Pharaswara Etnika: Impian dan Sejarah Singkat Lahirnya Kelompok Musik Etnik di Kabupaten Bogor

Pharaswara Etnika: Impian dan Sejarah Singkat Lahirnya Kelompok Musik Etnik di Kabupaten Bogor

Pharaswara Etnika memainkan musik etnik | Sumber: Dok. Belgi Alhuda

Dikutip dari laman Indonesia.go.id Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa, lebih tepatnya terdapat 1.340 suku bangsa di tanah air menurut sensus BPS tahun 2010.

Sementara itu, berdasarkan jumlah dari seluruh kelompok etnik yang tersebar, Indonesia memiliki sekitar 718 bahasa daerah yang berbeda.

Dari banyaknya bahasa yang tersedia di negeri ini, ternyata hanya 14 bahasa daerah saja yang memiliki penutur di atas 1.000.000 jiwa. Bahasa Jawa dan bahasa Sunda menjadi penyumbang terbesar dengan masing-masing memiliki penutur sebanyak 84 juta dan 42 juta, sedangkan bahasa Melayu menempati urutan ketiga dengan penutur 13 juta.

Di samping itu, belum ada bahasa daerah yang lain yang memiliki penutur di atas 7 juta orang.

Nah, SohIB! Demi turut membantu melestarikan pemahaman terhadap bahasa dan budaya daerah di Indonesia yang udah mulai terkikis, Pharaswara Etnika mencoba mempertahankan seni tradisional dan mengemban tanggung jawab tersebut dengan cara mencoba berkontribusi dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan salah satunya dengan cara merawat kesenian musik tradisional.

Seperti yang kita ketahui, begitu banyak genre atau aliran musik yang kita kenal. Namun, dengan maksimal Pharaswara Etnika berhasil membuat grup musik dengan mengangkat kekayaan musik etnik di Indonesia pada musiknya.

Penampilan Musik Pharaswara Etnika | Sumber: Dok. Belgi Alhuda

Pharaswara Etnika adalah sebuah proyek musik yang digagas oleh para pelaku ekonomi kreatif di kabupaten Bogor, para personilnya merupakan para pengrajin atau pelaku kerajinan tangan yang sering berkumpul dan mengikuti berbagai event dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bogor dalam pengembangan usahanya.

Karena memiliki minat yang sama dalam bermusik, maka lahirlah Pharaswara Etnika yang mengangkat musik etnik Sunda khas Jawa Barat dan mendapatkan dorongan dari Disbudpar Kabupaten Bogor untuk berkolaborasi dalam memajukan kebudayaan dan ekonomi kreatif.

Salah satu personilnya yang bertempat tinggal di Karadenan, kecamatan Cibinong, Othing, memiliki ketertarikan dalam kesenian dan kebudayaan.

Pasalnya, pria yang biasa disapa Kang Othing ini berasal dari daerah Sumedang yang mana di daerah tersebut, memiliki kebudayaan dan musik tradisional yang khas seperti tarawangsa, calung dan goong renteng.

Seperti pemuda asal Jawa Barat pada umumnya, Othing juga mencintai musik tradisional sebagai pondasinya dalam bermusik.

Musik tradisional (etnis) adalah musik yang hidup, tumbuh dan berkembang di suatu daerah atau lahir dari budaya setempat. Musik tradisional diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi yang berpadu dengan kegiatan sehari-hari sesuai dengan kondisi sosial budaya serta alam dan kultur yang ada di daerah setempat.

Musik etnik Indonesia memiliki potensi yang besar sebagai kekayaan budaya Indonesia. Selain jumlahnya yang sangat banyak, budaya serta tradisi ini telah mengharumkan nama Indonesia ke pentas dunia, loh!

Salah satunya gamelan, pernah tampil sebagai pembuka acara dalam peresmian menara Eiffel, 31 Maret 1889 di Paris, Prancis. Kemudian gamelan bernama Sari Oneng ini juga pernah tampil di Pameran Teh di Belanda sekitar abad ke—18.

Kekayaan budaya di negeri ini sangatlah melimpah. Mulai dari rumah, pakaian, bahkan kesenian. Alat musik merupakah salah satu budaya kesenian dan di tanah Pasundan, Jawa Barat memiliki berbagai macam alat musik khas.

Alat musik tersebut merupakan budaya warisan turun temurun bahkan alat musik dari Jawa Barat ada yang sudah diakui dunia dan telah terdaftar pada situs warisan dunia UNESCO.

Live Performance Pharaswara Etnika | Sumber: Dok. Belgi Alhuda

Pharaswara Etnika berdiri baru dua bulan yang lalu, setelah sebelumnya masing-masing dari personilnya mengisi musik dengan berkolaborasi satu sama lain. Hingga akhirnya memutuskan untuk membuat kelompok musik sendiri dan mencoba ngamumule sejarah dengan mencoba melestarikan kearifan lokal dan musik tradisional.

Harapan dapat memperkenalkan kembali ragam musik etnik yang ada kepada masyarakat.

Pharaswara Etnika merupakan gabungan dua suku kata 'Pharaswara' dan 'Etnika' yang diambil dari nama Pariwisata dan etnik yang memiliki makna kumpulan para suara etnik yang memadukan berbagai alat musik tradisional dalam menghadirkan harmonisasi dalam bermusik.

Sementara pariwisata sendiri karena mereka di dorong oleh para pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bogor. Sehingga memasukan nama pariwisata dan berharap agar dapat menjalin kerjasama dan kolaborasi berkelanjutan agar pariwisata yang ada di Indonesia, khususnya di Kabupaten Bogor, dapat bersama-sama dapat memajukan kebudayaan dan ekonomi kreatif.

Pharaswara Etnika diisi oleh empat personil yang tergabung dalam pelaku ekonomi kreatif di Kabupaten Bogor. Othing dari Karadenan, Samsul dari Kota Batu, Sedangkan Aban dan Belgi berasal dari Cigombong, Bogor.

Keempat personil yang tergabung dalam kelompok musik etnik ini tidak menutup diri. Mereka siap berkolaborasi dengan siapa saja dengan harapan agar dapat terus belajar serta menambah pengalaman dalam bermusik.

Alat musik yang sering mereka mainkan hampir semuanya berasal dari Jawa Barat seperti Karinding, Celempung, Gong Ti, Tarawangsa, Kecapi, Suling, Jentreng, dan dipadukan pula dengan alat musik perkusi lainnya.

Pharaswara Etnika memiliki harapan agar dapat terus bersama-sama memajukan kebudayaan, ngamumule sejarah, menjaga seni tradisi, berkolaborasi dengan berbagai pihak dan didukung penuh oleh pemerintah serta dapat memberikan inspirasi khususnya kepada generasi muda agar tidak melupakan sejarah, menjaga warisan leluhur, menjaga seni tradisi dan mencintai kebudayaan yang ada di Indonesia.