PEMUDA MEMBANGUN PERADABAN KOTA

PEMUDA MEMBANGUN PERADABAN KOTA

Cahaya Kota di Twin Peaks, San Francisco, United States | Unplash.com (@cristofer)

SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohIBBerkompetisiArtikel

Youth | Unplash.com (@iamchang)

Keberadaan pemuda dalam suatu negara bisa menjadi pertanda lompatan. Tentunya, pemuda yang dimaksud adalah pemuda produktif dan potensial yang turut memberikan sumbangsih bagi kemajuan pada dirinya, lingkungan, dan negara. Apalagi fakta menunjukan, merujuk pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2020 yang dikutip dari data Badan Pusat Statistik (2020), diperkirakan terdapat sekitar 64,50 juta jiwa penduduk Indonesia yang berada dalam kelompok umur pemuda (16-30). Oleh karena itu, dimulai dari membangun sebuah peradaban kecil para pemuda di lingkungannya, khususnya kota, sebagai kunci menuju kemajuan secara nasional. Inilah yang dimaksud dengan “Pemuda Membangun Peradaban Kota”.

Kota Kita dan Pemuda

Ada beberapa hal yang perlu seorang pemuda pahami sebelum berkontribusi besar, di samping pengembangan potensi yang dimilikinya, yaitu rasa memiliki. Bagaimana pun, dengan membangun keyakinan terhadap sesuatu yang dicintai, seseorang akan lebih berkomitmen. Karena itu, dengan memposisikan kota sebagai “kepemilikan bersama”, harapannya para pemuda akan lebih berkomitmen dalam membangun (kota) yang dicintainya. Lebih mudahnya adalah membuat ekosistem kota menjadi tempat yang ramah terhadap segala perkembangan, sekaligus modal awal dalam membentuk sebuah peradaban kecil. Bila hal ini dibangun bersama secara masif dan konsisten, secara tidak langsung akan membangun ekosistem peradaban maju di sebuah kota, layaknya polis di Yunani ratusan tahun yang lalu, atau kota-kota maju pada peradaban besar terdahulu.

Misalnya, di Bandung dengan kampanye utama merujuk pada smart city. Tentunya, agar menjadi kota yang cerdas, peran pemuda menjadi lebih diutamakan, terutama dalam teknologi. Dikutip dari laman Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (2020), dalam membangun kota pintar ada enam pilar, yaitu smart governance, smart society, smart living, smart economy, smart environment, dan smart branding. Dari poin-poin tersebut, setidaknya ada beberapa hal yang bisa disentuh oleh para pemuda, misalnya smart society. Ingat, potensi akan secara maksimal tumbuh di kondisi dan lingkungan yang mendukung. Dengan demikian, ekosistem dari suatu kota harus benar-benar membuat pemuda sebagai masyarakat sipil mendapatkan apa yang mestinya mampu mendorong adanya produktivitas, keamanan, kenyamanan, dan kesejahteraan. Tentunya, semua ini mesti didukung dan ditopang oleh semua pihak, khususnya pemerintah.

Hunian Kita dan Pemuda

Cabang dari konsep Kota Kita, seperti yang disebutkan di atas, merujuk pada hal fundamental, yaitu “Hunian Kita”. Bagaimana pun, pemuda akan tumbuh dengan maksimal bila hunian yang ditempatinya memang berpotensi untuk mendukung tumbuh kembangnya. Hunian dalam arti sempit memang merujuk pada tempat tinggal permanen atau sementara. Namun, bila kita amati, hunian ini mencakup segala aspek kehidupan yang ada di sekitar kita. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Kompas.id (2022), dijelaskan bahwa kelahiran sebuah kota mencakup latar belakang waktu, transisi, migrasi manusia, dan pergantian era pemerintahan. Semua aspek-aspek itu lahir dari komponen utama, yaitu personal, manusia yang berperadaban.

Pemuda yang hendak membangun sebuah peradaban kota, tentunya mesti memiliki hunian yang mendukung, termasuk segala aspek yang berkaitan dengan hunian tersebut. Setidaknya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan para pemuda dalam membangun sebuah hunian yang ramah terhadap pengembangan potensi dan psikis. Mengingat hari-hari ini, banyak dari generasi muda yang jatuh terhadap permasalahan psikis, seperti depresi, stress, bipolar, dan lain sebagainya. Dengan atau tanpa permasalahan tersebut, sejatinya manusia akan tumbuh (lebih baik) di tempat yang baik pula. Maka, dengan membangun hunian, mulai dari lingkup perumahan (keluarga), lingkungan, dan di luar lingkungan sekitar, “seharusnya” dapat mendorong terbentuknya pemuda yang unggul. Mungkin, konsep komplek perumahan bisa menjadi gambaran, walau cenderung agak memisahkan diri antara penghuni di dalam dan di luar tembok.

Infrastruktur Kita dan Pemuda

Infrastruktur Suatu Kota | Unplash.com (@chuttersnap)

Infrastruktur menjadi komponen utama di setiap perkembangan suatu peradaban. Hal ini tentu saja berkaitan dengan fungsi dari suatu kota yang menjadi pusat dari segala aktivitas manusia dari berbagai daerah dan untuk skala yang lebih besar. Kota dengan infrastruktur yang memadai dan mendukung untuk membangun sebuah peradaban kecil, akan berguna dalam keberhasilan mewujudkan keunggulan sumber daya manusianya. Lihatlah, bagaimana Silicon Valley di Amerika Serikat dikatakan sebagai “daerah terkaya” di dunia, karena sebagian besar industri teknologi yang menguasai pangsa pasar hari ini, nyatanya didukung, tidak hanya oleh struktural dan kultural, tapi juga infrastruktur. Dan, itu pula yang hendak diwujudkan di beberapa kota di Indonesia, misalnya Bandung. Walaupun, ekosistem modern dalam perangkat dan infrastruktur tidak menjamin itu berhasil membangun budaya era informasi di masyarakat. Dalam hal ini, kita tidak boleh sekadar melihat infrastruktur dari bangunan permanen atau semi-nya saja, namun lebih dari itu.

Dalam perspektif lain, infrastruktur yang dikembangkan juga tidak melulu berbicara kemegahan atau pemuas rasa megalomania. Infrastruktur dikatakan efektif bila hal itu berhasil membangun kualitas manusia yang memanfaatkannya. Bahkan, bila memang infrastruktur digunakan hanya untuk sebatas ngopi dan diskusi seusai aktivitas, hanya saja kebermanfaatan dan peruntukannya akan sedikit berkurang dan kurang bernilai. Karenanya, infrastruktur yang dibangun tidak hanya sebatas bangunan besar, tapi juga kebermanfaatan bagi masyarakat, terutama bagi para pemudanya dalam mengembangkan potensi. Misalnya, di Bandung terdapat bangunan bernama Bandung Creative Hub (BCH) guna menjalankan berbagai aktivitas kepemudaan dan bsinis yang bisa digunakan oleh siapapun.

Peradaban Kota dan Pemuda

Masyarakat dalam Peradaban, Ivanovo, Rusia | Unplash.com (@naletu)

Terakhir, adalah membangun peradaban kota. Tentunya, setelah semua poin di atas dapat diakomodasi oleh pemerintah, utamanya, masyarakat, dan kelompok-kelompok kepentingan. Semuanya perlu kolaborasi, karena bagaimanapun, suatu peradaban akan maju jika banyak dari manusia yang hidup dalam peradaban tersebut dapat saling membantu dan saling menguatkan satu sama lain. Cerdas dalam membangun kota, itu yang diharapkan. Dari semua itu, kita menyadari bahwa ruang kota, dikutip dari laman Kompas.id (2022), identik dengan “keperluan hidup”, sekaligus menjadi pembeda dengan ekosistem desa. Sehingga, peradaban kota akan senantiasa disibukan dengan pemenuhan unsur-unsur kesejahteraan, kebahagiaan, dan keamanan penghuninya.

Mari kita berkaca pada bentuk kolaborasi antara pemerintah dengan masyarakat, atau lebih spesifik lagi adalah pemerintah dengan para pemudanya dalam membangun sebuah peradaban. Misalnya, dari hal sederhana seperti menjaga keindahan kota, dari vandalisme atau sampah. Sudah sesukses apa hal ini dijalankan? Nyatanya, masih banyak para pemuda, bahkan masih sekolah, masih tetap membuang sampah sembarangan. Apalagi bila sampah tersebut harus dipilih dengan banyak pilihan seperti di Jepang. Itu hanya sebagian kecil contoh bentuk gagalnya kolaborasi, padahal pemimpin harus mampu melihat energi besar masyarakat untuk dilibatkan, kemampuan birokrasi yang dimaksimalkan, menjalin komunikasi yang harmonis dengan dewan, sentuhan teknologi untuk produktivitas, dan dukungan dunia usaha (Joga & Indrajoga, 2018). Artinya, Pekerjaan Rumah, khususnya bagi pemerintah, cukup banyak dan pemuda harus turut serta dalam membangun peradaban kota.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik Pemuda Indonesia 2020. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Joga, N., & Indrajoga, D. N. (2018). Membangun Peradaban Kota. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. (2020, Oktober 10). Mengenal Lebih Dekat Konsep Smart City dalam Pembangunan Kota. Diakses dari aptika.kominfo.go.id: https://aptika.kominfo.go.id/2020/10/mengenal-lebih-dekat-konsep-smart-city-dalam-pembangunan-kota/

Kompas.id. (2022, Mei 16). Ruang Kota: Sejarah, Bentuk, dan Peradaban yang Tumbuh. Diakses dari kompaspedia.kompas.id: https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/ruang-kota-sejarah-bentuk-dan-peradaban-yang-tumbuh