Taman Bacaan Masyarakat Ibnu Hajar, Berdiri dan Berdikari

Taman Bacaan Masyarakat Ibnu Hajar, Berdiri dan Berdikari

TBM Ibnu Hajar | Sumber: Dokumentasi pribadi

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi

Taman bacaan masyarakat merupakan sebuah wadah yang didirikan oleh perseorangan maupun kelompok untuk menyediakan tempat masyarakat membaca dan melakukan kegiatan literasi lainnya. Taman bacaan masyarakat atau yang biasa disingkat sebagai TBM adalah program yang telah dicanangkan sejak tahun 1992. Sarana ini sebagai bentuk kebijakan lanjutan dari pembaharuan program taman pustaka rakyat yang sudah lebih dahulu hadir pada tahun 1950-an.

TBM memiliki beberapa aspek keunggulan yang semuanya diupayakan untuk mendekatkan sarana literasi di tengah masyarakat. Tempat tersebut hadir, dibentuk, ditujukan, dan menghubungkan para donator buku agar nantinya dapat bermanfaat lagi di tangan yang tepat.

Salah satu taman baca yang sudah ada dan mendapatkan legalitas atau pengakuan dari pemerintah adalah Taman Bacaan Masyarakat Ibnu Hajar. Program ini diinisiasi oleh Ibu Mardiah, S.Pd, salah seorang guru di Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

taman bacaan masyarakat
Relawan literasi di TBM Ibnu Hajar | Sumber: Dokumentasi pribadi

Taman Bacaan Masyarakat Ibnu Hajar sudah berdiri sejak 2020 lalu, dari yang sebelumnya merupakan perpustakaan pribadi beliau. Hingga pada tahun 2021, tempat membaca ini mendapatkan pengakuan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan yang mengesahkan kepengurusannya.

Ibnu Hajar berlokasi di Kampung Pagang, Kelurahan Sibatua, Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan. Ibu Mardiah memanfaatkan pekarangan dan kolong rumah panggung keluarganya sebagai tempat yang nyaman untuk warga menikmati bukunya. Yang menakjubkan, TBM ini adalah salah satu 'komunitas' membaca paling aktif di Kabupaten Pangkep.

Pengunjung Taman Bacaan Masyarakat Ibnu Hajar datang dari masyarakat lintas usia, mulai dari SD hingga lansia. Para pengurus turut membina dan menumbuhkan kegiatan literasi di sini. Upaya tersebut diwujudkan melalui berbagai kegiatan yang sering diadakan di TBM ini, tentunya selain membuka perpustakaan, seperti perlombaan dan hari peringatan perpustakaan.

Selain literasi umum, TBM Ibnu Hajar juga mencoba menumbuhkan minat yang lebih dalam untuk mempelajari agama Islam, yakni dengan menyediakan Al-Quran dan buku keagamaan sejenis.

Ketika kebijakan belajar dari rumah diterapkan, tempat ini hadir menjadi sebagai kawan belajar bagi anak-anak di Kampung Pagang. Ibnu Hajar juga membuka kesempatan bagi para donator buku, relawan, dan peran pemuda untuk turut berpartisipasi dalam program tersebut. Sebagai informasi, relawan literasi di TBM ini memiliki berbagai macam latar belakang dengan disiplin ilmu yang beragam, mulai dari siswa SMA, mahasiswa Statistik, mahasiswa Vokasi Kepariwisataan, Kehutanan, Kedokteran, hingga Bahasa. Keragaman itu memberikan banyak pengetahuan tambahan bagi pengunjung yang datang ke taman bacaan ini.

Theresia et all (2015 : 196) mengemukakan bahwa partisipasi kamus adalah berarti ikut serta dalam mengikuti dan berperan dalam sebuah kegiatan, kegiatan tersebut di luar pekerjaannya maupun profesinya.

Taman Bacaan Masyarakat Ibnu Hajar mengakomodasi partisipasi pemuda dalam mendukung upaya penanaman habituasi literasi di masyarakat (mayoritas anak-anak) sekitar Kampung Pagang yang menjadi lokasi TBM ini. Terlebih lagi, para vountter tersebut sudah dibekali dengan banyak kemudahan, baik dari segi pengadaan tempat, sumber bahan bacaan, dan sumber daya penunjang kegiatannya.

Pengadaan TBM memiliki peluang untuk lebih diperjuangkan di daerah-daerah, apalagi sebenarnya tidak semua perlu adanya lokasi khusus, seperti yang dilakukan Ibu Mardiah ini. Terpenuhinya bahan bacaan dapat diwujudkan melalui sumber daya masyarakat sekitar dan sumbangan buku.

Pemerintah memiliki kebijakan yang mendukung keberadaan taman bacaan masyarakat melalui Program Bantuan Taman Bacaan Masyarakat. Selain itu, bisa juga dari Pemerintah Daerah di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Setempat atau dari dana keuangan Desa dan Kelurahan. Dukungan relawan juga turut membuka kesempatan seluas-seluasnya untuk mereka berkreasi dalam mengembangkan TBM.

Pada beberapa kasus, ketidakleluasan dalam beraktivitas menjadi pengahalang bagi sebagian besar pemuda untuk berpartisipasi di dalam sebuah organisasi. Seyogyanya, wadah yang menaungi TBM harus bisa menjadi tempat yang nyaman bagi volunteer. Bahkan, dengan keragaman disiplin ilmu yang ada, akan memberikan banyak ilmu ke pengunjung TBM.

Taman bacaan masyarakat hadir dari sebuah kebutuhan akan 'rekreasi' berliterasi. Keberadaan TBM yang berada di tengah masyarakat bisa menjadi wadah yang positif untuk pemuda agar mau memberikan sumbangsih mewujudkan generasi yang siap menghadapi Indonesia Emas, yakni dengan memberantas buta aksara dan menumbuhkan jiwa senang literasi.

Keterbatasan menuju pemberdayaan. Salam Literasi.