Pengembangan Desa Mandiri Sorgum Melalui Pengadaan Sorghum Center Dalam Meningkatkan Kinerja Industri Pengolahan Sorgum

Pengembangan Desa Mandiri Sorgum Melalui Pengadaan Sorghum Center Dalam Meningkatkan Kinerja Industri Pengolahan Sorgum

Sorghum Center sebagai Implementasi desa Mandiri Sorgum

#SobatHebatIndonesiaBaik

#JadiKontributorJadiInspirator

#BerbagiMenginspirasi

#SohIBBerkompetisiArtikel

 

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut 2 (dua) kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedualian sebagai pihak yang memberdayakan. Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat adalah dengan melakukan pemberdayaan terhadap sektor unit usahanya, yakni Industri Rumah Tangga (IRT). Lahan pertanian yang cukup luas dan didukung dengan kecukupan terhadap pengairan lahan menjadikan sistem penanaman yang bisa dilakukan sepanjang tahun dengan sistem periodesasi tanamnya adalah (a) musim taman utama (bulan November-Maret) untuk menanam tanaman padi, (b) musim tanam gadu (bulan April-Juli) untuk menanam padi atau jagung, dan (c) musim tanam kemarau (bulan Agustus-Oktober) untuk menanam jagung dan sorgum.

Perberdayaan SDM sebagai aset keberlanjutan | Unsplash (Mufid Majnun)

Perberdayaan SDM sebagai aset keberlanjutan | Unsplash (Mufid Majnun)

 

Prospek penjualan hasil panen sorgum yang belum bisa diterima secara mentah oleh pasar dalam jumlah besar menjadikan minimnya petani yang bersedia menanam tanaman sorgum di musim tanam kemarau. Penanaman sorgum masih terbatas pada penerapan sistem tanam sorgum hanya di musim tanam kemarau. Hasil panen total tanaman sorgum yang semakin menurun tiap tahunnya menjadikan kesediaan bahan baku industri olahan sorgum juga ikut menurun dan terbatas. Berdasarkan penelitian Elizabeth, R. (2019) bahwa pengimplementasian sistem dan konsep pertanian berkelanjutan dan agroindustri terkait erat dengan terdapatnya minimal lima tantangan yang dihadapi sektor pertanian, yaitu (a) peningkatan pendapatan petani yang mayoritas berlahan kurang dari 0,5 hektar, (b) tantangan agronomis, untuk meningkatkan produksi pangan dan komoditas pertanian, (c) tantangan demografis, untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang terus bertumbuh, (d) tantangan menghadapi perubahan iklim global untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan, dan (e) tantangan untuk memfasilitasi proses transformasi perekonomian nasional dari berbasis bahan baku menjadi berbasis produk olahan.

Pertanian berkelanjutan mengacu pada profit, people dan planet | Pixabay (ybernardi)

Pertanian berkelanjutan mengacu pada profit, people dan planet | Pixabay (ybernardi)

 

Adapun permasalahan utama yang menjadi kajian adalah masih belum adanya kelembagaan sociopreneur yang bergerak di bidang pengelolaan hasil pertanian sorgum. Sorghum Center di desa Mandiri Sorgum diposisikan sebagai implementasi kelembagaan di wilayah desa yang berfungsi sebagai sentral konsultasi dan pemberdayaan pelaku sociopreneur sorgum dari hulu sampai dengan hilir. Bentuk pengelolaannya meliputi pengelolaan mata rantai produksi (regenerasi), pengelolaan masukan dan keluaran produksi (peningkatan produktivitas), pengelolaan distribusi produk pertanian berbasis sorgum dengan mengoptimalkan seluruh bagian tanaman sorgum (biji, nira, dan limbahnya) (akses pasar) dan kelembagaan penunjang keberlanjutan usaha (akses ke permodalan). Adanya kelembagaan tersebut diharapkan mampu menumbuhkembangkan unit usaha di bidang industri pangan lokal sorgum berbasis IRT (Industri Rumah Tangga) yang diharapkan mampu mendorong terealisasinya peningkatan produktivitas sociopreneur sorgum dan keberhasilan diversifikasi pangan lokal. Keberhasilan diversifikasi pangan lokal berbasis sorgum secara tidak langsung mampu menarik daya tanam petani untuk menanam tanaman sorgum di sepanjang tahun, yakni di sepanjang periodesasi tanam (musim tanam utama, gadu dan kemarau).

Sorghum Center sebagai implementasi Desa Mandiri Sorgum | Pixabay (sarangib)

Sorghum Center sebagai implementasi Desa Mandiri Sorgum | Pixabay (sarangib)

 

Prospek pengembangan kelembagaan sociopreneur di bidang pengolahan hasil pertanian sorgum harus didukung dengan pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan. Bentuk pemberdayaannya berupa workshop dan pelatihan terhadap SDM (Sumber Daya Manusia) berupa karang taruna, ibu rumah tangga, pelaku sociopreneur (sorgum dan non sorgum) dan pelaku industri pangan lokal yang didukung dengan pengadaan fasilitas pendampingan (mentoring), stakeholder, dan sarana prasarana oleh aparat Pemerintah Desa, aparat Dinas Pertanian, dan insan akademik (dosen dan mahasiswa). Di samping unit usaha lama, pengembangan unit usaha baru juga sangat diharapkan oleh masyarakat demi memenuhi keterbatasan lapangan kerja. Penumbuhan dan pengembangan unit usaha baru tersebut yakni industri pengolahan gula pasir dan gula merah sorgum, industri pengolahan bioethanol sorgum, dan industri pengolahan pakan ternak (biopelet) dari limbah tanaman sorgum (bekatul, daun, dan limbah sisa pengolahan nira sorgum).

Mobilitas modal dan tenaga kerja mendukung tersedianya lapangan kerja | Pixabay (Goumbik)

Mobilitas modal dan tenaga kerja mendukung tersedianya lapangan kerja | Pixabay (Goumbik)