Berambai Hanya Berandai Tanpa Digital

Berambai Hanya Berandai Tanpa Digital

Dokumentasi penulis

SohIBBerkompetisiArtikel

Era digital menjadi berkah bagi Berambai. Mengapa tidak? Andai bukan karena digital, maka Berambai tak dikenal khalayak termasuk penulis meski telah berdomisili di Kota Samarinda sejak 14 tahun silam. Tepat setahun yang lalu, penulis baru mengenal dan menginjakkan kaki pertama kalinya di Berambai. Artinya, butuh waktu 13 tahun untuk bisa mengenal dekat Berambai, itupun karena bantuan salah satu media digital.

Bisa dikatakan bahwa media digital berupa sosial media yang telah mengantarkan penulis ke Berambai, dan hingga akhirnya memiliki lahan untuk membangun sebuah rumah meski tidak berukuran luas. Andai bukan karena digital, tak banyak yang mengenal Berambai termasuk penulis meski tinggal dalam satu wilayah administrasi yakni Kota Samarinda.

Lokasi Berambai
Google Maps

Mungkin para investor di sektor pariwisata pun tidak pernah melirik untuk berinvestasi ke Berambai andai bukan karena digital. Saat ini Berambai masih jauh dari kata layak teknologi informasi meski wilayah sekitarnya telah dipenuhi semaraknya pemanfaatan teknologi informasi. Jaringan internet hanya bisa ditemukan di titik-titik tertentu.

Bisa dibayangkan betapa menderitanya anak sekolah yang tinggal di Berambai saat pandemi Covid-19 yang mengharuskan belajar melalui online dengan menggunakan perangkat pembelajaran tertentu. Kenyataannya, kondisi demikian masih tetap bertahan hingga sekarang. Mengapa bisa demikian? Padahal Berambai masuk di wilayah administrasi perkotaan yang merupakan salah satu wilayah penyangga Ibu Kota Negara Nusantara.

Berambai masih menjadi sebuah perkampungan di pinggiran Kota Samarinda. Membutuhkan waktu sekitar 45 menit perjalanan dari pusat Kota Samarinda menuju Berambai. Namun, di balik keterbatasan yang dimiliki Berambai, tersimpan sejumlah kelebihan yang tidak dimiliki oleh wilayah lain di Kota Samarinda.

Area dekat puncak Berambai
Dokumentasi Penulis

Panorama alamnya yang masih terjaga dan menyembunyikan sejumlah potensi wisata alam yang tidak kalah bersaing dengan daerah wisata lainnya di Indonesia. Berambai masih diselimuti kabut di pagi hari karena daerahnya berada di dataran tinggi. Sepanjang jalan menuju Berambai dikelilingi perbukitan yang cukup curam dan bahkan salah satu sisi jalannya cukup terjal. Jiwa petualang penulis pun seakan ciut jika memandang salah satu sisi jalan yang terjal dan hanya tampak kabut di atas pepohonan.

Hawa dingin yang seakan menusuk kalbu saat berkendara di sepanjang hari hingga malam. Kicau burung yang masih merdu terdengar tanpa diiringi suara bising akibat kendaraan yang lalu lalang. Mata air di pegunungan masih menjadi satu-satunya sumber air bagi masyarakat Berambai untuk berbagai kebutuhan di rumah tangga. Hasil perkebunan masih mudah didapatkan karena sebagian besar masyarakatnya masih menggantungkan hidupnya dari bercocok tanam.

Pepohonan yang hijau masih menjulang tinggi dan rindang tanpa ada penebangan liar dari warga atau pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Canda tawa warga tanpa ponsel di genggaman masih bertahan sejak dahulu hingga kini. Anak-anak bermain dengan sebayanya tanpa disibukkan dengan bermain handphone. Mereka saling bercanda, tertawa, berlarian, main petak umpet dengan temannya. Warganya hidup rukun tanpa mudah termakan hoaks dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan.

Berbagai potensi wisata khususnya wisata alam yang dimiliki Berambai antara lain air terjun yang airnya jernih dan tidak pernah kekeringan, Puncak Borneo tempat tongkrongan para muda-mudi yang haus akan wisata alam yang tidak pernah didapatkan di perkotaan, Puncak Samarinda yang menjadi pilihan tempat camping dan menginap bagi milenial yang suka suasana alam, dan masih banyak lagi wisata alam lainnya. Tidak cukup dengan rangkaian kata-kata penulis yang mampu mewakili indahnya Berambai, maka datang dan nikmati liburan Anda di berambai.

Air Terjun Berambai
www.tripadvisor.co.id