Mengurangi Global Warming dengan Penghijauan Berteknologi

Mengurangi Global Warming dengan Penghijauan Berteknologi

Save the eart | Unsplash (Lukasz Szmigiel)

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohIBBerkompetisiArtikel

      Dewasa ini dunia telah melalui berbagai perkembangan teknologi. Tentunya teknologi sendiri telah merambah ke segala penjuru sektor. Sama terkenalnya dengan teknologi, selama beberapa dekade ini penghijauan global juga tidak kalah asing didengar oleh semua masyarakat dunia. Tentunya inilah yang selalu digadangkan sebagai solusi dari pemanasan global atau yang sering kita kenal dengan sebutan global warming. Pemanasan global terjadi karena tindakan yang tidak benar oleh beberapa manusia yang tidak taat peraturan dan tidak peduli lingkungan. Pemanasan global juga dapat terjadi karena polusi yang disebabkan oleh industri, kendaraan, pembakaran hutan untuk ladang, dan sebagainya.

Ilustrasi Polusi Udara | Unsplash (Maxim Tolchinskiy)
Ilustrasi pembakaran hutan | Unsplash (Matt Howard)

          Selain pembakaran hutan, penebangan pohon juga dapat menyebabkan pemanasan global. Seperti yang diberitakan pada Liputan6.com bahwasanya Pemerintah Kabupaten Bone Bolango sedang mempersiapkan peraturan bupati (Perbup) mengenai larangan penebangan pohon utamanya di jalur hijau, jalan by pass Prof BJ Habibie, dan lokasi tertentu. Seperti yang telah kita ketahui, pemanasan global selama ini selalu menjadi isu hangat dan trending untuk di bahas di semua kalangan. Isu ini selalu mencuat dan memanas dari tahun ke tahun. Namun, selaras dengan isu yang meluas ini, solusi untuk menangani hal ini pun menjadi trending topic di semua media.  Apalagi sekarang ini kita sudah dimudahkan dengan teknogi. Tentunya solusi yang ditawarkan pun dapat kita realisasikan lebih cepat atau lebih mudah dibanding sebelum kita mempunyai teknologi yang saat ini sudah meluas. Sebelumnya penghijauan selalu digalakkan dan dilaksanakan untuk mengurangi pemanasan global, tetapi setelah dilihat kembali penghijauan butuh waktu yang lama, karena pohon yang kita tanam itu membutuhkan waktu yang lama untuk tumbuh dan besar sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

            Penghijaun perlu dilakukan sejak dini. Penghijauan adalah salah satu cara yang dapat dilakukan kita semua untuk membantu pengurangan global warming. Tentunya saat kita melakukan penghijauan suatu saat nanti kita dapat merasakan manfaatnya untuk dunia. Penghijauan ini dapat menjadi paru-paru dunia yang banyak mengeluarkan O2 bagi kita semua. Seperti yang dilansir oleh Liputan6.com yakni terdapat 50.000 bibit trembesi yang tersemai dan juga 40.000 bibit sengon yang dilakukan oleh Bapak Doni Monardo Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang saat itu sedang memantau penghijauan yang ada di jalur Pantura. Menurut Bapak Doni, seperti yang telah didengar oleh kita semua bahwasanya dunia melakukan cara penekanan emisi dengan Trembesi yang mana ini telah dilaksanakan belasan tahun lalu. Pohon ini merupakan opsi pohon yang tepat sekali untuk melalui transisi iklim.

Ilustrasi Penghijauan dengan Trembesi | Pixabay (6437364 / 503 images)

            Dengan adanya teknologi, pelaksanaan penghijaun akan lebih terorganisir. Seperti yang dilansir oleh suaramerdeka.com ada inovasi baru dari sebuah Perusahaan Start Up PT Green Gold Arthabuana. Mereka melancarkan kegiatan penghijauan lahan yang ada di Indonesia dengan memakai teknologi blockchain. Menurut CNBC Indonesia blockchain merupakan teknologi yang dipakai untuk mekanisme penyimpanan atau bank data secara digital yang terkoneksi dengan kriptografi.  Untuk opening nya sendiri dilaksanakan melaui grup komunitas telegram NUSAKU yang lansgung di hadiri oleh CEO NUSAKU. Menurut CEO Nusaku yakni Bapak Yohanis Cianes Walean, NUSAKU token adalah sebuah terobosan dalam mekanisme pencatatan digital mengenai data pohon yang dipakai untuk claim carbon credit. Selaras dengan project NUSAKU ini, seperti yang dilansir oleh Suara.com bahwasanya seperti yang dikatan oleh Ibu Siti Nurbaya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI melalui Direktur Jenderal Planalogi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK Bapak Dr. Ir. Ruandha Agung Sugadirman, MSc, program Kementrian LHK, Indonesia akan berkonstribusi dalam menekan konsentrasi CO2 di dunia sebanayak 29% - 40% pada 2023 mendatang yang mana 29% akan disumbangkan dari sektor kehutanan. Untuk dapat melaksanakan komitmen menekan angka 17,2%, salah satu usahanya ialah melalui penanaman pohon, karena semakin banyak hutan, maka akan dapat dipastikan Indonesia dapat menyerap CO2 yang ada di lapisan atmosfer dan di ubah menjadi oksigen.

      Hadirnya teknologi menjadi solusi untuk memperlancar kegiatan penghijaun. Seperti yang sudah di jelaskan oleh CEO Nusaku, mereka akan menggunakan teknologi blockchain untuk kegiatan penghijauan. Namun, sistem teknologi itu meluas, tidak hanya sebatas teknologi tersebut, kita juga dapat memikirkan ide-ide cemerlang lainnya yang setidaknya dapat digunakan untuk kegiatan penghijauan. Ide lainnya dapat dimulai dari menciptakan pendeteksi suhu panas untuk menyiram tanaman yang mana ketika suhu sudah terlalu panas maka akan terdeteksi langsung oleh sebuah alat yang mengeluarkan air untuk menyiraminya. Selain itu, mungkin para ahli kita dapat menciptakan teknologi pemupukan. Dimana alat ini secara otomatis dapat memberikan pupuk dalam kurun waktu berapa minggu ataupun berapa bulan sekali. Tidak hanya itu, teknologi lainnya juga dapat diciptakan yakni penggalian tanah oleh alat yang telah di program sebelumnya sekaligus untuk menanam tanaman yang masih muda.

         Adanya teknologi sangatlah membantu semua manusia untuk beraktivitas. Mulai dari kegiatan sehari-hari sampai berbagai kegiatan lainnya seperti gerakan penghijaun yang dapat menggunakan teknologi. Dengan begitu, teknologi telah melengkapi semua pekerjaan manusia menjadi lebih mudah, efisien, dan lebih cepat.

Penulis : Ulfa Ladayya