Transformasi Partai Politik menjadi Ramah bagi Pemuda

Transformasi Partai Politik menjadi Ramah bagi Pemuda

Memasukkan Surat Suara | Foto oleh Element5 Digital: https://www.pexels.com/photo/person-dropping-paper-on-box-1550337

Bukan menjadi sebuah rahasia lagi ketika anak muda berkata bahwa politik adalah kegiatan sepintas bagaikan angin lalu yang dilakukan hanya ketika waktu pemilihan anggota legislatif, Pilkada, maupun Pemilu ketika sudah dekat.

Ada pula yang mengatakan bahwa berpolitik adalah sesuatu yang hanya mampu diikuti oleh kalangan tertentu saja. Singkatnya, anak-anak muda bersikap apatis terhadap dunia politik dan tidak menyadari bahwa politik adalah hal yang bisa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya sebatas pada saat pemilihan-pemilihan tersebut berlangsung.

Dengan demikian pula, anak-anak muda tidak sadar bahwa partisipasi mereka dibutuhkan di dalamnya. Sebab, ini berkaitan dengan kepentingan bersama bukan hanya kalangan tertentu saja.

Sebenarnya, pemuda sangat mungkin memiliki pandangan yang positif terhadap dunia politik. Hanya saja, kurang luasnya pemahaman atau pengetahuan mengenai politik itu sendiri membuat mereka memiliki gambaran yang salah terhadap dunia politik.

Oleh karena itu, partai politik perlu melakukan transformasi agar menjadi partai politik yang “ramah” bagi semua orang, termasuk kalangan anak muda.

Pertanyaan-pertanyaan besarnya ialah mungkinkah transformasi tersebut terjadi? Jangan-jangan transformasi tersebut hanyalah sebuah konsep fatamorgana belaka? Jika bukan, apa yang perlu dilakukan partai politik agar dapat mewujudkan transformasi tersebut?

Setidaknya ada 3 hal yang wajib menjadi perhatian penting oleh partai-partai politik untuk bertransformasi dalam menyongsong Pemilu 2024.

Tranformasi Harus Dilakukan dari Dalam dan Luar Partai Politik

Melakukan transformasi dari dalam partai politik berarti melakukan perubahan terhadap internal partai politik itu sendiri, terlebih terhadap para kadernya. Sangat penting bagi setiap partai politik untuk selalu menegaskan bahwa “mereka adalah cerminan partainya”.

Para kader hendaknya menjadi jembatan antara anak muda dengan partai politiknya masing-masing agar para anak muda bisa memahami bagaimana visi dan misi partai politiknya; apa yang ditawarkan; apa keunggulannya; apa yang membuat mereka harus memilihnya.

Lebih jauh, partai politik yang “ramah” bagi anak muda adalah partai politik yang mampu menunjukkan bukti bahwa sistem yang dianut di dalamnya adalah meritokrasi. Hal ini dapat diperlihatkan melalui tindakan aktif dari anak-anak muda yang sudah bergabung di dalamnya dan dengan membuka kesempatan bagi anak-anak muda yang lain untuk bergabung ke dalamnya.

Partai politik juga harus melakukan transformasi dari luar bersamaan dengan transformasi dari dalam. Melakukan transformasi dari luar partai politik berarti melakukan perubahan terhadap masyarakat yang berada di luar partai politik tersebut.

Hal ini tentu saja tidak bisa dilakukan secara langsung karena berkaitan dengan kecenderungan pribadi setiap orang. Namun, partai politik bisa melakukan tindakan-tindakan untuk memengaruhi anak-anak muda secara persuasif.

Dewasa ini, para anak muda cenderung aktif melakukan berbagai hal melalui internet, khususnya media sosial. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh partai-partai politik termasuk para kadernya untuk melakukan promosi sekaligus pembelajaran.

Jika diungkapkan dengan istilah anak muda kiwari, partai politik bisa menjadikan media sosial sebagai tempat belajar ilmu politik “tipis-tipis”.

Berkaitan dengan hal ini, maka sebaiknya dibentuk tim khusus yang menanganinya, bahkan sebaiknya dilibatkan pula anak-anak muda dari luar partai politik di bawah koordinasi dari kader partai politik tersebut. Sebab, tentu saja anak-anak muda lebih mengetahui pola pikir teman-teman sebayanya dalam konteks zaman sekarang.

Kemudian, saat ini kita juga bisa melihat banyak anak muda yang menyampaikan pendapat politiknya melalui media sosial. Oleh karenanya, partai politik seharusnya makin gencar mengemukakan usulan kebijakan terhadap hal ini di bidang pemerintahan. Mereka juga perlu bersinergi untuk membentuk peraturan perundang-undangan yang sekiranya dapat mendorong anak-anak muda untuk aktif dalam partisipasi politik.

Perlu juga diatasi permasalahan-permasalahan mengenai pencemaran nama baik dalam UU ITE yang kerap kali digunakan untuk menyerang seseorang yang mengutarakan opininya di media sosial mengenai tokoh-tokoh politik tertentu.

Partai politik bisa mengadakan berbagai program pengadaan kelas,seminar, maupun pelatihan yang berkaitan dengan dunia politik baik secara daring maupun luring. Program ini dapat dilaksanakan oleh partai politik sendiri maupun berkolaborasi dengan institusi, organisasi, atau komunitas lainnya.

Kemudian, mengingat bahwa secara umum anak-anak muda adalah kaum yang seringkali menulis opini tanpa berpikir, maka perlu diberikan atensi tersendiri terhadap topik mengenai perbedaan antara “kritik” dan “menghina”.

Inovasi lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan organisasi-organisasi kepemudaan di dalam partai politik. Partai politik mesti berani mendorong para politisi muda yang sudah tergabung di dalamnya menjadi “ikon unik” dari partai politik tersebut.

Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan diskusi-diskusi terbuka antara politisi muda partai tersebut dengan para anak muda yang lain atau dengan politisi senior dalam partainya.

Dengan cara ini, banyak anak muda akan lebih memahami lebih dalam ciri khas, tujuan dan manfaat dari dunia politik. Selain itu, makin nyatalah bahwa anak muda bisa terlibat dalam politik praktis.

Saat ini, bisa dikatakan bahwa organisasi kepemudaan di dalam partai politik di Indonesia masih belum berpengaruh banyak di lingkungan masyarakat. Sehingga politisi muda cenderung kurang pengalaman dan sedikit sekali dari mereka yang dikenal oleh masyarakat.

Sudah saatnya bagi partai politik untuk turut membuka kesempatan bagi yang muda untuk berkarya dan menunjukkan bentuk konkret kepeduliannya terhadap masyarakat, selebihnya biar masyarakat yang menilai.

Tranformasi Partai Politik Harus Dilakukan sampai ke Akar

Partai politik harus melakukan transformasi sampai ke akar-akarnya, mulai dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Provinsi dan Kabupaten/Kota, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) yang berada di tingkat kecamatan, bahkan tidak terkecuali ranting-ranting partai politik yang berada di tingkat desa/kelurahan.

Alasannya, membangun kepercayaan masyarakat, khususnya anak muda, bukanlah perkara yang mudah.

Transformasi Partai Politik dalam Menyosialisasikan Program

Seringkali partai politik memiliki program yang baik, tetapi gagal untuk menyosialisasikannya (hal serupa juga sering terlihat pada program-program pemerintah).

Bagaimana masyarakat bisa berkata programnya baik jika penyampaiannya saja kurang baik? Partai politik perlu menunjuk politisi atau orang lain yang benar-benar ahli dalam mengomunikasikan setiap program yang dirancang.

Orang tersebut adalah orang yang memiliki kemampuan public speaking yang baik, bahkan bila perlu diadakan pelatihan khusus kepada para kader mengenai hal ini.

Setelah membangun kepercayaan publik terhadap programnya, barulah mulai merealisasikan program tersebut. Jadi, para politisi tidak hanya harus mahir “mengucapkan janji”, tetapi juga mahir “membuktikan janji”.