Jajan: Cara Mudah Pulihkan Ekonomi

Jajan: Cara Mudah Pulihkan Ekonomi

Jajan di kedai kopi selain asyik juga membantu stabilitas UMKM | Unsplash (Kartika Paramita)

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohIBBerkompetisiArtikel

 

 

Pada tahun 2010, sebuah pusat belanja di Jakarta Selatan dipenuhi ratusan orang yang rela mengantre untuk membeli sandal karet asal Amerika Serikat. Di lain waktu pada 2019, orang-orang mengantre sejak tengah malam untuk produk furnitur dari Swedia. Tidak jarang juga kita dapatkan produk-produk keluaran terbaru langsung ludes oleh konsumen Indonesia. Fenomena macam ini sudah jamak kita temui. Dengan populasi besar dan budaya konsumsi tinggi, wajar bila Indonesia menjadi target market utama produk dunia.

Sekilas mungkin terlihat negatif. Bahkan mungkin sering kita merasa bangsa ini terlalu konsumtif. Namun jika kita gali lebih dalam, konsumerisme Indonesia sangat bermanfaat asal kita mau sedikit merubah cara pandang.

 

Konsumtif Adalah Motor Perputaran Modal

Konsumtif, selain menyenangkan juga bermanfaat bagi perekonomian | Unsplash (Freestocks)
Konsumtif, selain menyenangkan juga bermanfaat bagi perekonomian | Unsplash (Freestocks)

Fakta menarik tentang ekonomi kita adalah sebagian besar didorong oleh konsumsi. Berdasarkan data BPS, 52% atau sekitar Rp8.300 triliun dari PDB nasional tahun 2021 disumbang oleh konsumsi rumah tangga. Benar, semua itu adalah uang yang kita habiskan untuk belanja online, membeli nasi goreng langganan di depan gang, menonton film dengan pasangan di bioskop, serta “jajan cantik” lainnya. Semakin banyak kita melakukan konsumsi, semakin besar pula pengaruhnya bagi perekonomian nasional. Namun nilai yang besar itu akan kurang bermanfaat jika camilan yang kita beli impor dari negara lain atau kita masih membanggakan outfit buatan luar negeri.

Saat membeli barang buatan luar negeri, sebenarnya kita telah merelakan uang kita pergi ke negara pembuatnya. Uang itu kemudian digunakan sebagai modal melakukan ekspansi bisnis yang membuatnya semakin besar. Di sisi lain, pelaku usaha dalam negeri juga membutuhkan modal untuk berkembang. Perkembangan usaha lokal inilah yang berperan penting untuk kita semua. Pasalnya, dengan modal yang cukup, pelaku usaha bisa membuka lapangan kerja lebih besar. Semakin besar tenaga kerja terserap, kesejahteraan meningkat. Dus, ekonomi kita akan lebih stabil karena produktivitas dalam negeri melonjak. Ujung-ujungnya, angka upah minimum juga meningkat atau sederhananya: naik gaji. Asyik, ‘kan? Karenanya harus kita sadari bahwa konsumsi yang kita lakukan untuk kepuasan pribadi, bisa memberikan pengaruh signifikan bagi Indonesia.

 

Merubah Cara Pandang Menjadi Konsumsi Berorientasi Produk Lokal

Produk buatan Indonesia tidak kalah kualitas dari produk luar negeri | www.blankenheim.id
Produk buatan Indonesia tidak kalah kualitas dari produk luar negeri | www.blankenheim.id

Mengutip dari Times Indonesia, ada empat alasan masyarakat enggan menggunakan produk lokal yaitu kualitas rendah, minim inovasi, kemasan kurang catchy, dan lokasi. Dari empat alasan itu, yang paling menjadi keluhan adalah kualitas produk. Kita cenderung melihat bahwa produk buatan luar negeri memiliki standar kualitas yang lebih baik dibanding buatan Indonesia. Hal ini tidak bisa disalahkan. Namun ada baiknya kita lihat contoh dari Cina dan Jepang.

Sekitar satu-dua dekade lalu, produk Made in Cina pernah berkonotasi “murahan”. Pisau mudah tumpul, televisi cepat rusak, kendaraan hanya sebulan dipakai lalu jadi rongsokan, dan lain sebagainya. Tapi saat ini kondisinya sangat terbalik. Justru produk Cina yang selalu mengeluarkan inovasi, meningkatkan standar persaingan, dan mendominasi pasar. Bagaimana produk kualitas rendah bisa bertransformasi merajai dunia? Jawabannya sederhana: masyarakatnya gemar mengonsumsi produk dalam negeri. Hal ini dikonfirmasi oleh Forbes yang menyatakan bahwa “masyarakat Cina tidak lagi butuh produk asing untuk membuat mereka terlihat keren”.

Sebelum Cina ada di posisi sekarang, Jepang sudah merasakan bagaimana konsumsi produk domestik meningkatkan perekonomian. Mirip dengan Indonesia, postur PDB terbesar Jepang disumbang oleh konsumsi rumah tangga. Pada tahun 2021, konsumsi rumah tangga bernilai sebesar 51,91% dari total PDB (The Global Economy). Yang membedakan antara Jepang dan Indonesia adalah kultur penggunaan produk dalam negeri.

Sudah sejak lama Jepang dikenal sebagai masyarakat yang fanatik terhadap produknya. Bahkan dimensi konsumsi itu melebar tidak hanya sekadar kegiatan jual-beli semata namun juga patriotisme, harga diri, hingga melibatkan identitas mereka sebagai sebuah bangsa. Sampai-sampai muncul prinsip di sana, “meski harga lebih mahal, tetap gunakan produk lokal”. Pada akhirnya loyalitas konsumen ini yang membuat Jepang menjadi raksasa ekonomi modern.

Akan tetapi, apakah semua produk buatan Indonesia kalah kualitas? tentu saja tidak. Faktanya banyak produk lokal mulai show off kekuatannya. Buktinya bisa didapat dengan mudah. Cukup googling saja “produk Indonesia mendunia” dan dalam beberapa detik kita akan disuguhkan deretan merek lokal yang diakui mancanegara. Artinya, alasan-alasan masyarakat enggan mengonsumsi produk lokal sudah tidak relevan lagi. Kualitas sudah mumpuni, inovasi semakin kencang, malah bisa dibilang industri produk lokal sedang di masa emas pertumbuhan. Tinggal satu pertanyaan untuk kita, maukah menggunakan barang kita sendiri?

 

Bangkit Dari Pandemi Dengan Jajan Produk Dalam Negeri

Presidensi Indonesia dalam G20 Tahun 2022 menjadi momen untuk pulih bersama | www.g20.0rg
Presidensi Indonesia dalam G20 Tahun 2022 menjadi momen untuk pulih bersama | www.g20.0rg

Dua negara di atas jadi contoh seberapa besarnya pengaruh konsumsi bagi ekonomi nasional. Dengan kondisi saat ini, kita bisa melampaui mereka. Ini semacam blessing in disguise dari pandemi Covid-19.

Sadar atau tidak, pandemi membuka kesempatan kita untuk lebih kuat. Pasalnya, dengan guncangan ekonomi yang ditimbulkan, pandemi ini justru membawa seluruh negara ke “permulaan baru”. Negara-negara maju mengalami resesi yang mereset ekonominya jadi sejajar dengan negara lain. Dalam posisi inilah Indonesia berkesempatan besar menguatkan fondasi ekonomi dan berakselerasi lebih cepat.

Dengan postur PDB yang kuat di sisi konsumsi, maka cara tepat bagi kita adalah dengan mulai membentuk kultur konsumsi produk lokal. Kita hanya perlu memprioritaskan produk-produk dalam negeri untuk dibeli. Jika konsisten, dalam beberapa tahun ke depan kita pasti merasakan manfaatnya. Jadi SohIB, yuk, kita mulai scrolling di menu #BanggabuatanIndonesia.