Menulis Artikel: Mengenal Heading, Call-To-Action, dan Riset Konten 

Menulis Artikel: Mengenal Heading, Call-To-Action, dan Riset Konten 

Menulis artikel di blog adalah salah satu kegiatan kreatif yang banyak disukai (Sumber Pexels: Kaboompics)

#JadiKontributorJadiInspirator #SobatHebatIndonesiaBaik #BerbagiMenginspirasi

Menulis artikel saat ini sudah menjadi lifestyle karena sudah dilakukan oleh semua kalangan. Kegiatan tersebut tidak harus di dalam sebuah blog, tetapi dengan merangkai beberapa paragraf di buku tulis, kita sudah masuk dalam dunia ini. Dengan melatih kemampuan ini, kita bisa mendapatkan cuan.

Ya, kemampuan menulis artikel cukup dihargai di Indonesia. Namun, perlu tetap hati-hati karena ada saja pihak yang tidak menghargai kreativitas dan jasa seorang content writer. Berdasarkan sedikit pengalaman, paling sedikit seseorang dibayar untuk menulis artikel adalah Rp20 per kata.

Melalui tulisan ini, kita bisa belajar bersama dalam menulis artikel, terutama konten-konten yang dipublikasikan melalui platform Wordpress.

Apakah ada yang masih belum familiar dengan platform tersebut? Platform Wordpress adalah salah satu tempat para penulis artikel memulai karyanya. Platform-nya gratis, fitur cukup lengkap, dan mudah diakses.

Kita akan mempelajari tiga hal penting dalam menulis artikel di platform Wordpress. Pertama-tama, SohIB perlu mengetahui tentang Heading. Setidaknya ada tiga Heading utama yang selalu digunakan dalam sebuah artikel yaitu Heading 1, Heading 2, dan Heading 3.

Hal kedua yang kita pelajari adalah Call-To-Action atau CTA. Hal itu sangat berkaitan dengan kemampuan copywriting yang akan kita dibahas di artikel lainnya. Last but not least, meriset konten dengan saksama.

Apa itu Heading dalam Menulis Artikel?

Teknis menulis artikel yang pertama adalah membuat Heading (Sumber Pexels: Vlada Karpovich)

Singkatnya, Heading merupakan judul yang digunakan untuk mengatur hierarki informasi dalam artikel atau halaman website. Tanpa basa-basi, kita langsung ke contohnya. H1 dalam artikel ini adalah ‘Terus Berlatih Menulis Artikel Hingga Tulisanmu Dipublish Ulang di Website Kementerian.’ Apakah sudah dapat membayangkan apa itu Heading?

H1 atau Heading 1

H1 adalah judul utama dan heading level tertinggi yang dapat menjadi cermin mengenai topik yang akan dibahas dalam sebuah artikel. H1 sangat perlu dirancang semenarik mungkin agar calon pembaca terdorong meng-klik artikel kita. Satu klik cukup berharga daripada tidak ada sama sekali.

H2 atau Heading 2

H2 adalah subjudul umum yang mendukung H1. Tugasnya adalah membagikan konten menjadi bagian-bagian kecil. Contoh H2 dalam artikel ini yaitu ‘Apa itu Heading dalam Menulis Artikel?’ Sudah mulai dapat menangkapnya bukan?

H3 atau Heading 3

H3 adalah subjudul spesifik yang mendukung H2. Pada umumnya digunakan untuk membuat rincian dari H2. Contohnya dalam artikel ini yaitu “H1 atau Heading 1”; “H2 atau Heading 2”; dan “H3 atau Heading 3.” Selamat, karena kita sudah mempelajari unsur pertama dalam menulis artikel.

Call-To-Action atau CTA

Mungkin ada di antara kita yang jarang mendengar istilah ini. Hal itu wajar karena CTA biasanya digunakan dalam konteks copywriting atau kepenulisan untuk tujuan pemasaran. Akan tetapi, tujuan dari sebuah artikel tidak selalu ujungnya memberikan pengetahuan baru, lho.

Banyak perusahaan yang juga memanfaatkan artikel sebagai strategi pemasaran karena dianggap tidak mengeluarkan banyak budget. Mari kita pelajari lebih lanjut.

Apa itu Call-To-Action?

Call-To-Action (CTA) adalah serangkaian kata, frasa, atau elemen interaktif yang dirancang untuk mendorong pembaca melakukan tindakan tertentu setelah membaca suatu konten.

Tindakan ini bisa berupa meng-klik tautan, mengisi formulir, berlangganan newsletter, membeli produk, atau tindakan lain yang diinginkan oleh penulis. CTA berfungsi sebagai jembatan antara konten yang dibaca dan tujuan akhir yang ingin dicapai oleh penulis atau pemilik situs.

3 Fungsi Call-To-Action

1) Mengarahkan Tindakan

Fungsi utama CTA adalah mengarahkan pembaca untuk melakukan tindakan yang diinginkan. Tanpa CTA yang jelas, pembaca mungkin hanya melewati konten tanpa melanjutkan ke tindakan lebih lanjut.

2) Meningkatkan Konversi

CTA dapat secara signifikan meningkatkan tingkat konversi. Dengan memberikan arahan yang jelas dan tindakan yang nyata kepada pembaca, peluang mereka untuk melakukan tindakan yang diinginkan menjadi lebih tinggi.

3) Membangun Keterlibatan

CTA dapat membangun interaksi dan keterlibatan dengan pembaca. Misalnya, mengajak pembaca untuk berkomentar, berbagi artikel, atau berpartisipasi dalam diskusi di bawah artikel.

Contoh Call-To-Action

  • "Ingin mempelajarinya lebih lanjut? Mari berlangganan newsletter kami untuk mendapatkan update terbaru secara langsung ke email kamu!"
  • "Sekarang saatnya untuk mengambil langkah. Klik tautan di bawah ini dan dapatkan produk ini dengan diskon 20%!"
  • "Bagikan artikel ini kepada teman-teman kamu dan ajak mereka untuk ikut dalam diskusi yang menarik!"
  • "Apakah kamu memiliki pertanyaan atau pengalaman terkait topik ini? Jangan ragu untuk bercerita kepada kami melalui kolom komentar di bawah."
  • "Ingin mendapatkan panduan lengkap tentang topik ini? Isi formulir berikut ini dan dapatkan panduan eksklusif kami secara gratis."

Riset Konten Sebelum Menulis Artikel

Ikuti berita yang sedang viral baru-baru ini untuk meriset konten lebih baik (Sumber Pexels: Matheus Bertelli)

Setelah mempelajari teknis dasarnya seperti Heading dan Call-To-Action, kita masuk ke topik yang ditunggu-tunggu yaitu meriset konten. Pasalnya, jika teknis menulis SohIB sudah bagus banget, tetapi konten yang ditulis kurang diminati, maka artikel kita akan sedikit yang membaca. Sedih bukan? Sudah capek-capek menulis, tidak ada yang minat mengintipnya.

Oleh karena itu, kemampuan riset sangat dibutuhkan. Salah satu teknik meriset yang paling mudah adalah mengetahui hal-hal yang sedang viral di media sosial. Kita ambil contoh saja: polusi di Jakarta. Ada yang pernah mendengarnya atau bahkan merasakan sendiri dampak dari polusi tersebut?

Sekarang kita sudah mengetahui yang sedang viral, lalu kita bisa bedah bersama. Jika membicarakan tentang ‘polusi di Jakarta,’ apa saja yang kita dapat pikirkan? Pertama, masalah kesehatan. Kedua, masalah lingkungan. Ketiga, masalah transportasi. Keempat, gangguan perekonomian. Kelima, tingkat stres masyarakat. Banyak, ya?

Kemudian, kita dapat sesuaikan penjabaran di atas dengan tujuan kita menulis artikel. Misalnya ingin menjadi seorang content writer yang fokus terhadap isu lingkungan. Maka kita dapat melakukan break down terhadap isu ini.

Pertama, kualitas udara Jakarta saat ini. Kedua, efek terhadap binatang dan tumbuhan. Ketiga, efek negatif terhadap perairan. Keempat, meningkatkan risiko bencana lingkungan. Kelima, solusi untuk menanggulangi masalah polusi di Jakarta. Kita telah melakukan riset sederhana dan setelah ini tinggal melakukan langkah terakhir yaitu menulis artikel. Good luck!

Penting bagi content writer untuk memadukan ketiga elemen ini dengan kreativitas serta informasi yang akurat, sehingga dapat menciptakan konten yang menarik, bermanfaat, dan menginspirasi pembaca untuk melakukan tindakan yang diinginkan.

Dengan memahami peran masing-masing elemen, kita dapat membangun artikel yang berdampak, mendukung tujuan pribadi atau tujuan bisnis, dan menghasilkan konten yang relevan dengan para audiens. Semangat mengaplikasikannya!