FOMO di Kalangan Mahasiswa: Bagaimana Menilai Apakah Ini Kebutuhan atau Sekedar Ikut-Ikutan?

FOMO di Kalangan Mahasiswa: Bagaimana Menilai Apakah Ini Kebutuhan atau Sekedar Ikut-Ikutan?

FOMO adalah kecemasan karena merasa terlewatkan momen penting | Sumber: freepik

Selamat datang di era digital, di mana kita semua terhubung dengan dunia melalui genggaman tangan kita. Bagi mahasiswa, ini adalah era yang penuh dengan potensi, tantangan, dan tentu saja godaan.

Salah satu godaan yang semakin merajalela di kalangan mahasiswa adalah FOMO atau Fear of Missing Out, yang dapat diterjemahkan sebagai rasa takut untuk ketinggalan.

Saat kita membahas FOMO di kalangan mahasiswa, banyak pertanyaan muncul: Apakah ini benar-benar kebutuhan yang sah atau hanya sekedar ikut-ikutan? Bagaimana kita dapat menilai dan memahami peran FOMO dalam kehidupan mahasiswa? Mari kita menjelajahinya dengan lebih mendalam.

Menjelaskan Fenomena FOMO

Sebelum kita melangkah lebih jauh, mari kita definisikan terlebih dahulu apa itu FOMO. FOMO adalah perasaan cemas yang muncul ketika seseorang merasa bahwa ia sedang melewatkan sesuatu yang menarik atau penting yang sedang terjadi di suatu tempat atau dengan seseorang.

Dalam konteks mahasiswa, ini sering kali berarti merasa cemas jika tidak bisa ikut dalam aktivitas, pesta, atau acara sosial yang sedang tren.

Mahasiswa seringkali menghadapi FOMO ketika melihat teman-teman mereka berpartisipasi dalam aktivitas sosial yang terlihat menyenangkan atau ketika melihat postingan di media sosial yang menggambarkan kehidupan yang tampak sangat menarik. FOMO dapat mendorong seseorang untuk ikut serta dalam aktivitas tersebut, terlepas dari apakah mereka benar-benar ingin melakukannya atau tidak.

Mengukur Apakah Ini Kebutuhan atau Sekedar Ikut-Ikutan

Pertanyaan penting yang muncul adalah apakah FOMO adalah kebutuhan yang sah atau hanya sekedar ikut-ikutan. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mempertimbangkan beberapa faktor.

Pertama, penting untuk mengidentifikasi apa yang sebenarnya menjadi pemicu FOMO SohIB. Apakah SohIB merasa tertekan ketika melihat teman-teman SohIB berada di pesta yang besar, ataukah SohIB merasa tidak relevan ketika melihat postingan di media sosial mereka yang tampak sangat menarik?

Memahami pemicu FOMO SohIB dapat membantu SohIB menilai apakah perasaan tersebut berasal dari kebutuhan yang sebenarnya atau hanya karena SohIB merasa tertekan oleh ekspektasi sosial.

Selanjutnya, pertimbangkan apakah aktivitas atau acara yang SohIB rindukan benar-benar relevan dengan nilai dan tujuan SohIB. Jika kamu merasa tertekan untuk menghadiri pesta atau acara yang sebenarnya tidak sesuai dengan minat SohIB atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilaimu, maka ini mungkin merupakan tanda bahwa FOMO SohIB lebih merupakan sekedar ikut-ikutan daripada kebutuhan yang sah.

Selain itu, coba refleksikan apakah perasaan FOMO tersebut berdampak negatif pada kesejahteraan SohIB. Apakah perasaan cemas atau tekanan untuk ikut serta dalam aktivitas tertentu merugikan kesehatan fisik atau mental SohIB? Jika iya, ini dapat menjadi tanda bahwa SohIB perlu menilai kembali sejauh mana FOMO tersebut layak dikejar.

Bagi mahasiswa, era ini penuh peluang, tantangan, dan godaan FOMO yang umum
Bagi mahasiswa, era ini penuh peluang, tantangan, dan godaan FOMO yang umum | Sumber: freepik

Menilai Dampak Positif dan Negatif

FOMO bukanlah fenomena yang sepenuhnya negatif. Dalam beberapa kasus, perasaan ini dapat memotivasi seseorang untuk menjalin hubungan sosial yang lebih erat, mencoba pengalaman baru, atau berpartisipasi dalam aktivitas yang benar-benar mereka nikmati.

Namun, FOMO juga dapat memiliki dampak negatif jika seseorang merasa terus-menerus tertekan atau tidak puas dengan pilihan yang mereka buat.

Oleh karena itu, penting untuk melakukan evaluasi yang seimbang tentang peran FOMO dalam kehidupan SohIB. Pertimbangkan dampak positifnya, seperti kesempatan untuk menjalin hubungan baru atau mengeksplorasi minat baru, dan dampak negatifnya, seperti stres dan kelelahan.

Mengatasi FOMO yang Tidak Sehat

Jika SohIB merasa bahwa FOMO telah menjadi masalah yang mengganggu dalam kehidupanmu, ada beberapa langkah yang dapat kamu ambil untuk mengatasi perasaan ini dengan lebih sehat.

Kenali pemicu FOMO: Identifikasi apa yang memicu perasaan FOMO SohIB. Apakah itu media sosial, teman-teman tertentu, atau situasi tertentu?

Refleksikan nilai dan tujuanmu: Pertimbangkan apa yang benar-benar penting bagi SohIB dalam hidup. Apakah aktivitas atau acara yang SohIB lewatkan sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan SohIB?

Pilih dengan bijaksana: Ketika SohIB merasa tertekan untuk ikut serta dalam suatu aktivitas, pertimbangkan dengan hati-hati apakah itu benar-benar sesuai dengan keinginan dan kebutuhanmu. Jangan takut untuk mengatakan "tidak" jika merasa bahwa itu bukanlah pilihan yang tepat untuk SohIB.

Kurangi eksposur terhadap pemicu FOMO: Jika media sosial adalah pemicu utama FOMO SohIB, pertimbangkan untuk mengurangi waktu yang kamu habiskan di platform tersebut atau unfollow akun yang memicu perasaan tersebut.

Temukan keseimbangan: Ingatlah bahwa tidak selalu perlu menghindari aktivitas sosial atau media sosial sepenuhnya. Yang penting adalah menemukan keseimbangan yang sehat antara berpartisipasi dalam aktivitas yang SohIB nikmati dan menjaga kesejahteraan.

FOMO adalah fenomena yang semakin relevan dalam kehidupan mahasiswa di era digital ini. Namun, seperti halnya dengan banyak aspek kehidupan, penting untuk melakukan penilaian yang cermat tentang peran FOMO dalam hidupmu.

Mengetahui apakah itu benar-benar kebutuhan yang sah atau hanya sekedar ikut-ikutan dapat membantu SohIB membuat pilihan yang lebih bijaksana dan mendukung kesejahteraanmu. Yang terpenting, ingatlah bahwa kebahagiaanmu adalah yang paling penting. Miliki kendali atas bagaimana SohIB mengelola perasaan FOMO ini dalam hidup.