4 Alasan Mengapa Kamu Tidak Perlu Iri dengan Postingan Media Sosial Orang Lain

4 Alasan Mengapa Kamu Tidak Perlu Iri dengan Postingan Media Sosial Orang Lain

Kesuksesan orang tidak bisa disamaratakan | Sumber: Unsplash (Ruthson Zimmerman)

Di beberapa tahun terakhir, perilaku flexing semakin mudah untuk dilakukan. Apalagi, kehadiran media sosial yang beragam seakan mempermudah budaya pamer tersebut.

Berasal dari bahasa Inggris, “flexing” memiliki makna harfiah sebagai “pamer”. Sedangkan dalam penjelasannya, flexing adalah istilah yang sering digunakan oleh generasi Z untuk mendefinisikan seseorang yang senang memamerkan kekayaannya pada orang lain, terutama di media sosial.

Well SohIB, sebenarnya dari dulu sudah banyak orang yang suka memperlihatkan gaya hidupnya yang mewah dengan berbagai tujuan, misalnya butuh validasi dan ingin dianggap sukses. Namun, baru-baru ini, fenomena flexing sudah bergeser menjadi ajang mencari penghasilan.

SohIB bisa dengan mudah menjumpai berbagai konten di media sosial bertajuk “How much i spend in a day”, house tour yang meliput rumah mewah para artis, hingga wawancara singkat tentang harga outfit yang dipakai. Tayangan seperti ini hampir tidak pernah sepi penonton, sehingga dimanfaatkan oleh banyak oknum untuk melakukan kegiatan marketing dan endorsement tipis-tipis.

Mengenal Flexing, Budaya Pamer di Medsos yang Kurang Baik

Tak hanya itu saja, masyarakat pun sepertinya sudah mulai mentoleransi adanya flexing di tengah kehidupan kita. Netizen beramai-ramai memviralkan konten “pamer” dan mengirimkan beragam komentar seakan menertawakan “kemiskinan dirinya”. Nggak heran, treatment untuk menjaga kewarasan mental dan menjauhkan dari penyakit hati seperti social media detox pun hadir untuk menimbangi ini.

Sebenarnya, kamu pun tidak perlu sering berkecil hati lo, SohIB, melihat teman-teman di sekitarmu atau orang asing mendapatkan kesuksesannya. Sebab, terkadang yang kamu lihat itu bisa hanya semu semata. Kok bisa?

Tidak Semua yang Dikontenkan Benar-Benar Terjadi

Di masa sekarang, kita sudah sering mendengar kata gimmick, yakni sebuah trik yang digunakan untuk tipu muslihat. Terkadang, penggunaan strategi ini memang dimaksudkan untuk menarik perhatian orang semata. Mereka menampilkan apa yang kira-kira akan menaikkan viewers dan bisa menjadi ajang mencari penghasilan.

Wajar kalau kamu suka bertanya-tanya, bagaimana di usia yang masih terbilang muda, orang dapat menghasilkan uang sebanyak itu misalnya. Namun, kamu harus pandai-pandai juga membedakan, mana yang realistis dan mana yang tidak. Jangan sampai SohIB iri dengan hal yang tidak nyata.

Kebahagiaan Setiap Orang Itu Berbeda

Setiap orang punya level kebahagiaan yang berbeda
Setiap orang punya level kebahagiaan yang berbeda | Sumber: Unsplash (Surface)

Jangan karena melihat teman sebayamu sudah mendapatkan kesuksesannya, kamu lalu membanding-bandingkannya dengan diri sendiri (dalam konteks yang negatif). Akan lebih bahaya lagi kalau kamu kemudian menjadikan pencapaian orang lain sebagai tolak ukur kebahagiaanmu juga.

Ingat, setiap orang punya jalannya masing-masing. Kita boleh-boleh saja meniru semangat mereka demi mencapai apa yang diidam-idamkan. Namun, dengan menggunakan kebahagiaan orang lain sebagai tujuan kita juga, dikhawatirkan akan membuat kita justru tidak mencapai kesenangan yang sesungguhnya.

Aturan Tak Tertulis di Media Sosial, Patuhi Demi Kenyamanan Bersama

Contohnya, kamu tadinya tidak apa-apa mempunyai handphone merek X. Akan tetapi, melihat ada teman sedang pamer ponsel tipe Y yang lebih mutakhir, kamu malah jadi iri dan menganggap bahwa gawai milikmu sudah tidak layak dipakai. Padahal belum tentu kalau SohIB kemudian mengganti handphone Y seperti temanmu, kamu merasa lebih bahagia.

Jarang Ada yang Menampilkan Kesengsaraannya

Alih-alih sengsara, sebetulnya lebih banyak orang yang ingin dianggap happy dan sukses. Oleh sebab itu, kita pun cenderung ingin membagikan pengalaman keberhasilan, entah dengan niat pamer ataupun mau menginspirasi orang lain.

Lucunya, orang malah tidak segan menampilkan penderitaan di balik pencapaiannya itu, ketika memang sudah benar-benar merasa sukses atau mencapai yang diinginkannya. So, apapun tayangan yang sedang kamu lihat SohIB, terimalah nilai moralnya dengan bijaksana. Jangan sampai malah membuatmu semakin minder dan merasa gagal.

Dia Memang Sedang Bekerja

Endorser memang memiliki tugas untuk mempromosikan produk
Endorser memang memiliki tugas untuk mempromosikan produk atau jasa | Sumber: Unsplash (Ian Schneider)

Yup, seperti yang sudah dijelaskan di awal, pekerjaan di media sosial masa kini sungguh beragam, salah satunya adalah endorsement. Artinya, bisa saja memang orang tersebut menampilkan suatu produk atau tempat tertentu karena sedang bekerja sebagai content creator atau endorser. Tentu saja, tugasnya adalah mempromosikan produk, jasa, atau tempat tersebut kepada khalayak. Kalau sudah begitu, mengapa kamu harus iri, SohIB?

Tips Memilih Kost yang Tepat, Jangan Asal Tergiur Harga Murah!

Jangan lupa untuk terus ikuti artikel-artikel seru lainnya hanya di sohib.indonesiabaik.id, ya! Banyak lo, informasi menarik nan lengkap yang harus banget kamu baca.

Nggak hanya itu aja! Jika kamu memiliki passion di bidang kepenulisan dan ingin senantiasa berkembang, join jadi kontributor SohIB dan dapatkan banyak benefit-nya!

Oiya, Indonesia Baik juga punya komunitas keren yang selalu aktif memberikan berbagai pelatihan, webinar, diskusi, dan bagi-bagi merchandise cantik, lo! Semuanya gratis! Skuy, langsung gabung aja di siniSalam Sobat Hebat Indonesia Baik! (AJ)