Sejarah Gedung Sate di Bandung: Bangunan Ikonis yang Sudah Berusia Lebih dari 100 Tahun

Sejarah Gedung Sate di Bandung: Bangunan Ikonis yang Sudah Berusia Lebih dari 100 Tahun

Sejarah Gedung Sate, salah satu bangunan ikonis yang ada di Bandung, Jawa Barat | Instagram (@gedung.sate)

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi

Gedung Sate merupakan salah satu landmark yang wajib dikunjungi jika kamu sedang berlibur ke Kota Bandung, Jawa Barat. Bangunan yang berfungsi sebagai kantor pemerintah provinsi Jawa Barat tersebut berada di Jl. Diponegoro No. 22, Bandung, Jawa Barat.

Salah satu keunikan dari bangunan ini terletak pada ornamen di bagian atap yang mirip dengan bentuk enam tusuk sate. Dikutip dari laman bandung.go.id, ornamen yang berbentuk enam tusuk sate tersebut memiliki arti enam juta Gulden yang menjadi total dana untuk pembangunan bangunan bersejarah tersebut.

Ornamen khas inilah yang membuat bangunan ini dikenal oleh masyarakat luas dengan nama Gedung Sate. Dibalik kemegahan yang dimilikinya, ternyata Gedung Sate sudah berusia lebih dari seratus tahun.

Selain itu, gedung ini ternyata juga memiliki cerita tersendiri pada masa kemerdekaan Indonesia. Bagaimana cerita Gedung Sate bisa dibagun hingga menjadi kantor pemerintah provinsi Jawa Barat pada saat ini?

Awal Mula Gedung Sate Bandung

Dilihat dari laman bandung.go.id, Gedung Sate diketahui sudah mulai dibangun pada 1920. Artinya, pada tahun bangunan tersebut sudah memasuki usia yang ke-103 tahun. Bangunan bersejarah ini dirancang tim arsitek Belanda yang dipimpin oleh Ir. J. Gerber.

Proses pembangunan Gedung Sate memakan waktu selama empat tahun dan selesai pada 1924. Pada saat itu, Gedung Sate diperuntukkan sebagai kantor pemerintahan Belanda di wilayah Bandung.

Secara arsitektur, bangunan ini menggunakan berbagai macam gaya dari beberapa mode, seperti Italia, Spanyol hingga Asia. Selain itu, ornamen yang ada di bangunan ini juga memiliki percampuran antara Hindu dengan Islam.

Percampuran beberapa model ini membuat Gedung Sate menjadi salah satu bangunan dengan tampilan yang megah dan unik.

Sempat Diperebutkan pada 1945

Gedung Sate ternyata juga memiliki kisah tersendiri pada masa kemerdekaan Indonesia. Dilansir dari artikel Sulasman dkk. dalam Jurnal Tamaddun yang berjudul "Peristiwa Perebutan Gedung Sate di Bandung Tahun 1945," bangunan bersejarah ini pernah menjadi saksi pertempuran pada periode tersebut.

Pertempuran yang terjadi di Gedung Sate pada Desember 1945 ini terjadi antara para pemuda dengan pasukan sekutu yang datang ke Bandung pada waktu tersebut. Beberapa bangunan, termasuk Gedung Sate berhasil diambil alih usai diumumkannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Akan tetapi, kedatangan Belanda beserta sekutu yang kembali berusaha untuk menduduki wilayah Indonesia membuat terjadinya pertempuran di beberapa wilayah. Pada 3 Desember 1945, pasukan sekutu yang sudah datang di Bandung melancarkan serangan mendadak dengan mengepung Gedung Sate yang saat itu sudah dikuasai oleh Indonesia.

Para pemuda yang berada di Gedung Sate saat itu berusaha untuk melakukan perlawanan terhadap serangan tiba-tiba yang dilancarkan oleh pasukan sekutu. Akan tetapi, pada 4 Desember 1945 pasukan sekutu berhasil mengalahkan para pemuda dan mengambil alih Gedung Sate.

Untuk mengenang pertempuran tersebut, Pemerintah Indonesia menetapkan setiap 3 Desember menjadi Hari Kebaktian Pekerjaan Umum.

Beralih Fungsi Menjadi Kantor Pemerintahan

Penggunaan Gedung Sate sebagai kantor pemerintah terus berlanjut setelah Indonesia merdeka. Pada 1980, bangunan ini secara resmi digunakan sebagai kantor pemerintah provinsi Jawa Barat.

Penetapan ini juga membuat Gedung Sate dikenal sebagai Kantor Gubernuran. Selain berfungsi sebagai kantor, Gedung Sate juga mulai difungsikan sebagai destinasi wisata sejarah.

Dilansir dari laman jabarprov.go.id, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dalam perayaan 100 tahun Gedung Sate menyebutkan bahwa bangunan ini akan digunakan sebagai tujuan wisata dan dibuka untuk umum. Gubernur yang kerap disapa Kang Emil ini berharap masyarakat tidak hanya tahu bagian luar saja, tetapi bisa tahu lebih dalam tentang Gedung Sate.

Semoga Gedung Sate tetap terawat dan berdiri megah agar generasi selanjutnya tetap bisa melihat dan mempelajari lebih dalam tentang bagunan bersejarah tersebut.