Filosofi "Zero to One" dalam Transformasi Digital

Filosofi "Zero to One" dalam Transformasi Digital

Foto oleh Jordan Harrison di Unsplash

#SohiBBerkompetisiArtikel

Transformasi digital, sebuah istilah yang sering digunakan namun cukup sulit didefinisikan. Singkatnya, transformasi digital merupakan penerapan teknologi digital untuk meningkatkan kualitas sistem (nondigital) yang sudah ada, atau penciptaan sistem baru yang sebelumnya tidak bisa direalisasikan menggunakan teknologi nondigital.

Akhir-akhir ini, transformasi digital menjadi bahan pembicaraan yang hangat di kalangan eksekutif organisasi karena digadang-gadang mampu menciptakan sebuah "gebrakan yang sangat besar". Banyak kalangan begitu mengharapkan keajaiban "transformasi digital", namun mereka tidak tahu harus memulai dari mana. Bagi yang sudah berusaha keras -- namun tampaknya belum berhasil -- mencari berbagai alternatif penjelasan untuk menjawab pertanyaan "Apa yang salah selama ini?"

Agar lebih mudah dipahami, mari kita ambil sebuah ilustrasi. Bandingkan kondisi Indonesia di tahun 2000 dengan tahun 2023. Coba tebak, transformasi digital dalam bidang apa yang ada di tahun 2023 namun belum ada sama sekali di tahun 2000?

Bidang komunikasi? Pada tahun 2000, telepon genggam dan Internet sudah ada. Teknologi dasar untuk komunikasi antar individu sudah ditemukan jauh sejak dulu. Dalam rentang 2000 - 2023, komunikasi belum bisa disebut sebagai sebuah bidang yang bertransformasi secara digital. Transformasi di bidang komunikasi sudah dimulai sejak abad ke-19, ketika Hertz memproduksi sinyal radio untuk pertama kalinya, membuktikan teori Maxwell yang sebelumnya berhasil menyatukan berbagai penelitian listrik - magnet yang telah dilakukan Coulomb, Volta, Orsted, Ampere & Faraday sekaligus [1]. Momen inilah momen transformasi "0 ke 1". Dari yang sebelumnya tidak bisa sama sekali, menjadi bisa. Untuk pertama kalinya, kita bisa berkomunikasi secara jarak jauh memanfaatkan gelombang elektromagnetik, sebuah rahasia alam yang belum pernah diketahui sama sekali sebelumnya. Inilah "gebrakan yang sangat besar" yang diharapkan oleh semua orang.

Para peneliti fisika modern sedang mengadakan pertemuan di konferensi Solvay tahun 1927. Penemuan ilmu murni dalam bidang fisika berpengaruh sangat besar pada revolusi digital di masa sekarang | Foto oleh Wikimedia Commons

Bagaimana dengan belanja online? Media Indonesia melaporkan bahwa sistem belanja online berbasis Internet sudah ada di Indonesia setidaknya sejak sekitar tahun 1999. Teknologi dasar untuk belanja online sudah ditemukan sejak dulu. Dalam rentang 2000 - 2023, belanja online belum bisa disebut sebagai sebuah bidang yang bertransformasi secara digital. Jika dirunut kembali, "belanja online" sebenarnya hanyalah perluasan dari konsep "komunikasi". Teknologi kuncinya masih tetap sama, yaitu penemuan gelombang elektromagnetik untuk komunikasi jarak jauh. Sementara itu, teknologi kunci turunannya adalah penemuan personal computer, digitalisasi dan Internet. 

Komputer pada masa perang dunia kedua berukuran sangat besar (hingga mengisi satu ruangan penuh). Komputer ini digunakan sebagai mesin hitung untuk kebutuhan perang, misalnya untuk menghitung sudut peluncuran rudal agar tempat sampai ke sasaran [2]. Setelah perang berakhir, banyak penelitian dilakukan untuk memperkecil ukuran fisik komputer. Dari yang awalnya memenuhi seisi ruangan, hingga dapat diletakkan pada meja, bahkan disimpan dalam kantong. Karena ukurannya yang mengecil, komputer ini diistilahkan dengan nama "personal computer". Dinamakan "personal" karena komputer ini dapat dioperasikan sendiri-sendiri oleh satu orang.

ENIAC, komputer era perang dunia kedua yang berukuran besar. | Foto oleh Wikimedia Commons 

Tidak hanyak ukuran fisiknya saja yang diperkecil, penelitian tersebut juga berusaha untuk memperbesar kekuatan perhitungan komputer. Hingga akhirnya komputer tidak hanya sekedar menghitung angka, namun juga menyimpan dan mengolah informasi, berkat konsep digitalisasi. Digitalisasi adalah proses untuk mengubah informasi (dapat berupa teks, gambar, suara, atau video) dalam bentuk digit-digit angka. Berkat digitalisasi, komputer juga bisa "menghitung informasi". Pada hakikatnya, komputer tetaplah sekadar mesin hitung. Informasi diubah menjadi angka terlebih dahulu, agar bisa diproses oleh komputer. Setelah informasi tersebut "dihitung", informasi tersebut dapat disimpan, diproses, ditampilkan oleh komputer.

Penyimpanan, pemrosesan dan penampilan. Lalu bagaimana dengan pengiriman? Konsep pengiriman data menggunakan komputer dipikirkan pada masa perang dingin yang cukup mencekam. Untuk mengantisipasi perang nuklir, para peneliti memikirkan sebuah sistem komunikasi yang dapat tahan terhadap serangan nuklir [3]. Ide utamanya adalah dengan saling menghubungkan banyak komputer sekaligus dalam sebuah jaringan yang tidak memiliki pusat. Karena tidak memiliki pusat, sekalipun ada bom nuklir jatuh dan menghancurkan beberapa komputer, komputer yang masih hidup di tempat lain dapat tetap saling berkomunikasi satu sama lain. 

Syukurnya, perang dingin selesai secara damai tanpa perang nuklir. Meskipun demikian, sistem tersebut tetap dikerjakan, bahkan sangat diminati bagi kalangan peneliti karena sangat membantu aktivitas sehari-hari mereka untuk berkomunikasi dan bertukar data penelitian. Lama kelamaan, semakin banyak jumlah komputer yang terhubung ke jaringan ini, hingga mencakup seluruh penjuru dunia. Inilah Internet.

Momen inilah, lagi-lagi, suatu momen transformasi "0 ke 1". Dari yang sebelumnya tidak bisa sama sekali, menjadi bisa. Untuk pertama kalinya kita memiliki sebuah perangkat -- yang dapat diletakkan di meja atau dibawa kemana-mana -- , yang dapat menyimpan, memproses, menampilkan dan mengirimkan informasi, baik berupa teks, gambar, suara atau video. 

Mari kita kembali ke pertanyaan di awal. Transformasi digital dalam bidang apa yang ada di Indonesia pada tahun 2023 namun belum ada sama sekali di tahun 2000? 

Salah satu jawabannya adalah transportasi online.

Transportasi online adalah penerapan teknologi digital untuk meningkatkan kualitas sistem (nondigital) yang sudah ada. Konsep "ojek" dan "taksi" sudah ada sejak dahulu. Berkat penerapan teknologi digital, kualitas sistem nondigital ojek dan taksi ini dapat meningkat. Pertama, bisa layanan tersebut bisa dipanggil dari mana saja. Kedua, posisi tujuan dapat dideskripsikan dengan lebih jelas.

Di sisi lain, transportasi online juga menciptakan sistem baru yang sebelumnya tidak bisa direalisasikan menggunakan teknologi nondigital. Bagaikan teleportasi yang biasa ditemukan di dunia fiksi ilmiah, kita dapat berpindah lokasi cukup dengan menandai dua titik pada peta. Inilah momen transformasi "0 ke 1". Dari yang sebelumnya tidak bisa sama sekali, menjadi bisa.

Penekanan filosofi "zero to one" menjadi sangat penting jika kita ingin membuat gebrakan besar dengan transformasi digital. Filosofi ini tidak hanya membutuhkan penguasaan ilmu dan teknologi secara mendalam, namun juga membutuhkan kecermatan dalam memahami potensi saat ini dan juga kreativitas dalam memaksimalkan peluang yang ada. Thinking out of the box, connecting the dots.

Selain transportasi online, apakah masih ada potensi-potensi gebrakan lain yang dapat diimplementasikan secara tepat guna di Indonesia?

Referensi :

[1] Abraham Pais (1991) "Niels Bohr's Times in Physics, Philosophy and Polity" Oxford : Clarendon Press

[2] William T. Moye (1996). "ENIAC: The Army-Sponsored Revolution". US Army Research Laboratory.

[2] Scott Ruthfield (1995) "The Internet's history and development: from wartime tool to fish-cam" XRDS Vol 2