Melihat Transformasi Digital Si Anak Pantura: Tentang Digital dan Segala Kabar Baik di Dalamnya

Melihat Transformasi Digital Si Anak Pantura: Tentang Digital dan Segala Kabar Baik di Dalamnya

Transformasi Digital | Pixabay.com (geralt)

#SohIBBerkompetisiArtikel

Semesta akan selalu mempertemukan kita dengan orang yang tepat melalui cara yang tepat dan pada waktu yang tepat pula. Setidaknya, itulah yang diyakini oleh seorang anak perempuan di pinggir desa daerah Pantura sana. Bagaimana tidak, ia merasakan betul bahwa Tuhan selalu mempertemukan seseorang dalam hidupnya tanpa maksud apa-apa. Namun, ini bukanlah kisah tentang pertemuan mereka, melainkan tentang digital dan semua orang baik yang ada di dalamnya.

Cerita pertama

Memberi kabar | Pixabay.com (Pezibear)

“Nanti sekolahnya masuk ya, ada sosialisasi dari MA Nuris di sekolah kita”. Seorang kawan datang mengendarai sepeda motor matic berwarna merah muda, membawa kabar baik di dalamnya. Sebab, saat itu si Anak Pantura belum mencicipi rasanya dunia digital yang sudah mulai berkembang. Berharap anak perempuan dari Pantura itu bisa melanjutkan sekolah ke jenjang sekolah menengah, berharap masa depan bisa terbuka melalui jalan yang diberitahu oleh kawannya itu.

Cerita ke dua

Memberi kabar melalui SMS | Pixabay.com (relexahotels)

“Besok bawa seragam olah raga ya, ada jalan sehat untuk memperingati Haornas. Oh iya nilai UTS kemarin sudah keluar”. Seorang kawan SMA menulis short message service padanya lalu diikuti empat nilai mata pelajaran yang sudah keluar. “Btw, nilai fisika kamu tertinggi:D”. Sebuah kabar baik untuk anak perempuan dari Pantura itu. Namun, yang lebih baik lagi ialah kawannya yang tak enggan memberi kabar baik itu untuknya meskipun saat itu, platform tersebut sudah tidak banyak digunakan sebab platform digital yang baru terus berkembang menjaring seluruh wilayah di Indonesia. Meskipun demikian, si anak perempuan dari pantura itu masih belum mengecup manisnya platform digital tersebut. Untungnya, ia dikaruniai seorang kawan yang masih mau menyamakan kemampuannya dengan si anak perempuan dari Pantura.

Cerita ke tiga

Pengumuman seleksi | Pixabay.com (StartupStockPhotos)

“Selamat, Anda dinyatakan lolos pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi 2020”. Warna hijau dilihat oleh si Anak Pantura, tak disangka, air mata pun lolos dengan sendirinya, mengiringi lolosnya ia dari tes yang memenatkan pikirannya, dan akhirnya kabar baik pun diterimanya. Melalui peramban-peramban digital, akhirnya pintu untuk menggapai mimpi si Anak Pantura akhirnya terbuka. Saat itu, ia tak tahu harus memperdalam materi tes dari mana. Berkat dunia digital yang semakin pesat merambat ke dunia pendidikan, akhirnya si Anak Pantura menemukan berbagai platform digital untuk try out persiapan tes tanpa dipungut biaya. Hingga akhirnya, lambat laun ia mulai basah menyelami dunia digital untuk kehidupan yang lebih layak.

Ketiga cerita si Anak Pantura bukanlah rangkaian cerita tanpa makna. Ketiganya ialah garis besar perjalanan dunia digital si Anak Pantura bersama kawan yang membawa kabar baik di dalamnya. Bila ditelaah lebih dalam, ketiga cerita di atas ialah bagian transformasi digital yang pernah dirasakannya. Meskipun sebetulnya, ia sendiri mengalami keterlambatan dalam mengakses dunia digital pada masanya, pada cerita pertama.

Mungkin, dari anak Sabang sampai Merauke, si Anak Pantura bukanlah satu-satunya. Sebab, di beberapa pelosok negeri ini, dunia digital belum dapat diakses secara maksimal karena berbagai faktor yang mungkin berbeda dengan cerita si Anak Pantura. Jika keterlambatan digital oleh si Anak Pantura disebabkan oleh faktor initernal, mungkin berbeda dengan anak-anak lain yang terlambat atau bahkan belum bisa mengakses dunia digital oleh faktor eksternal. Untuk kali ini, maka mari tinggalkan sejenak cerita si Anak Pantura lalu biarkanlah data yang berbicara.

Lima Ribu Desa di Indonesia Belum Terjangkau Sinyal Seluler pada 2021

Tower BTS | Pixabay.com (weaver 1234)

Sinyal seluler merupakan salah satu hal penting agar dapat mengakses dunia perdigitalan melalui internet. Bila sinyal seluler susah didapatkan, maka koneksi internet juga sulit tersambung, alhasil tidak dapat mengakses kebermanfaatan dunia digital yang semakin banyak.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikeluarkan pada 7 September 2022, ternyata banyak daerah di Indonesia yang belum terjangkau sinyal seluler pada 2021. Dari laporan BPS tersebut, tercatat 5.098 desa/kelurahan di Indonesia yang belum terjangkau sinyal seluler. Sebuah persolaan tersendiri mengingat saat ini dunia digital telah berkembang begitu pesat namun ternyata masih ada daerah di Indonesia yang belum terjangkau sinyal seluler. Hal ini tentu akan menimbulkan kesenjangan antar daerah yang berdampak pada tidak meratanya akses digital dan segala kebermanfaatan yang dapat diperoleh di dalamnya.

Melihat dari cerita si Anak Pantura, bahwa dunia digital memiliki manfaat begitu besar dari berbagai lini kehidupan, terutama yang dirasakannya ialah dalam dunia pendidikan. Sebuah informasi dari suatu ilmu pengetahuan yang baru akan mudah tersampaikan melalui platform digital daripada dengan cara konvensional melalui mulut ke mulut yang tentunya akan memakan waktu yang lebih lama untuk melewati jangkauan yang luas.

Oleh sebab itu, diperlukan kerja sama lintas sektor agar tercapainya program pemerataan akses sinyal seluler di seluruh daerah Indonesia. Dengan begitu, pemerataan akses digital akan terwujud yang akan berdampak pada melebarnya peluang untuk mengembangkan potensi-potensi daerah melalui dunia ditgital.