Mari Kenali Empati, si Operator Kecil Hati

Mari Kenali Empati, si Operator Kecil Hati

Empati, cermin yang memahami pemikiran seseorang, sumber: https://pixabay.com/vectors/mental-health-therapy-counseling-6994374/

Pernahkah SohIB bertanya-tanya mengapa kita bisa menyadari ketika seseorang, baik teman maupun keluarga, sedang menunjukkan perasaan seperti sedih, senang, marah, dan lainnya? Namun, SohIB tidak dapat memahami perspektif atau realitas dari perasaan yang dialami oleh orang tersebut.

Yuk, cari tahu alasannya, biar nggak penasaran lagi!

Pada dasarnya, setiap manusia memiliki kemampuan untuk meniru aksi dari lawan bicaranya. Misalnya, tanpa disadari, SohIB pun akan menguap ketika melihat lawan bicara SohIB menguap.

Begitu pula ketika seseorang tersenyum atau tertawa, SohIB cenderung merasa senang melihatnya. Seperti lirik lagu lama dari Frank Sinatra, "When you're smiling, the whole world smiles with you."

Sumber Empati: Miror Neuron (Neuron Cermin)

Kecenderungan ini disebabkan oleh aktivitas mirror neuron yang terdapat di otak. Mirror neuron (neuron cermin) akan merefleksikan kembali apa yang telah ditangkap dari hasil observasi terhadap seseorang, dan membuat kita meniru mimik wajah atau gerak-geriknya.

Oleh karena itu, menurut seorang jurnalis sekaligus psikolog di Amerika Serikat, Daniel Goleman, kita dapat menyadari perasaan seseorang hanya dengan menatap wajah orang tersebut saat berbicara dengannya.

Meskipun demikian, bukan berarti dengan menyadari perasaan seseorang. Kita dapat memahami perspektif atau realitas dari emosi yang diungkapkannya. Permasalahan ini merupakan bagian dari kurangnya rasa empati.

Dalam suatu pengertian, empati berarti to be in someone's suffering (berada dalam penderitaan seseorang). Artinya, dengan empati sesorang mampu memahami perasaan orang lain dengan berpikir melalui sudut pandang SohIB. Seolah-olah kita dapat merasakan perasaan tersebut. Empati dapat diibaratkan sebagai operator kecil yang menanggapi dampak dari aktivitas mirror neuron.

Beberapa dari SohIB penasaran tidak, apa sih, perbedaan antara empati dan simpati? Mengetahui perbedaan keduanya dapat membantu kita untuk lebih memahami empati dan fungsinya. Oleh karena itu, mari kita cari tahu!

Perbedaan Empati dan Simpati: to be 'in' atau to be 'with' ?

Berbeda dengan empati yang dapat dimaknai sebagai to be 'in' someone's suffering (berada dalam penderitaan seseorang), simpati bermakna to be 'with' someone's suffering (berada bersama penderitaan seseorang).

Perbedaan kata ‘in’ dan ‘with’ menunjukkan bahwa saat bersimpati, kita tidak harus memahami perasaan lawan bicara kita, tetapi kita hanya perlu menunjukkan kepedulian kita kepadanya.

Sedangkan, empati berarti memahami seseorang dengan berusaha mengenali perasaan lawan bicaranya. Dengan berempati, kita dapat menunjukkan simpati yang lebih baik kepada lawan bicara kita.

Apakah Kita Sudah Berempati? Bagaimana Cara Mengetahuinya?

Seseorang yang berempati memiliki ciri-ciri mampu mendengarkan orang lain dengan baik, memahami realitas dan perspektif, serta peka terhadap emosi atau masalah yang dihadapi orang lain.

Menjadi pribadi yang berempati juga dapat meningkatkan kecerdasan sosial seseorang. Kecerdasan sosial ini membuat individu mampu mengatasi, memahami, membangun hubungan sosial dengan masyarakat, serta meningkatkan kepercayaan diri.

Empati dapat dibentuk melalui kebiasaan, bukan merupakan bagian dari kepribadian yang tetap. Oleh karena itu, jika SohIB pernah berpikir bahwa orang yang tidak berempati adalah psikopat sejak lahir, SohIB salah besar! Karena pada kenyataannya, empati dapat dilatih melalui kebiasaan-kebiasaan kecil, seperti berikut:

  1. Belajar menjadi pendengar yang baik dan tidak tergesa-gesa untuk menyela pembicaraan. Menjadi pendengar yang baik akan melatih otak kita untuk mengobservasi terlebih dahulu permasalahan yang akan ditanggapi, sehingga kita dapat memahami realitas dan perspektifnya.
  2. Menatap mata lawan bicara ketika sedang berbicara dengannya. Hal ini dapat membuat kita lebih fokus untuk memahami perasaan dari lawan bicara kita.
  3. Menetapkan pikiran terbuka, sehingga kita dapat menghindari prasangka buruk terhadap orang lain dan lebih dapat memahami perasaan dari orang tersebut.

Nah, sekarang SohIB sudah mengenal apa itu empati, si operator kecil hati. Maka dari itu, latihlah diri SohIB untuk menjadi seseorang yang berempati. Sebab, dapat menunjukkan kualitas dirimu yang lebih baik di hadapan masyarakat.

 

 

 

Sumber:

  • https://en.wikipedia.org/wiki/Daniel_Goleman
  • Goleman, D. (2011). Social intelligence: The New Science of Human Relationships. Random House.