Street Smart vs Book Smart: Mana yang Cerdas?

Street Smart vs Book Smart: Mana yang Cerdas?

Book smart atau Street Smart © unsplash.com

Belakangan ini, platform Tiktok ramai memperdebatkan street smart vs book smart. Berbagai jenis video terkait street smart dibuat oleh konten kreator di berbagai dunia. Sebenarnya, apa sih street smart itu dan kenapa selalu dibandingkan dengan book smart?

Kalian pasti tahu sebutan kutu buku yang disematkan bagi orang-orang pintar di bidang akademis dengan hobi selalu membaca buku setiap waktu, entah di tengah kesibukan atau saat waktu luang. Kutu buku inilah sebagai padanan dari book smart yang memperkaya ilmu melalui buku teks.

Tidak hanya buku teks, book smarter juga memperoleh ilmu dari film dokumenter, konten digital, serta program maupun pelatihan edukasi. Namun, bukan berarti seseorang tanpa titel book smart atau tidak suka membaca buku kurang intelek, ya SohIB!

Street smart © unsplash.com

Menariknya, ada sebagian orang yang memperkaya pengetahuan melalui observasi dari pengalaman, kejadian, maupun fenomena di sekitar untuk berkontribusi memecahkan suatu masalah dan memperoleh solusi secara nyata. Inilah yang disebut street smart.

Melansir dari invajy.com, book smart dan street smart sama-sama berusaha memperkaya ilmu untuk menjadi seorang problem-solver, tetapi cara memandang suatu masalah menjadi titik beda yang mencolok.

Book smart mencari solusi dari berbagai sumber buku berdasarkan pengalaman orang lain, sedangkan street smart sudah mengantongi berbagai pengalaman dan solusi yang pernah dialami secara nyata sebagai dasar pengetahuan dalam mencari penyelesaian masalah.

Selain perbedaan dari memproses suatu masalah, masih banyak letak perbedaan dari book smart dan street smart yang disajikan di bawah ini.

1. Jenis keilmuan. Book smart cenderung menyukai fakta teoritis yang diperoleh dari buku maupun referensi literatur lainnya, sedangkan street smart senang bereksperimen di lapangan agar dapat mempraktikkan secara langsung.

2. Orientasi fokus. Informasi yang diperoleh book smart lebih berorientasi pada proses dengan pertanyaan ‘apa’ dan ‘mengapa’. Sementara street smart berorientasi pada hasil karena langsung mengalami di lapangan dengan mengajukan pertanyaan ‘bagaimana’.

3. Kemampuan bersosial. Book smart lebih suka menjauh dari kerumunan untuk membaca dalam memperkaya ilmunya. Sementara street smart suka bersosialisasi dan bertukar opini dengan orang lain untuk mengambil beberapa sudut pandang berbeda di tengah masyarakat sebagai bentuk pelajaran.

4. Tingkat kecerdasan. Hobi membaca buku teks membuat book smarter cenderung mempunyai IQ tinggi yang berprestasi di ajang karya tulis ilmiah, kompetisi cerdas cermat, dan lomba akademik serupa. Di lain hal, para street smarter memiliki EQ lebih tinggi karena cenderung lebih peka dengan lingkungan dan berempati terhadap suatu fenomena sosial.

5. Sifat dan cara bekerja. Book smarter meyakini belajar untuk kebutuhan di masa depan dengan sebisa mungkin mengonsep pemikiran, mengabstraksi teori, dan meminimalisir berbagai risiko, sehingga book smarter dikenal dengan sifat visioner.

Bertolak belakang dengan street smarter yang merasa cukup untuk belajar di masa kini secara fleksibel karena merasa berani untuk mengatasi berbagai risiko tanpa rencana cadangan atau lebih suka bekerja secara spontan.

6. Kemampuan berimprovisasi. Book smarter kurang cakap untuk berimprovisasi secara leluasa sebab selalu dilandasi oleh teori dari berbagai literasi, sehingga perlu berusaha keras. Lain halnya dengan street smarter yang justru pandai dan lebih cerdik berimprovisasi secara luwes sesuai pengalaman yang telah dialami.

Referensi bagi Book Smart © unsplash.com

Book Smarter dan Street Smarter, Mana yang lebih baik?

Tidak ada jawaban pasti atas pertanyaan tersebut dari berbagai penelitian karena hal ini kembali ke diri pribadi. Namun, satu hal yang pasti adalah perlu adanya keseimbangan dalam memiliki skill sebagai book smarter dan street smarter. Mengapa?

Dikutip dari psychmechanics.com, banyak ditemui book smarter yang tetap memperkaya ilmu tanpa pengimplementasian secara langsung dan street smarter yang melakukan tindakan sama tanpa membuat progres atau stagnan.

Inilah alasan perlunya penyeimbangan di antara book smarter dan street smarter. Contoh saja, SohIB dapat belajar cepat dengan pemikiran saintifik secara strategis dari keahlian seorang book smarter sekaligus menjadi pelaksana lapangan yang cerdik dari skill seorang street smarter.

Apabila SohIB merasa book smarter lebih cerdas daripada street smarter karena mempunyai ilmu melalui membaca literasi yang bersumber dari beraneka ragam pengalaman orang lain, maka ini bisa menjadi diskusi panjang yang tidak kunjung usai, begitu kata peneliti dari citypersonnel.net.

Para peneliti juga mengembalikan pilihan dari keduanya kepada diri pribadi yang bergantung pada rencana maupun pekerjaan di masa depan. Book smart cocok bagi si pengejar kesuksesan karier, seperti analyst, specialist, manager dan ilmuwan. Sementara itu, street smart cocok bagi si pengamat situasi, seperti entrepreneur, sales, content creator, dan aktivis.

 

Referensi:

  • https://www.invajy.com/book-smarts-or-street-smarts/
  • https://www.psychmechanics.com/street-smart-vs-book-smart/
  • https://citypersonnel.net/is-it-better-to-be-book-smart-or-street-smart/
  • https://chatrisityodtong.com/blog/life/why-street-smarts-beats-book-smarts/