Pemuda, Detak Jantung Hari Depan Bangsa

Pemuda, Detak Jantung Hari Depan Bangsa

Tekun di laboratorium l courtesy of SMPK Calvin

SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohiBBerkompetisiArtikel

Tahukah Anda berapa kali jantung manusia berdetak dalam semenit? Pada orang dewasa, jantung normal berdetak 60 - 100 kali setiap menit. Memompa darah ke seluruh bagian tubuh, membagikan oksigen dan nutrisi. Bayangkan apa yang terjadi jika jantung berhenti berdetak 1 menit saja! Begitu penting peranannya, sehingga banyak orang melakukan investasi demi terpeliharanya jantung sehat lewat praktik gaya hidup sehat, pola makan dengan gizi seimbang, rutin berolahraga, dan pantang mengonsumsi minuman keras serta rokok.

Investasi hari depan

Layaknya organ jantung, pemuda adalah motor penggerak bangsa menuju hari depan gemilang. Jika tumbuh kembang pemuda terganggu, hari depan bangsa pun akan terpengaruh. Kalau pemuda berhenti berinovasi, tak terbayangkan betapa suramnya hari depan bangsa.

 

Lalu siapakah yang disebut pemuda dan apa instrumen investasinya yang mampu menjamin cerahnya hari depan bangsa? WHO mendefinisikan pemuda sebagai kelompok masyarakat yang berada dalam rentang usia 10 - 24 tahun. Sementara RUU Kepemudaan mengategorikan kelompok orang yang berusia 18 - 35 tahun sebagai pemuda.

Kedua definisi di atas mengacu kepada usia. Secara pribadi, penulis lebih menyetujui definisi yang tak dibatasi oleh rentang usia, sehingga lebih fleksibel. Definisi seperti ini digagas oleh pakar sejarah, Prof. Dr. H. Taufik Abdullah, yang mengatakan bahwa pemuda adalah generasi baru dalam sebuah komunitas masyarakat untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Jadi pada dasarnya, pemuda adalah mereka yang berjiwa pembaruan dan progresif. Menarik, bukan?

Apa instrumen investasinya? Menurut hemat penulis, instrumen yang menjadi pilar utama adalah pendidikan yang mencakup intelektualitas, moral, dan karakter. Pendidikan merupakan landasan utama bagi pemuda untuk berperan sebagai agen perubahan, agen pembangunan, dan agen modernisasi.

Pendidikan tak sekadar bertujuan membuat pemuda pintar, melainkan juga mendidik mereka agar memiliki moral dan karakter yang baik. Itu sebabnya para pendidik harus mampu memberikan suri teladan yang baik. Guru, misalnya, memberikan contoh nyata bertoleransi dalam kehidupan masyarakat yang berbineka, sehingga murid dapat menanamkan rasa simpati dan empati kepada orang yang berbeda agama.

Disiplin membersihkan kelas di Jepang l quora.com

Sementara, untuk pendidikan karakter, penulis lebih  condong kepada pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah di Jepang. Di sana, sejak jenjang SD, murid-murid telah dibiasakan untuk mandiri. Mematuhi aturan lalu lintas, memberikan hormat kepada pengguna kendaraan yang memberikan kesempatan untuk menyeberang jalan. Mereka juga dididik untuk terbiasa mengantre secara teratur, membersihkan peralatan makan di sekolah, mengepel lantai, dan membersihkan toilet seusai jam sekolah. Dengan demikian, mereka telah terasah untuk hidup mandiri dan memikirkan kepentingan hidup bersama sejak dini.

Bagaimana dengan situasi di Indonesia? Sebagai seorang pendidik, penulis merasa prihatin melihat pendidikan karakter itu hanya sekadar butir-butir tempelan teori dari kurikulum yang satu ke kurikulum lainnya. Kurikulum berganti, tetapi pendidikan karakternya masih sekadar teori yang dipaksakan.

Sejatinya, kita tidak perlu sungkan mencontoh pendidikan karakter yang baik dari mancanegara dengan alasan gengsi. Kalau itu berdampak positif bagi bangsa, apa salahnya untuk dilakukan? Buanglah segala gengsi demi hari depan kita semua.

Menyongsong Indonesia Emas

Penulis percaya bahwa bangsa Indonesia akan menjadi bangsa besar di masa depan jika pengembangan sumber daya manusia - terutama pemuda - dilakukan secara serius dan berkesinambungan.

Dinamika pemuda dalam peringatan HUT RI l pixabay.com

Salah satu langkah penting yang harus dilakukan adalah menstabilkan keadaan ekonomi, terutama dalam upaya menuju Indonesia Emas 2045 secara khusus, serta mengantisipasi Masyarakat 5.0 secara umum. Ekonomi yang baik itu didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia berkualitas itu ditunjang oleh pendidikan yang berkualitas pula.

Di samping itu, infrastruktur ikut memberikan andil penting dalam perbaikan ekonomi. Itu sebabnya, pemerintahan Jokowi menggalakkan pembangunan infrastruktur dari Sabang sampai Merauke. Bukan untuk gagah-gagahan, melainkan karena menyadari sepenuhnya bahwa infrastruktur adalah salah satu mata rantai utama dalam kegiatan ekonomi untuk memajukan kehidupan bangsa. Infrastruktur ini berupa jalan, jaringan listrik, internet, air bersih, dan sebagainya. Di sini pemuda berperan penting sebagai agen perubahan, karena kegiatan ini membutuhkan insan yang mumpuni dalam teknik rekayasa, arsitektur, manajemen ekologi, pemasaran, dan berbagai bidang lainnya.

Sudah saatnya pemuda Indonesia menguasai teknologi canggih seperti Kecerdasan Buatan (AI/Artificial Intelligence), robot, dan IoT (Internet of Things) untuk mengantisipasi datangnya era Masyarakat 5.0 yang niscaya. Sudah barang tentu, kita tidak boleh melupakan prinsip 'adab dulu, baru ilmu', supaya pemuda kita tetap menggenggam erat nilai-niai kemanusiaan, seberapa canggih pun pengetahuan dan teknologi yang dikuasainya.

Kecanggihan teknologi masa kini l pixabay.com

Bayangkan betapa majunya Indonesia bila mampu memantau kualitas air dengan menggunakan remote sensing (pengindraan jarak jauh), menganalisis data-data oseanografik dan early warning alert system (sistem peringatan waspada dini) untuk melindungi manusia dari bencana alam dan perubahan iklim. Ujung-ujungnya sangat bermanfaat untuk memelihara kelestarian lingkungan. Ingatlah, bumi adalah satu-satunya planet tempat tinggal kita bersama.

Bayangkan pula, masyarakat Indonesia mampu beradaptasi di masa depan dengan menggunakan HOTS (Higher Order Thinking Skills/Keterampilan Berpikir Berjenjang Lebih Tinggi). Tantangan dan kesulitan akan dapat diatasi dengan cara berpikir yang lebih baik dengan memanfaatkan sarana teknologi canggih secara tepat guna.

Bidang kesehatan pun akan mengalami kemajuan yang signifikan, sehingga manusia berkemungkinan mencapai usia lanjut dengan tubuh sehat. Penggunaan robot dan bentuk teknologi lainnya dapat memberikan solusi dalam penanganan penyakit menular. Sedangkan anallsis lewat Kecerdasan Buatan terhadap big data (data besar) dapat mencakup berbagai informasi, antara lain data fisiologis pasien secara real time, informasi tentang tempat perawatan kesehatan, dan kondisi lingkungan.

Seorang rekan penulis memberikan informasi bahwa rekan bisnisnya di Jerman telah mendapatkan solusi tepat untuk mengatasi penyakit diabetesnya. Ke dalam tubuhnya dimasukkan lempeng chip yang mampu mengatur metabolisme gula dan insulin secara akurat, sehingga kadar gula selalu terjaga dalam kondisi normal, dan yang bersangkutan tetap bisa bekerja secara produktif.

Kesimpulan

Kemajuan yang dipaparkan di atas hanyalah sekelumit dari apa yang bisa diraih oleh pemuda Indonesia yang dibekali pendidikan berkualitas unggul. Tak pelak, pemuda adalah investasi kunci yang tak ternilai harganya untuk mendetakkan jantung hari depan bangsa. Karenanya, berilah ruang gerak yang leluasa kepada pemuda, agar upaya investasi bagi bangsa tidak sia-sia. Pemudalah yang sangat berpotensi untuk merajut hari depan yang penuh harapan.

Sebagai penutup, izinkan penulis mengutip perkataan presiden pertama RI, Ir. Soekarno, Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.

Wahai pemuda Indonesia, kuucapkan "selamat mengguncangkan dunia!"

Sumber referensi: