Sanggar Bijo, Merawat Tradisi Sedari Dini

Sanggar Bijo, Merawat Tradisi Sedari Dini

Backdrop Sanggar Seni/Ruang Baraja Seni Tradisi Bijo

Sanggar Bijo didirikan oleh Jawahir, S.S. Ia adalah seorang alumni dari Fakultas Sastra (sekarang FIB), Universitas Andalas, tahun 2004.  Beliau adalah seorang penyanyi tradisional atau yang sering disebut sebagai "tukang dendang".

Dendang adalah nyayian tradisional Minangkabau yang dinyanyikan dengan iriangan alat musik tradisional saluang. Saluang adalah sejenis alat musik tiup tradisional seperti seruling yang memiliki empat lobang nada.

Hari Sabtu (28/10/2023), penulis berkesempatan hadir di sanggar yang didirikan oleh Jawahir dalam rangka memberikan dan berbagi pengetahuan tentang pendokumentasian arsip.

Turut hadir dalam kegiatan itu, dua orang dosen yang melakukan pengabdian dari Universitas Andalas, Dr. Lindawati dan Dr. Zurmailis, serta seorang komposer dan arranger musik muda bernama Ryan.

Jawahir berkisah, awalnya Sanggar Bijo didirikan sebagai bentuk kegelisahannya akan gerusan dan punahnya kesenian tradisional. Bermodal semangat dan kemahirannya berdendang, Jawahir mulai mengajarkan kesenian itu dengan sasaran pertama anak-anaknya dan beberapa orang anak tetangga yang kebetulan adalah teman anaknya juga.

Kala itu, tidak sedikit halangan dan rintangan yang dialaminya. Cibiran hingga dipandang sinis oleh lingkungan beliau lalui dengan penuh ketabahan dan rasa senang hati.

Ia yakin bahwa dengan mengenalkan seni sedari kecil kepada anak-anak, akan menciptakan generasi muda yang penuli dan peka terhadap lingkungannya.

Mengajarkan seni dari bijo (biji atau kecambah) artinya Jawahir telah memulai merawat tradisi sejak dari dini. Anak-anak tidak dibiarkan larut dengan permainan dan seni-seni barat yang kadangkala tidak cocok dan sesuai dengan usia mereka.

Kemajuan dunia teknologi dan informasi juga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi tumbuh kembang anak-anak. Mengenalkan kesenian tradisional sepertinya menjadi salah satu upaya penyeimbang yang bisa diberikan kepada para generasi muda tersebut.

Mereka (anak-anak) diharapkan tidak lagi hanya fokus pada bermain game di gadget-gadget-nya, tetapi juga mengisi relung-relung pikiran dan jiwanya dengan berkesenian.

Bijo terus berkembang dan memperlihatkan eksistensinya. Beberapa kali sanggar ini mulai dilirik dan diajak untuk tampil dan menampilkan karyanya. Bijo mulai mengisi kegiatan-kegiatan kesenian tradisional di beberapa tempat di Kota Padang

Sanggar Bijo juga mulai diminta untuk berkisah tentang capaiannya di beberapa stasiun TV lokal. Kegiatan tersebut mulai dirasakan oleh orang-orang yang dulu mencibir dan berpandangan sisnis sebagai bentuk alternatif buah hati mereka dalam berkegiatan positif,  khususnya dalam bidang seni tradisional.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh para dosen Universitas Andalas pun memberikan siraman energi baru kepada sanggar Bijo untuk terus melangkah dan berkarya.

Melalui kegiatan pembinaan managemen kelompok dan bantuan beberapa set alat musik, Bijo kini semakin memperlihatkan eksistensinya dalam berkesenian. Peserta yang bergabung pun semakin banyak dan bertambah jumlahnya, Beberapa orang mahasiswa dari berbagai universitas pun ikut menjadi relawan yang siap sedia mendampingi Bijo dalam merawat tradisi sejak dini.

Ryan, seorang musisi muda dari Palembang dan komposer serta arrange musik muda berbakat termasuk yang beruntung karena dipertemukan dengan Jawahir. Mereka bertemu di awal bulan Oktober 2023 pada sebuah kegiatan bertajuk Festival Arang.

Ryan menyatakan kesediaannya dalam mengawal Bijo ketika menciptakan karya musik untuk 'adik-adiknya' di sanggar Bijo. Ia berkisah musik telah memberikan segalanya untuk dirinya dan timnya. Sekarang saatnya dirinya (Ryan) memberikan segalanya untuk musik, khususnya musik tradisional.

Musik telah membawanya ke beberapa negara dengan memasukkan sentuhan musik dan teknologi modern ke musik tradisional sehingga diminati oleh anak-anak muda generasi Z.

Demikianlah sekelumit kisah tntang sanggar Bijo yang bercita-cita merawat tradisi sedari dini. Semoga menginspirasi.