Cara Bangun Rumah Tahan Gempa, Kualitas Material Harus Baik!

Cara Bangun Rumah Tahan Gempa, Kualitas Material Harus Baik!

Rumah Tahan Gempa | Sumber: Freepik (senivpetro)

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi

Gempa berkekuatan 5,6 SR mengguncang Kabupaten Cianjur pada 21 November 2022 lalu. Lebih dari 300 jiwa yang menjadi korban bencana tersebut—dan tak sedikit pula dari mereka yang meninggal karena tertimpa reruntuhan bangunan.

Dilansir DW, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyebutkan bahwa kondisi konstruksi bangunan warga terbilang buruk sehingga tak heran jika rumah-rumah mereka hancur akibat guncangan gempa. Untuk itu, BMKG kembali mengingatkan masyarakat akan pentingnya membangun rumah tahan gempa.

SohIB pasti bertanya-tanya, seperti apa, sih, rumah tahan gempa itu? Berikut rangkuman informasinya untukmu. Check this out!

Kenapa Harus Membangun Rumah Tahan Gempa?

Rumah Tahan Gempa
(Ilustrasi) Membangun rumah yang tahan terhadap gempa merupakan upaya meminimalkan dampak gempa itu sendiri. | Sumber: Pexels (Binyamin Mellish)

Perlu SohIB ketahui, ada beberapa faktor yang menyebabkan sebuah gedung atau rumah mengalami kerusakan akibat gempa, di antaranya

  • jarak antara pusat gempa bumi dan bangunan;
  • kondisi dan intensitas gempa di pusat gempa bumi;
  • kondisi alam dan susunan batuan antara pusat gempa bumi dan bangunan;
  • bentuk/struktur lahan tempat bangunan berada;
  • karakteristik dinamik bangunan; dan
  • kondisi/struktur bangunan.

Nah, dari keenam faktor di atas, bisa dilihat bahwa kondisi bangunan juga mempengaruhi ketahanannya terhadap gempa. Oleh karena itu, membangun rumah tahan gempa alias earthquake resistant sangatlah penting guna memitigasi atau meminimalkan risiko dampak dari bencana tersebut.

Membuat hunian yang lebih earthquake resistant pun tidak ada ruginya. Berdasarkan laman Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman, adapun manfaat yang bisa didapatkan dari rumah tahan gempa, antara lain

  • memberi kenyamanan bagi penghuni ketika beraktivitas di dalamnya;
  • sekalipun mengalami kerusakan, diharapkan tidak ada korban jiwa akibat reruntuhan rumah;
  • ketika terjadi gempa, aset milik penghuni diharapkan tetap aman atau hanya mengalami kerusakan sedikit saja;
  • walaupun dilanda gempa berkekuatan sedang hingga berat, rumah dapat diperbaiki dengan cepat dan biaya yang lebih sedikit.

Bagaimana Ciri-ciri Rumah Tahan Gempa?

Karakteristik Rumah Tahan Gempa
(Ilustrasi) Bangunan earthquake resistant tidak akan mengalami kerusakan apabila terkena gempa bumi yang lemah. | Sumber: Pexels (Jessica Bryant)

Sekarang, SohIB sudah tahu alasan dan manfaat dari bangunan yang resistan terhadap bencana gempa bumi. Lantas, gimana ciri-ciri dari rumah tahan gempa?

Suatu bangunan bisa disebut tahan gempa apabila telah memenuhi taraf keamanan minimum tertentu. Menurut Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa yang dikeluarkan Departemen Pekerjaan Umum, berikut ketentuannya:

  • Jika terkena gempa yang lemah, bangunan tidak mengalami kerusakan sama sekali.
  • Jika terkena gempa berkekuatan sedang, bangunan hanya mengalami kerusakan pada elemen nonstruktural, bukan elemen struktur (fondasi, sloof, dinding, kuda-kuda, hingga atap).
  • Jika diguncang gempa yang sangat kuat, bangunan tidak runtuh sebagian atau seluruhnya; tidak mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki; dan tetap dapat diperbaiki kembali secara cepat.

Baca Juga: Wilayah Rawan Gempa di Indonesia

Komponen dari Rumah Tahan Gempa

Dari laman inarisk.bnpb.go.id, SohIB dapat menemukan sebuah panduan praktis dalam membangun hunian satu lantai yang resistan terhadap bencana gempa bumi. Ada sejumlah komponen yang harus dipenuhi supaya bangunan yang dibuat tetap kokoh berdiri meskipun diguncang gempa.

Adapun persyaratan pokok bangunan yang tahan gempa meliputi hal-hal berikut:

1. Bahan Bangunan

Ilustrasi Batu Bata
Mutu bahan bangunan harus yang terbaik. | Sumber: Unsplash (Mufid Majnun)

Supaya hasil yang didapat berupa bangunan yang kuat dan tahan terhadap gempa, maka perlu memperhatikan kualitas dari material yang digunakan. Bukan hanya itu, proses pengerjaannya pun harus benar.

Bahan-bahan yang diperlukan dalam membangun rumah tahan gempa antara lain

a. beton

  • Campuran beton meliputi hal-hal berikut dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil : 0,5 air.
  • Air ditambahkan sedikit demi sedikit supaya beton tetap "pulen" (tidak terlalu encer atau kental).
  • Kerikil yang baik adalah yang berukuran maksimum 20 mm dengan gradasi bagus.
  • Gunakan semen tipe 1 yang berlisensi Standar Nasional Indonesia (SNI).

b. mortar

  • Campuran mortar memiliki perbandingan 1 semen : 4 pasir bersih : air secukupnya.
  • Pastikan pasir tidak mengandung lumpur karena bisa mengganggu ikatan semen nantinya.

c. batu fondasi

  • Fondasi berupa batu kali atau batu gunung.
  • Batu yang digunakan harus memiliki banyak sudut supaya mampu mengikat kuat dengan mortar.

d. batu bata

  • Batu bata yang digunakan harus memiliki tepi lurus dan tajam; tidak retak; tidak mudah patah; dan berbentuk seragam.
  • Batu bata berkualitas baik adalah yang suaranya lebih denting ketika dipukul satu sama lain.
  • Sebelum dipasang, batu bata perlu direndam selama 510 menit. Kemudian, dikeringkan kembali.
  • Jika saat direndam batu bata banyak mengeluarkan gelembung dan hancur, maka kualitas tidak baik.

e. kayu

  • Kualitas kayu yang baik umumnya memenuhi ciri-ciri tertentu, yakni keras, kering, lurus, berwarna gelap, dan tidak retak.

2. Struktur Utama

Ilustrasi Struktur Bangunan
Struktur bangunan dimulai dari fondasi sampai atap. | Sumber: Unsplash (Hopers Studio)

Karena hunian yang akan dibangun hanya terdiri atas satu lantai, maka struktur bangunannya seperti berikut:

a. Fondasi

Pada kondisi tanah yang cukup keras, fondasi yang terbuat dari batu kali dapat dibuat dengan ukuran seperti di bawah ini:

fondasi rumah tahan gempa
Contoh ukuran fondasi rumah tahan gempa | Sumber: inarisk.bnpb.go.id

b. Sloof atau Balok Pengikat

  • Ukuran sloof: 15 x 20 cm
  • Diameter tulangan utama: 10 mm
  • Diameter begel: 8 mm
  • Jarak antar-tulangan begel: 15 cm
  • Tebal selimut beton dari sisi terluar begel: 15 mm

c. Kolom

  • Ukuran kolom: 15 x 15 cm
  • Diameter tulangan utama baja: 10 mm
  • Diameter tulangan begel baja: 8 mm
  • Jarak antar-tulangan begel: 15 cm
  • Tebal selimut beton dari sisi terluar begel: 15 mm

d. Ring atau Balok Keliling

  • Ukuran ring: 12 x 15 cm
  • Diameter tulangan utama baja: 10 mm
  • Diameter tulangan begel baja: 8 mm
  • Jarak antar-tulangan begel: 15 cm
  • Tebal selimut beton dari sisi terluar begel: 15 mm

e. Struktur Atap

  • Kuda-kuda kayu: berfungsi sebagai pendukung atap. 
  • Gunung-gunung atau ampig: terbuat dari susunan batu bata yang direkatkan (dengan campuran mortar) dan diplester.
  • Ikatan angin: berfungsi sebagai pengikat antarkuda-kuda kayu, antarampig, atau antara kuda-kuda kayu dengan ampig, supaya mampu berdiri tegak, kokoh, dan sejajar.

f. Dinding

  • Fungsinya sebagai pembatas, tidak untuk menopang beban.
  • Dibuat dengan cara merekatkan pasangan batu bata menggunakan spesi atau siar (perbandingan campuran 1 semen : 4 pasir : air secukupnya).
  • Luas dinding maksimal adalah 9 m2. Dalam hal ini, jarak palling jauh antarkolom sebesar 3 m.
  • Supaya semakin kuat, dinding dapat diplester menggunakan campuran mortar (perbandingan campuran 1 semen : 4 pasir : air secukupnya) dengan ketebalan 2 cm.

3. Hubungan antarelemen Struktur

Hubungan antarelemen Struktur
Hubungan antarelemen struktur harus kuat supaya bangunan tetap kokoh meskipun diguncang gempa. | Sumber: Pexels (Saeed Khokhar)

Mengapa struktur antarelemen perlu diperhatikan? Ini supaya bangunan tetap mampu berdiri saat diguncang gempa bumi. Adapun struktur bangunan yang tahan gempa harus

  • menjadi satu-kesatuan supaya beban dapat ditanggung dan disalurkan secara proporsional; serta
  • elastis agar dapat tahan berdiri semisal terjadi perubahan bentuk karena gempa.

Elemen-elemen yang perlu diperhatikan strukturnya adalah sebagai berikut:

a. Hubungan antara fondasi dan sloof

  • Agar fondasi dan sloof terhubung, perlu ditanam angkur besi dengan jarak paling jauh tiap angkur sebesar 1 m.

b. Hubungan antara sloof dan kolom

  • Tulangan kolom diteruskan dan dibengkokkan ke dalam sloof dengan "panjang lewatan" paling pendek sebesar 40 dikali diameter tulangan.

c. Hubungan antara kolom dan dinding

  • Kolom dan dinding terhubung melalui angkur yang terdapat di setiap enam lapis batu bata.
  • Untuk kondisi tersebut, angkur yang digunakan berdiameter 10 mm dengan panjang minimal 40 cm.

d. Hubungan antara kolom dan ring

  • Sama seperti pada slooftulangan kolom diteruskan dan dibengkokkan ke dalam ring dengan "panjang lewatan" paling pendek sebesar 40 dikali diameter tulangan.

e. Hubungan antara ring dan kuda-kuda kayu

  • Antara kuda-kuda kayu dan ring, kedua komponen tersebut dapat diikat dengan menanam angkur besi ke dalam ring. Setelah itu, barulah angkur diputar dengan pipa besi.

f. Angkur gunung-gunung

  • Gunung-gunung diberi angkur setiap enam lapis batu bata.
  • Angkur yang dipakai setidaknya berdiameter 10 mm dengan panjang minimal 40 cm.

4. Pengecoran Beton

Pengecoran Beton
Pada proses pengecoran, adukan dalam cetakan harus padat. | Sumber: Pexels (Antony Trivet)

Yang terakhir adalah pengecoran beton, yaitu proses menuangkan besi beton pada sebuah permukaan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, pengecoran beton, baik pada kolom maupun balok, harus memperhatikan hal-hal berikut:

  1. Cetakan atau bekisting harus benar-benar rapat dan kokoh.
  2. Ketika mengecor kolom, pengerjaannya dilakukan secara bertahap setiap 1 m.
  3. Sewaktu melakukan pengecoran, adukan dalam cetakan harus padat dan tidak berongga agar tidak ada bagian yang keropos.
  4. Cetakan atau bekisting dilepas minimal 3 hari setelah pengecoran.

Nah, ketika melepas bekisting, biasanya permukaan cetakan akan dilumuri minyak terlebih dahulu supaya proses pelepasan berjalan lebih mudah.

Baca Juga: Aquascape, Karena Hewan Laut Juga Butuh Rumah yang Indah

Dengan mengetahui karakteristik rumah tahan gempa, setidaknya kamu sudah tahu upaya memitigasi dampak dari gempa bumi. Kira-kira, apakah hunian SohIB sudah termasuk earthquake resistant?

Masih ada banyak artikel menarik lainnya yang dapat kamu temukan hanya di sohib.indonesiabaik.id. Jangan lupa pula untuk bergabung ke komunitas SohIB, sebuah persembahan dari Indonesia Baik, karena ada banyak workshop gratis terkait upskilling dan self-development yang pastinya bermanfaat untukmu. Joinkuy!

Editor: Firdarainy Nuril Izzah