5 Pekerjaan Ini Rawan Memicu Burnout saat Bekerja, Apakah Kamu Mengalaminya?

5 Pekerjaan Ini Rawan Memicu Burnout saat Bekerja, Apakah Kamu Mengalaminya?

Pekerjaan yang dilakukan tanpa kenal waktu dapat memicu burnout (Foto: diolah dari pexels.com)

SohIB, pernah mengalami bad-mood saat bekerja?

Rasa bosan yang mendadak muncul, saat mulai menatap layar komputer di pagi hari. Perasaan jengah yang timbul, begitu telepon kantor tiba-tiba berbunyi, dan atasanmu minta laporan segera direvisi. Belum lagi, kalau pekerjaan menumpuk sehingga harus diselesaikan sampai pagi. Duh!

Gejala yang SohIB alami disebut burnout. Burnout adalah suatu kondisi yang mengindikasikan kelelahan fisik, emosional, dan mental yang dapat terjadi saat SohIB bekerja terlalu keras. Jam kerja yang tidak menentu, atasan yang selalu minta report tepat waktu, hingga lingkungan kerja yang saling acuh tak acuh, bisa membuat SohIB lama-kelamaan merasa lelah. Kondisi burnout yang tidak segera ditangani, dapat menimbulkan perasaan sinis dan putus asa, sehingga mempengaruhi produktivitas SohIB di tempat kerja.

Kelelahan terjadi saat kita terlalu memaksakan diri untuk bekerja dalam waktu yang lama, sehingga kita tidak sempat beristirahat dengan optimal. Kondisi burnout bisa dialami oleh orang-orang yang bekerja di bawah tekanan. Pekerjaan mereka menuntut target yang tidak realistis, tanpa dibarengi dengan adanya improvement.

Dilansir dari detikhealth.com, berikut ini 5 jenis pekerjaan yang paling berpotensi memicu burnout:

1. Pekerja Sosial

Psikolog klinis di Universitas Tufts dan penulis buku Child's Mind, Christopher Willard mengemukakan bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan sosial berpotensi paling tinggi menimbulkan depresi atau stres. "Karena pekerja sosial bekerja dengan orang-orang yang sangat membutuhkan, sulit untuk tidak terlalu banyak berkorban pada pekerjaan itu. Saya melihat depresi banyak dialami oleh pekerja sosial dan profesi semacamnya".

Hal ini sangat mungkin terjadi karena pekerja yang memberikan pelayanan trauma healing atau penyembuhan dari luka, bukan berarti hidup tanpa tekanan. Justru, karena selalu berurusan dengan korban bencana dan anak-anak yang mengalami kekerasan, pekerja sosial menjadi rentan terhadap perasaan depresi yang serupa.

2. Tenaga Kesehatan

Kondisi kelelahan akibat bekerja sepanjang waktu dapat dialami oleh tenaga kesehatan. Rutinitas yang tidak menentu dalam menangani orang sakit, orang dengan trauma, dan kematian–mampu meningkatkan potensi burnout pada perawat, dokter, dan terapis.

Lebih lanjut, Christopher Willard menambahkan, "orang-orang yang bekerja sebagai tenaga kesehatan berpeluang besar untuk menderita depresi." Hal ini disebabkan karena tanggungjawab yang besar, bahkan berurusan dengan keluarga korban dalam mengatasi gangguan pasca trauma.

3. Teknisi

Pekerjaan yang berurusan dengan pemeliharaan mesin dan keahlian khusus di bidang keteknikan, mampu membuat pekerjanya mengalami depresi. Potensi ini muncul karena beban kerja yang tak kenal waktu dan harus diselesaikan saat itu juga. Dampaknya, pekerja teknisi menjalani rutinitas malam di siang hari–begitu pula sebaliknya.

Selain tekanan dari pekerjaan, upah yang diterima pekerja teknisi sangat jauh dari tanggungjawab yang dibebankan. Hal inilah yang memicu kerentanan pekerja teknisi terhadap kondisi stres berkelanjutan.

4. Guru

Sebutan "pahlawan tanpa tanda jasa" merupakan hal yang sesuai dengan realita para pendidik anak bangsa. Guru dikategorikan sebagai profesi yang rawan menderita burnout. Tentu hal ini dapat kita amati, bagaimana seorang pendidik harus mampu menahan berbagai tekanan dari sekolah, peserta didik, wali murid, hingga tuntutan untuk terus memberikan inspirasi.

Selaras dengan pekerjaan guru yang seakan tiada habisnya, Christopher Willard mengungkapkan potensi stres yang dialami seorang pendidik justru berasal dari lingkungan kerjanya. "Adanya tekanan dari berbagai pihak, agar seorang guru mampu menyesuaikan diri dengan standar tertentu".

Sehingga, walaupun secara rutinitas–pekerjaan guru berkutat seputar urusan administratif. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap guru diharapkan mampu memberikan teladan, berperilaku terpuji, bahkan bertindak sebagai konsultan untuk menyelesaikan konflik antar siswa.

5. Pekerja Kreatif

Apa yang kamu rasakan saat menonton konser musik? Riang gembira? Penuh energi? Atau merasa lega karena bisa meluapkan emosi? Industri kreatif terus berkembang pesat, salah satunya untuk mengatasi masalah burnout yang dialami oleh setiap orang dalam pekerjaannya.

Namun, bukan tidak mungkin pekerja kreatif menjadi kebal terhadap kondisi stres dan depresi. Padatnya jadwal yang mengharuskan seorang artis tampil ceria di layar kaca, bukan berarti orang itu selalu gembira. Seringkali, pekerja yang bergelut di industri kreatif memaksakan diri untuk terus menghasilkan kreativitas–tanpa kenal waktu. Tentunya, bekerja di industri kreatif dalam jangka panjang dapat meningkatkan kerentanan pekerjanya terhadap kelelahan fisik berupa gangguan tidur, serta gangguan emosional. 

Nah, SohIB, itu tadi sederetan profesi yang rentan mengalami burnout. Menurut SohIB, apakah mahasiswa dan ibu rumah tangga juga rawan mengalami stres berkepanjangan?

Yuk, #terusbertumbuh jadi lebih baik setiap harinya 🚀

 

Referensi: Glints.com | Detikhealth.com