Teknologi Berkembang, Uang Kertas Naik Kelas

Teknologi Berkembang, Uang Kertas Naik Kelas

Uang kertas kini naik kelas | Pexels (iMin Technology)

#SohIBBerkompetisiArtikel

Era digital muncul dan terus berkembang hingga saat ini. Alat-alat digital hadir untuk terus berinovasi dan memudahkan segala kegiatan manusia. Sebagai contohnya, dahulu pekerja selalu pergi keluar rumah untuk bekerja tetapi kini mereka cukup tinggal di rumah saja.

Pada era ini, pola pikir manusia juga semakin berkembang. Tak memandang usia, mulai dari pemuda-pemudi hingga orang-orang berumur yang masih berstatus “pekerja” ini mau tak mau mengikuti perkembangan pesat dizaman serba digital ini. 

Manusia perlahan-lahan mulai hidup berdampingan dengan alat serba canggih. Kini segala kebutuhan hidup dapat dilakukan dan terpenuhi dengan mudah. Hanya saja, dengan perantara yang berbeda, yaitu di dalam jaringan. 

Tak terkecuali kegiatan perekonomian atau jual beli. Teknologi telah memberi dampak besar terhadap faktor ekonomi manusia. Kegiatan jual beli kini dapat dilakukan dalam jaringan. Hanya perlu duduk bahkan sambil rebahan di rumah untuk mendapatkan barang yang diinginkan.

Kegiatan ini semakin marak saat pandemi Covid-19 melanda. Akibat lockdown, manusia tidak bisa melakukan jual beli secara langsung sehingga e-commerce (pasar dalam jaringan) menjadi satu-satunya jalan yang paling efektif untuk dapat memenuhi kebutuhan di masa lockdown.

Manusia Beralih ke Pasar Dalam Jaringan | Pexels (photomix.company)

Tak cukup sampai jual beli saja, teknologi digital juga tak meninggalkan uang sebagai alat pembayaran. Apabila semula uang dapat dipegang dan ditukarkan sebagai alat transaksi, kini uang tak dapat lagi disentuh bentuknya. 

Ini dilakukan untuk memudahkan kegiatan manusia tak hanya dibagian jual beli tetapi juga transaksi. Jika kegiatan jual beli dilakukan dalam jaringan atau tidak bertatap muka, maka kegiatan transaksi juga akan dilakukan dalam jaringan. 

Hal ini sangat berpengaruh bagi perekonomian khususnya di Indonesia. Ada banyak pekerja yang sudah meng-upgrade pola pikir dan mulai bekerja dalam jaringan. Selain itu, digital juga membuka peluang besar bagi perekonomian daerah.

Salah satu daerah yang berpontensi yaitu Cilegon, Banten-Jawa Barat. Pemerintah kota (Pemkot) Cilegon mulai menerapkan Kartu Kredit Pemerintah Daerah (KKPD). Hal ini bertujuan untuk menjadi alat pembayaran yang lebih efektif dan implementasi digitalisasi.

Penerapan Kartu Kredit sebagai Alat Pembayaran | Pexels (pixabay)

Selain itu, KKPD ini juga memiliki misi untuk mewujudkan era modernisasi dalam bidang ekonomi khususnya alat pembayaran serta meningkatkan penggunaan barang dalam negeri. 

Dilansir dari detiknews, bahwa Kemendagri telah mengarahkan semua pemerintah daerah untuk menjalankan KKPD. Dan Cilegon menjadi kota pertama yang telah menerapkan KKPD sejak April 2023. 

Sebagai daerah yang pertama menerapkan KKPD, Cilegon juga intensif berkomunikasi dan meminta bimbingan dari Kemendagri dan Bank Jawa Barat-Banten. Dan Langkah Pemkot Cilegon ini tentu akan mendapat apresiasi dari Kemendagri.

Kota Cilegon bisa menjadi acuan atau inspirasi daerah lain untuk menerapkan KKPD. Karena sudah banyak daerah yang akan dating ke Cilegon untuk melihat bagaimana penerapan KKPD.

Perubahan ini membawa dampak baik sebagai bagian dari kemajuan peradaban manusia khususnya di Indonesia. Digital perlahan-lahan akan mengembangkan seluruh aspek, tak hanya perekonomian saja. 

Kini perekonomian juga merupakan tantangan globalisasi yang tak hanya dialami oleh Indonesia tetapi juga seluruh dunia.  Teknologi digital sudah seharusnya dikembangkan. Dalam mengembangkannya juga harus dengan perlahan dan berhati-hati. 

Dalam hal ini juga tak terlepas dari memikirkan risiko paling buruk yang akan terjadi. Karena yang terkena dampak dari perkembangan ini tak hanya generasi era saat ini, tetapi juga generasi lama (pendahulu) dan baru (penerus). 

Bagi pemuda-pemudi, perubahan seperti ini merupakan hal bisa saja terus terjadi sehingga mereka akan terus mempelajari dan mengikuti perkembangan di era digital ini. Lalu meneruskan ilmunya kepada generasi selanjutnya. 

Tetapi hal ini sulit sekali berlaku digenerasi sebelumnya. Tak jarang banyak orang tua yang dijuluki “gaptek” akibat tak dapat mengikuti dan mempelajari perkembangan zaman yang ada, sehingga pemuda-pemudi lah yang turun tangan mengambil alih perkembangan ini.

Seorang guru sedang mengajar secara online | Pexels (Vanessa Garcia)

Maka tak jarang pula orang tua juga entah terpaksa atau mau tak mau harus mempelajari perkembangan tersebut. Hal ini bisa saja dilakukan karena adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan. Contohnya, guru yang mau tak mau harus menyesuaikan kondisi, lingkungan, dan perkembangan yang ada untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.

Oleh karena itu, mengembangkan sebuah teknologi di era digital ini memang sangat diperlukan. Tetapi dengan memerhatikan risiko dan dilakukan secara berhati-hati. Kemajuan teknologi ini diharapkan terus berkembang pada peradaban manusia kedepannya.