Sedih, BMKG Prediksi Gletser Jayawijaya Segera Punah

Sedih, BMKG Prediksi Gletser Jayawijaya Segera Punah

Puncak Cartenz di Pegunungan Jayawijaya, Papua | summitpost.org (RobSC)

Perubahan iklim tak henti-hentinya menjadi pembahasan serius dari tahun ke tahun. Suhu bumi yang semakin memanas ditambah dengan perubahan cuaca ekstrem secara tiba-tiba di berbagai belahan dunia tampaknya menjadi tamparan keras bagi manusia.

SohIB, data yang terhimpun dari situs resmi PBB Indonesia menunjukkan bahwa, emisi gas rumah kaca menjadi penyebab utama perubahan iklim ekstrim saat ini. Emisi gas kaca yang ‘menyelimuti’ bumi ini menyebabkan panas matahari ‘terperangkap’, dan menyebabkan bumi semakin panas. Bahkan, bumi juga mengalami pemanasan tercepat dalam sejarah! Waduh!

Bahkan, tahun 2023 ini dinobatkan sebagai tahun terpanas bumi loh! NASA menyebut bahwa bulan Juli 2023 kemarin menjadi bulan terpanas sejak 1880! SohIB pasti juga merasakan panasnya matahari sangat menusuk kulit beberapa waktu belakangan ini, kan?

Efek suhu bumi yang semakin memanas ini juga turut membuat gletser abadi di Papua mencair. Pegunungan Jayawijaya merupakan salah satu tempat terdingin di Indonesia sekaligus satu-satunya tempat yang mempunyai gletser tropis di negeri tercinta ini, SohIB.

Jayawijaya juga menjadi salah satu warisan dunia yang terdaftar di UNESCO sejak 1999. Hal yang sangat membanggakan mengingat puncak ini adalah satu-satunya yang mempunyai salju asli di Indonesia.

17 Langkah Gaya Hidup Ramah Lingkungan, Dari Penggunaan Produk Kayu Hingga Daur Ulang Sampah
Pegunungan Jayawijaya, Papua | summitpost.org (RobSC)

Sayangnya, di masa depan, mungkin gletser abadi kebanggaan Nusantara ini hanya akan menyisakan nama dan sejarah. Pencairan gletser yang semakin parah membuat ahli memprediksi gletser Jayawijaya akan segera punah. Pencairan ini semakin diperparah dengan adanya fenomena El Nino. Tahun 2010 saja, tebal es mencapai 32 meter dan mengalami laju penipisan sebesar 1 meter per tahun pada rentang 2010 hingga 2015.

El Nino yang terjadi pada 2015-2016 juga disinyalir menjadi penyebab penipisan semakin parah hingga mencapai 5 meter per tahun. Sementara itu, dalam rentang waktu 2016 sampai 2022, Jayawijaya mengalami penipisan es sebesar 2,5 meter per tahunnya. BMKG menuliskan bahwa tahun 2022 lalu, luas tutupan es di sana sekitar 0,23 kilometer dan terus mengalami pencairan hingga saat ini.

Kepunahan total gletser Jayawijaya ini diprediksi akan terjadi pada 2026, atau bahkan lebih cepat. El Nino 2023 yang membuat Indonesia mengalami kenaikan suhu ekstrim belakangan ini juga dapat mempercepat pencairan gletser di Jayawijaya.

BMKG bekerjasama dengan PT. Freeport turut melakukan kegiatan pemantauan berkala terhadap luas dan besar gletser di Puncak Jaya nih, SohIB. Para peneliti juga mendokumentasikan ‘punahnya’ gletser ini. Setidaknya di masa depan, terdapat dokumentasi dan sejarah tertulis bahwa Indonesia pernah memiliki gletser walaupun berada di lahan tropis hangat.

Kondisi bumi dan iklim di Indonesia yang semakin memanas di tahun 2023 ini membuat peningkatan permukaan air laut meningkat secara global. Bukan tidak mungkin jika di masa yang akan datang, akan ada tempat-tempat yang tenggelam akibat semakin tingginya volume air.

SohIB, kondisi yang semakin memprihatinkan ini juga disebabkan oleh faktor alam, loh. Di beberapa tempat, interaksi angin dan laut yang kompleks membentuk pola tertentu yang kemudian membuat air hangat menuju ke arah gletser. Namun, tetap saja perilaku manusia disinyalir menjadi penyebab utama pencairan puncak Jaya yang ekstrem ini.

Kondisi Sungai Kita di Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Mari Tengok!

Gas rumah kaca, polusi, penggunaan AC berlebihan, penebangan hutan, tumpukan sampah, industrialisasi di seluruh penjuru dunia menciptakan emisi yang membuat suhu bumi semakin memanas. Karena suhu yang semakin memanas, beberapa hutan seperti di Amerika Utara dan Australia pernah mengalami kebakaran.

Indonesia sendiri juga pernah mengalami kebakaran hebat di tanah Kalimantan yang membuat kualitas udara menjadi sangat buruk.

Manusia tidak dapat menghindari dan menghentikan perubahan iklim ini. Akan tetapi, setiap individu dapat berperan dari hal-hal kecil untuk turut mengurangi dampak perubahan ini, seperti menaiki kendaraan umum, hemat energi, mendaur ulang sampah, dan menggunakan sumber energi ramah lingkungan.

Yuk, SohIB, bantu bumi ini kurangi dampak yang ada dengan melakukan hal-hal yang sederhana!