Menteri PUPR Kenalkan Subak dalam World Water Congress ke-18 di Beijing, Apa Itu?

Menteri PUPR Kenalkan Subak dalam World Water Congress ke-18 di Beijing, Apa Itu?

Menteri PUPR perkenalkan Sistem Subak dalam World Water Congress | https://live.appqian.com/live/?pid=oh/5lEvm7PMuLgKQ

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Indonesia, Basuki Hadimuljono hadir dalam acara World Water Congress ke-18 yang diadakan di Beijing, Tiongkok.

Pertemuan yang mengangkat tema besar Water of All: Harmony between Human and Nature ini diselenggarakan pada 11-15 September 2023.

Selain Indonesia, World Water Congress ke-18 ini juga dihadiri oleh beberapa negara lainnya, seperti tuan rumah Tiongkok, Afrika Selatan, dan Belanda.

Pada kesempatan ini, Menteri Basuki turut mempromosikan Indonesia yang akan menjadi tuan rumah pada World Water Forum ke-10 di Bali pada 2024 nanti.

Basuki menyebutkan bahwa Bali menjadi tempat yang tepat untuk gelaran World Water Forum ke-10 dan memiliki keterkaitan dengan tema yang diusung, yaitu Water for Shared Prosperity.

Mewujudkan Akses Air dan Sanitasi untuk Semua Sesuai Goal SDG Nomor 6!

Apalagi Bali dikenal sebagai salah satu wilayah yang melibatkan air dalam seluruh aspek kehidupannya. Salah satu dari contoh penerapan ini dikenal dengan Sistem Subak.

"Sistem Subak yang dipraktekkan Indonesia sangat erat kaitannya dengan topik besar Water for All : Harmony Between Human and Nature yang diangkat dalam 18th World Water Congress," ucap Basuki Hadimuljono, dilansir dari laman Pu.go.id.

"Subak merupakan sistem irigasi Bali sebagai perwujudan tatanan hukum budaya dengan ciri-ciri yaitu kemandirian sosial, ketahanan pangan, dan  kekuatan agama dengan tekad dan semangat gotong royong
memperoleh air untuk menghasilkan makanan, khususnya beras dan palawija," jelasnya lagi.

Menteri PUPR tersebut juga menambahkan bahwa Sistem Subak ini akan menjadi salah satu destinasi yang dikunjungi dalam World Water Forum ke-10 pada tahun depan.

Lantas, apa itu Sistem Subak yang diperkenalkan oleh Menteri Basuki dalam World Water Congress ke-8 di Beijing?

Mengapa Dunia Krisis Air Bersih?

Mengenal Sistem Subak

Sistem Subak
Ilustrasi, Penerapan Sistem Subak | Pexels (Julien Pannetier)

Pada Juni 2012 lalu, UNESCO menetapkan Subak sebagai salah satu warisan budaya dunia.

Penetapan ini didasari pada keberhasilan masyarakat adat dalam menerapkan Sistem Subak untuk mengelola sumber daya air secara berkelanjutan dan bisa dicontoh oleh khalayak luas.

Secara singkat, Subak merupakan sebuah sistem pengairan yang diterapkan untuk mengatur pembagian irigasi pada area persawahan masyarakat secara adil dan merata.

Sistem Subak ini tidak hanya diterapkan di lahan pertanian yang bersifat basah, seperti sawah, akan tetapi juga bisa diaplikasikan di lahan pertanian kering atau tegalan.

I Wayan Budiasa dalam artikelnya, "Peran Ganda Subak untuk Pertanian Berkelanjutan di Provinsi Bali" yang terbit di Jurnal AGRISEP menyebutkan bahwa Sistem Subak merupakan tiga pilar utama, selain desa adat keberadaan Agama Hindu, yang menjadi penopang kemasyuran di Bali.

Sistem irigasi ini memiliki lima ciri-ciri utama dalam penerapannya, yaitu sosio-agraris, religius, ekonomis, dinamis, dan mandiri.

Hal ini membuat Sistem Subak menjadi perwujudan dari hubungan erat antara Tuhan, manusia dan alam.

Selain itu, Sistem Subak juga menampilkan penerapan konsep Tri Hita Karana, yakni menyatukan alam roh, alam manusia, dan alam lingkungan.

Mengelola Sumber Daya Air Tak Semudah Menuang Air Galon

Penerapan Sistem Subak mulai menghadapi berbagai macam tantangan di era modern pada saat ini.

Bali yang dikenal sebagai destinasi wisata unggulan di Indonesia membuat banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, banyak berdatangan ke Pulau Dewata tersebut.

Peningkatan ini membuat banyak area pertanian yang ada di Bali mulai menyusut beralih fungsi menjadi bangunan-bangunan tempat wisata.

Yogi Setya Permana dalam artikelnya, "Mampukah Subak Bertahan? Studi Kasus Ketahanan Sosial Komunitas Subak Pulagan, Gianyar, Bali" yang terbit di Jurnal Masyarakat Indonesia menuliskan beralih fungsinya area pertanian ini mengakibatkan terjadinya krisis air di Pulau Bali.

Semoga keberadaan Sistem Subak bisa terus terjaga hingga masa yang akan datang, sehingga ketersediaan air bersih, khususnya di Pulau Bali bisa aman dan terus terjaga.

 

Referensi:
- https://pu.go.id/berita/hadiri-special-session-dalam-18th-world-water-congress-di-beijing-menteri-basuki-angkat-sistem-irigasi-subak-di-bali
- I Wayan Budiasa, "Peran Ganda Subak untuk Pertanian Berkelanjutan di Provinsi Bali" dalam Jurnal AGRISEP, vol. 9, no. 2, 2010, hal. 153-165.
- Yogi Setya Permana, "Mampukah Subak Bertahan? Studi Kasus Ketahanan Sosial Komunitas Subak Pulagan, Gianyar, Bali" dalam Jurnal Masyarakat Indonesia, vol. 42, no. 2, 2016, hal. 219-232.