dalam diri. Racun ini dapat mudah menular kepada orang lain juga. Toksik yang positif membuat seseorang menjadi kurang nyaman mengekspresikan emosinya, tidak percaya diri, menghindari menyelesaikan masalah karena merasa terlalu baper tidak baik, cenderung menyalahkan diri, kesulitan berpikir kritis, hingga mudah menjustifikasi lingkungan yang ‘lebih jujur’ terhadap apa yang dirasakan mereka.

Berikut adalah beberapa contoh kalimat yang akrab di pergaulan, akan tetapi sebenarnya mengandung toxic positivity:

“Kamu sudah hebat karena mendapatkan juara dua, meskipun aku yakin jika kamu berusaha lebih, kamu akan mendapatkan yang pertama.”

“Jangan terlalu dipikirkan… aku masih bisa tidur dengan nyaman meskipun masalahku jauh lebih berat dibandingkan dirimu sekarang.”

“Lebay banget, sih! Ini kan bukan sesuatu yang penting untuk ditangisi!”

“Mau bagaimana lagi, ini memang perbuatanmu sehingga sudah pasti kamu yang harus menanggung akibatnya.”

Cara Agar Terhindar dari Toxic Positivity

Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat SohIB terapkan agar terhindar menjadi pribadi yang toxic positivity dan juga menjadi racun bagi orang lain:

  1. Bersikap jujur: jangan berusaha membohongi diri apabila sedang merasa down. Sudah sewajarnya manusia sesekali sedih dan gembira dalam kehidupannya. Bahkan, sangat mungkin orang yang sedang berduka, masih tetap tersenyum untuk sesuatu yang memang menghiburnya.
  2. Cintai diri: kitalah yang paling memahami diri kita. Katakan juga pada orang lain yang berada dalam situasi tidak nyaman, bahwa mencintai diri adalah langkah awal seseorang mau terbuka dan memahami kondisinya ataupun sekitarnya.
  3. Jangan membandingkan-bandingkan: ingat, setiap individu memiliki pengalaman dan perasaan yang berbeda, meskipun masalahnya tampak sama. Kita tidak pernah benar-benar tahu kondisi seseorang, bahkan bila kita sudah lama mengenalnya.
  4. Minta bantuan pada mereka yang kita percaya: manusia diciptakan oleh Tuhan tidak bisa selamanya berdiri sendiri. Pilihlah seseorang atau beberapa yang dapat kita percayai untuk memberikan nasihat saat sedang sedih. Sebaliknya, jadikan diri kita sebagai orang yang mampu diandalkan saat memotivasi.

Baca juga: Mengapa Etos Kerja Penting?

Toxic positivity bisa dilontarkan pada siapapun untuk siapa saja, termasuk diri sendiri. Oleh sebab itu, marilah kita bersama membangun ekosistem yang lebih sehat untuk mental. Dengan demikian, semoga energi yang positif akan senantiasa bersama kita, sehingga hidup  akan semakin produktif.

Jangan lupa untuk terus ikuti artikel-artikel seru lainnya hanya di sohib.indonesiabaik.id! Banyak lo, informasi menarik nan lengkap yang harus banget SohIB baca. So, sampai berjumpa lagi dan salam Sobat Baik Indonesia Hebat! (AJ)