Papua Future Project: Secercah Asa Bagi Anak Muda Papua

Papua Future Project: Secercah Asa Bagi Anak Muda Papua

Bhrisco Jordy bersama tim volunteer Papua Future Project saat mengajar anak Papua | Instagram Papua Future Project

Hidup di daerah perkotaan yang serba ada memang sebuah privilege yang tidak dimiliki oleh semua orang. Akses pendidikan, transportasi, bahkan teknologi yang layak sudah umum dan dapat ditemukan di berbagai kota besar di Indonesia. Sayangnya, tidak dengan anak-anak di pedalaman Papua.

SohIB mungkin sering mendengar banyak sekali keterbatasan akses pendidikan di tanah Papua. Tidak hanya pendidikan, karena letak geografisnya yang berada di topografi pegunungan, hal ini turut menghambat akses transportasi hingga kemajuan teknologi di sana.

Minimnya fasilitas ini membuat sumber daya menjadi terbatas. Banyak sekali pendidikan di daerah pedalaman Papua yang masih sangat kurang. Tingkat buta huruf yang tinggi dan minimnya tenaga pengajar menjadi beberapa penyebab belum meratanya akses pendidikan bagi anak Papua.

Berangkat dari kesadaran literasi yang amat minim, Bhrisco Jordy, pemuda Papua yang menginginkan adanya perubahan di tanah kelahirannya, menginisiasi sebuah komunitas literasi yang berfokus untuk mengembangkan pendidikan di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).

Papua Future Project, menjadi tombak awal adanya gerakan literasi di Bumi Cenderawasih. Berawal dari keprihatinannya terhadap angka buta huruf yang masih tinggi, Bhrisco bertekad untuk membuat satu langkah perubahan dengan membangun komunitas yang berfokus di bidang literasi.

Anak-anak Papua saat belajar menulis |Instagram Papua Future Project

Komunitas ini digagas karena keinginan untuk menciptakan adanya pendidikan berkelanjutan. Komunitas ini berupaya untuk mendukung dan membantu anak-anak Papua dengan memberikan berbagai macam fasilitas literasi, seperti perpustakaan dan menyediakan serta memberi pelatihan kepada para pendidik lokal.

Bhrisco menerapkan metode belajar dengan konsep holistik atau kontekstual. Bahkan ia dan juga tim volunteer Papua Future Project juga menggaet dosen bahkan NGO seperti UNICEF untuk membuat sistem pembelajaran holistik yang efektif kepada anak-anak Papua. Mereka menyediakan berbagai macam pembelajaran mulai dari pembelajaran soal lingkungan, teknologi, bahasa Inggris, dan pendidikan karakter. Hal ini diyakini menjadi pondasi awal pendidikan literasi yang nantinya diharapkan dapat membuat SDM anak-anak Papua menjadi lebih unggul.

Berbagai kendala acap kali dihadapi seluruh tim Papua Future Project ini. Namun, Bhrisco yakin bahwa sebagai anak muda, ia dan rekan-rekannya mampu mewujudkan dan berkontribusi langsung terhadap perubahan di tanah kelahirannya.

Terdapat beberapa isu literasi utama di Papua yang menjadi fokus utama komunitas ini, seperti sekolah yang hanya berjalan dua jam sehari, kurangnya tenaga pendidik, sulitnya akses yang ditempuh, serta jaringan internet yang tidak memadai. Bhrisco dan para volunteer juga mencoba untuk membuat pembelajaran dari salah satu situs belajar daring yang kemudian ditunjukkan kepada anak-anak di sana.

Berkat kegigihannya, Papua Future Project berhasil menerima SATU Indonesia Awards oleh Astra pada 2022 lalu.  Hal ini menjadi sebuah langkah signifikan dalam pergerakan komunitas literasi ini. Setelah memenangkan penghargaan, Papua Future Project mampu menjangkau lebih banyak kampung di daerah Papua Barat dan Papua Barat Daya.

Saat ini, sudah ada 14 kampung di 8 kabupaten dan kota, serta 725 anak yang merasakan perubahan dari program literasi komunitas ini. Berbagai fasilitas yang disediakan seperti pojok membaca dan kelas belajar terbukti mampu membantu anak-anak Papua untuk mengenyam pendidikan. Bahkan, 250 volunteer dari seluruh Indonesia juga dilibatkan dalam berbagai kegiatan Papua Future Project.

Luar biasanya, SohIB, Bhrisco juga bekerja sama dengan stakeholder terkait untuk mengetahui permasalahan di setiap daerah. Melalui diskusi dengan berbagai pihak ini, hasilnya akan dibawa ke pusat dan diharapkan dapat menjangkau lebih banyak kampung dan anak-anak.

Pojok Baca yang digagas Bhrisco dan tim Papua Future Project | Instagram Papua Future Project

Papua Future Project mempunyai target perluasan literasi hingga 100 kampung pada 2025 nanti. Alumni President University ini juga sedang berupaya untuk menjadikan komunitas literasi ini menjadi sebuah lembaga. Dengan menjadi lembaga, Bhrisco berharap Papua Future Project dapat memberikan dampak baik yang lebih luas demi masa depan Papua.

Fondasi literasi yang kuat akan menjadi tonggak masa depan seluruh anak Papua yang nantinya akan memimpin bangsa beberapa tahun ke depan. Papua Future Project diharapkan dapat menjadi ladang bagi anak-anak muda untuk dapat berpartisipasi di berbagai kegiatan.

Generasi muda Indonesia menjadi sumber utama adanya perubahan untuk bangsa. Seperti kata Bung Karno, “Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia”.