Cyberbullying pada Era Perkembangan Komunikasi di Dunia Maya

Cyberbullying pada Era Perkembangan  Komunikasi di Dunia Maya

Sumber : Pexels

Komunikasi di dunia maya saat ini sudah semakin berkembang. Komunikasi di dunia maya juga telah merubah cara kita berkomunikasi, berinteraksi, dan juga mendapatkan informasi.

Perkembangan komunikasi pada dunia maya memunculkan fenomena baru, yaitu cyberbullying. Cyberbullying merupakan suatu tindakan yang menyakiti, merendahkan, atau mengintimidasi seseorang yang dilakukan secara online.

Tindakan cyberbullying tersebut bisa melibatkan penggunaan media sosial seperti Instagram, Facebook, TikTok, pesan teks, E-mail, dan aplikasi online lainnya. Bentuk cyberbullying itu beragam seperti ancaman, penghinaan, penyebaran berita yang tidak sah (hoax), sampai ke pembuatan konten yang merendahkan orang lain.

Penting untuk kita memahami tentang fenomena cyberbullying ini supaya kita dapat melindungi korban yang terkena cyberbullying. Cara untuk melindungi korban cyberbullying adalah seperti memberi dukungan, memberi perlindungan yang tepat kepada korban, dan mengumpulkan bukti lalu melaporkan si pelaku kepada pihak yang berwajib.

Cyberbullying di era industri 5.0 | Sumber : Unsplash
Cyberbullying di era industri 5.0 | Sumber : Unsplash

Menurut Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2018) cyberbullying di sebabkan oleh beberapa faktor seperti :

  1. Anonimitas dan Jarak: Di dalam dunia maya pelaku cyberbullying bersikap lebih agresif karena mereka bisa menyembunyikan identitas asli mereka dan bisa menjaga jarak dari fisik si korban. Anonimitas ini bisa memberikan rasa kebebasan pada pelaku untuk melakukan tindakan yang mereka tidak bisa lakukan secara langsung.
  2. Kontrol dan Kekuasaan: Cyberbullying juga sering kali melibatkan kontrol dan kekuasaan. Pelaku cyberbullyingdapat mengunakan kekuasaan tersebut untuk merendahkan, mengintimidasi, dan mempermalukan korbannya.
  3. Pertentangan dan Konflik: Konflik antar individu adalah salah satu hal yang dapat memicu terjadinya Adanya kesalahpahaman, perselisihan, dan perbedaan pendapat juga dapat memicu si pelaku untuk menggunakan media sosial sebagai sarana untuk melakukan Tindakan yang merugikan si korban.
  4. Kekurangan Keterampilan Sosial: Para pelaku cyberbullying biasanya memiliki kekurangan dalam keterampilan sosial yang sehat atau konstruktif. Pelaku tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya dengan baik dan pelaku tidak bisa membangun hubungan yang baik dengan orang lain.
  5. Faktor Lingkungan: Lingkungan bisa menjadi faktor utama Lingkungan sosial yang baik dapat membuat seseorang tidak melakukan cyberbullying karena di lingkungan tersebut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seperti adanya empati dan pengertian, pengawasan dan pengendalian, Pendidikan dan tingkat kesadaran yang baik., dukungan dan norma sosial yang positif. Sebaliknya, lingkungan sosial yang buruk dapat membuat seseorang menjadi pelaku cyberbullying.
  6. Faktor Teknologi: Fitur – fitur teknologi sudah sangat canggih. Sekarang mengirim pesan bisa dilakukan secara anonim yang membuat para pelaku tidak takut jika identitas nya akan terbongkar. Pelaku juga tidak perlu bertanggung jawab pada akun anonimus tersebut.

Cyberbullying juga memiliki dampak yang sangat serius dan merugikan seseorang yang menjadi korban. Beberapa dampak cyberbullying:

  1. Gangguan pada Hubungan Sosial: Korban menjadi sangat tidak percaya diri, korban juga kesulitan dalam membangun circle pertemanan baru.
  2. Dampak pada Psikologis: Korban dapat mengalami stress, kecemasan yang berlebihan, dan yang lebih parah yaitu depresi. Hal ini sangat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional korban.
  3. Dampak Jangka Panjang: Korban cyberbullying bisa mengalami trauma yang berkepanjangan, hal tersebut bisa terjadi karena rusaknya psikologis yang mendalam. Korban bahkan bisa melakukan Tindakan yang dapat merugikan dirinya sendiri
  4. Dampak Fisik: Dampak pada fisik yang terjadi bila seseorang menjadi korban cyberbullying adalah korban mengalami gangguan tidur, korban kehilangan nafsu makannya, bahkan cedera fisik akibat kekerasan yang terjadi secara online.
  5. Penurunan Kinerja Akademik: Korban cyberbullying akan kesulitan untuk berkonsentrasi dan mereka akan kehilangan minat dalam belajar, serta tidak mau pergi ke sekolah karena stress dan gangguan emosional yang mereka alami.

Jika SohIB melihat seseorang sedang menjadi korban cyberbullying maka kita harus membantunya. Berikut adalah beberapa cara untuk membantu korban perudungan siber menurut Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2018):

  1. Berikan bantuan melalui dukungan emosional
  2. Edukasi dan kesadaran
  3. Menghapus dan memblokir pelaku
  4. Bantuan dukungan profesional seperti konselor atau psikolog
  5. Melibatkan keluarga dan teman-teman
  6. Mengumpulkan dan melaporkan bukti tersebut ke pihak yang berwajib

 

 

 

Sumber :

  • Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2018). Cyberbullying: Identification, Prevention, and Response. Routledge.
  • Tokunaga, R. S. (2010). Following You Home from School: A Critical Review and Synthesis of Research on Cyberbullying Victimization. Computers in Human Behavior, 26(3), 277-287.
  • Markham, A., & Buchanan, E. (2012). Ethical Decision-Making and Internet Research: Recommendations from the AoIR Ethics Working Committee (Version 2.0). Association of Internet Researchers.