Ini Dia Kontribusi Indonesia dalam Mengurangi Pemanasan Global!

Ini Dia Kontribusi Indonesia dalam Mengurangi Pemanasan Global!

Pemanasan global | Unsplash (Marek Piwnicki)

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi 

Good day, SohIB! Apa kabar? Sudah tahukah kamu tentang pemanasan global? Yup, pemanasan global menjadi salah satu isu global yang menjadi perhatian seluruh dunia. Secara umum, pemanasan global adalah kondisi dimana suhu rata-rata bumi meningkat secara bertahap akibat peningkatan aktivitas gas rumah kaca di atmosfer.

Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), suhu rata-rata bumi meningkat sekitar 0,8 derajat Celsius dalam 100 tahun terakhir. Pastinya. bikin kita khawatir, kan, SohIB? Oleh karena itu, pada tahun 2015, sebanyak 171 negara di seluruh dunia menandatangani Perjanjian Paris sebagai bentuk kesepakatan global untuk mengatasi perubahan iklim yang ekstrim ini.

Dalam Perjanjian Paris, setiap negara berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan mengurangi pemanasan global. Setiap negara menyatakan komitmennya melalui Nationally Determined Contribution (NDC) untuk periode 2020-2030. NDC sendiri adalah rencana aksi nasional yang berisi target, strategi, dan program untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Indonesia termasuk salah satu negara yang menandatangani Perjanjian Paris dan mengajukan NDC.

Penasaran seperti apa kontribusi Indonesia? Mari kita lihat lebih dekat seperti apa komitmen Indonesia dalam mengurangi pemanasan global. Simak artikel berikut sampai habis, yaa!

Komitmen dan Kontribusi Indonesia Mengurangi Pemanasan Global

Polusi udara dari pabrik
Polusi udara dari pabrik | Unsplash (Marcin Jozwiak)

SohIB, kamu tahu nggak, kalau Indonesia punya target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan usaha sendiri, dan bisa sampai 41% jika dapet dukungan dari negara lain? Keren banget, ya upaya kita dalam mengurangi dampak pemanasan global ini! Agar lebih jelas, berikut adalah 2 komitmen yang dilakukan oleh Indonesia, antara lain:

  1. Menggunakan Non-Ordinary Portland Cement (Non-OPC) untuk Pembangunan Infrastruktur Pemerintah

Menteri PUPR RI Basuki Hadimuljono pernah bilang nih, kalau salah satu sumber emisi gas rumah kaca yang nggak main-main berasal dari aktivitas konstruksi. Biar masalah ini bisa diatasi, Kementerian PUPR RI menerbitkan Instruksi Menteri nomor 4 tahun 2020 tentang Penggunaan Non-Ordinary Portland Cement (Non-OPC) pada Pekerjaan Konstruksi. Selain itu, pak Basuki juga mengatakan, bahwa:

Saat ini, Kementerian PUPR RI punya tanggung jawab yang gede banget nih, SohIB! Mereka harus membangun infrastruktur Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan konsep Smart Forest City. Nah, untuk memenuhi syarat spesifikasi pembangunan tersebut, mereka akan memakai semen Non-OPC yang lebih ramah lingkungan dan bisa mengurangi emisi gas rumah kaca.

Tidak seperti semen OPC biasa yang bikin emisi gas tambah parah. Kalau pakainya semen Non-OPC, diharapkan bisa signifikan nih pengurangannya. Tentunya ini jadi kabar baik untuk lingkungan kita ya, SohIB!

10 Teknologi Utama Menuju Indonesia Maju 2045, Apa Itu?
  1. Menggunakan Metode Co-Firing 

Pemanfaatan EBT
Pemanfaatan EBT | Unsplash (Dominik Vanyi)

Energi fosil jenis batu bara sudah menjadi kawan dekat negara Indonesia sejak dahulu kala. Namun, saat ini persediaannya sudah semakin sedikit dan terbukti memberikan dampak buruk bagi lingkungan karena menghasilkan emisi gas rumah kaca yang meningkatkan pemanasan global.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk beralih ke energi baru terbarukan adalah dengan menggunakan metode co-firing pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). SohIB sudah tahu belum, apa itu metode co-firing? Secara singkat, metode co-firing adalah penggunaan bahan bakar bersamaan antara bahan bakar fosil dengan biomassa, seperti serbuk gergaji, jerami, dan limbah pertanian lainnya.

Hal ini tentu akan memberikan banyak sekali manfaat untuk lingkungan, antara lain adalah mengurangi emisi gas rumah kaca karena biomassa yang digunakan adalah bahan bakar bersih, lo! Beberapa PLTU yang sudah menerapkan metode co-firing ini adalah PLTU Suralaya di Jawa Barat dan PLTU Pacitan di Jawa Timur. Pembangkit listrik tersebut menggunakan campuran antara batubara dan serbuk kayu gergaji atau sekam padi sebagai bahan bakar, yang dapat mengurangi emisi karbon dioksida hingga 10% dan sulfur dioksida hingga 20%. Keren banget, ya!

Nah, itu dia 2 program dan kebijakan yang telah dijalankan oleh negara Indonesia untuk berkontribusi dalam mengurangi pemanasan global. Namun, kita sebagai masyarakat juga perlu turut serta dalam menjaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan menerapkan gaya hidup yang ramah lingkungan.

Jangan lupa untuk terus mendukung program-program yang ada agar Indonesia dapat terus memperbaiki lingkungan dan mengurangi dampak negatif pemanasan global ya, SohIB! Yuk, bersama-sama kita menuju Indonesia yang bebas polusi!