BKKBN Gagas Program De'Best Demi Desa Bebas Stunting

BKKBN Gagas Program De'Best Demi Desa Bebas Stunting

Stunting perlu diberantas bersama | Sumber: Unsplash (Rainier Ridao)

Pemerintah terus berupaya untuk menurunkan angka stunting di Indonesia, dengan menyasar desa dan atau kelurahan. Oleh sebab itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menggagas program desa bebas stunting atau disingkat dengan nama De’Best. Dengan demikian, ada peningkatan praktik baik pengasuhan dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK) di desa atau kelurahan.

Selain itu, diharapkan program De’Best juga bisa menghadirkan dukungan anggaran yang tercantum dalam dokumen perencanaan program dan anggaran desa atau kelurahan, serta membantu masyarakat akan adanya inovasi pembangunan di desa atau kelurahan, seperti yang dilansir dari indonesia.go.id.

Jumlah Provinsi Indonesia Terus Bertambah, Apa Tujuannya?

De’Best sejalan dengan amanat Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Dalam regulasi ini disebutkan bahwa pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

Menurut rilis media, akses akta kelahiran dan jaminan kesehatan untuk anak usia di bawah dua tahun masih minim. Terlebih lagi, belum semua anak usia di bawah dua tahun punya pengasuhan bersama dari orang tua dan mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan perkembangannya.

“Berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia, masyarakat tidak hanya sehat raganya, tetapi juga sehat jiwa dan mentalnya. Ketika stunting masih tinggi, akan memengaruhi yang lain, salah satunya indeks pembangunan manusia,” kata Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, seperti yang dikutip dari indonesia.go.id.

Adinkes Anugerahkan 20 Desa Inovator Bebas Stunting

BKKBN bekerja sama dengan Asosiasi Dinas Kesehatan (Adinkes) dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) untuk memerangi kasus stunting di Indonesia yang perkembangan sumber daya manusianya masih terbilang rendah dibandingkan negara lain.

Sebagai informasi, menurut data dalam Bank Dunia tahun 2020, pertumbuhan dan perkembangan manusia di Indonesia saat ini masih ada di urutan ke-96. Standar ukur ini untuk mencari sejauh mana organisasi menggunakan, menempatkan, dan mengembangkan individu untuk berkinerja dan membuat nilai tambah pada organisasi. Caranya melalui kompetensi keahlian dan pengetahuan (intellectual capital).

BKKBN, Adinkes, dan Kemendes PDTT memberikan apresiasi kepada pegiat desa yang berinovasi pencegahan stunting. Tercatat saat ini ada 20 desa yang sudah dinobatkan menjadi Desa Bebas Stunting 2023 oleh Adinkes.

Seluruh desa yang mendapat penghargaan ini mempunyai inovasi percepatan penurunan stunting dalam empat kategori, yaitu kategori intervensi sensitif (tidak langsung, misalnya sanitasi), kawasan tanpa asap rokok, pangan lokal, dan intervensi spesifik (langsung, seperti pemberian makanan tambahan).

Mengenal Stunting, Masih Membayangi Kita Hingga Kini

Pemenang Desa Bebas Stunting 2023

Kategori intervensi sensitif:

  • Desa Bontoloe (Sulawesi Selatan),
  • Kelurahan Mandarsari (Kalimantan Selatan),
  • Desa Purwosari (Nagan, Aceh), dan
  • Kelurahan Tanjung Pinang Barat (Kepulauan Riau).

 Kategori kawasan tanpa asap rokok

  • Desa Kire (Sulawesi Barat),
  • Kelurahan Wonotingal (Jawa Tengah), dan
  • Kelurahan Boribellaya (Sulawesi Selatan).

Kategori pangan lokal:

  • Kelurahan Jombangan (Surabaya, Jawa Timur),
  • Lumban Siagian Julu (Sumatra Utara), dan
  • Desa Pinang Merah (Jambi).

Kategori intervensi spesifik:

  • Kelurahan Sidoluhur (Sleman, DI Yogyakarta),
  • Nagari Sinuruik (Sumatra Barat),
  • Desa Ulak Teberau (Sumatra Selatan),
  • Kelurahan Jatimulya (Depok, Jawa Barat),
  • Desa Rangkah (Kebumen, Jawa Tengah),
  • Desa Kalimatong (Nusa Tenggara Barat),
  • Desa Keban Agung (Muara Enim, Sumatra Selatan),
  • Desa Kokoleh (Sulawesi Utara),
  • Desa Nglandeyan (Blora, Jawa Tengah), dan
  • Desa Cileng (Magetan, Jawa Timur).

Oiya SohIB, program De’Best sudah melahirkan hasil yang konkret, lo! Jumlah anak dengan akta kelahiran dan jaminan kesehatan makin meningkat. Kemudian, jumlah keluarga yang hadir di posyandu dan pertemuan bina keluarga balita (BKB) juga semakin tinggi.

Adapun kegiatan yang dilakukan di BKB adalah pengukuran tumbuh kembang, pembentukan karakter anak, belajar pengasuhan bersama, sampai dengan berjalannya promotif preventif pemeliharaan kesehatan, gizi, dan perlindungan anak usia di bawah dua tahun.

Angka Stunting Indonesia Terus Menurun, Kabar Baik!

Jangan lupa untuk terus ikuti artikel-artikel seru lainnya hanya di sohib.indonesiabaik.id, ya! Banyak lo, informasi menarik nan lengkap yang harus banget kamu baca.

Nggak hanya itu aja! Jika kamu memiliki passion di bidang kepenulisan dan ingin senantiasa berkembang, join jadi kontributor SohIB dan dapatkan banyak benefit-nya!

Oiya, SohIB.id juga punya komunitas keren yang selalu aktif memberikan berbagai pelatihan, webinar, diskusi, dan bagi-bagi merchandise cantik, lo! Semuanya gratis! Skuy, langsung gabung aja di siniSalam Sobat Hebat Indonesia Baik! (AJ)

#Makin Tahu Indonesia

 

 

Sumber:

https://indonesia.go.id/kategori/editorial/7773/inovasi-pencegahan-stunting-dimulai-dari-desa?lang=1