10 Mental Isu dalam Daily Dose of Sunshine

10 Mental Isu dalam Daily Dose of Sunshine

Daily Dose of Sunshine | pexels

Dari K-drama Daily Dose of Sunshine, kita belajar bahwa mental isu bukan merupakan kesalahan penderitanya. Sayangnya, masyarakat sudah menilai penderita mental isu berbahaya. Mereka juga susah diterima kembali ke masyarakat walaupun dinyatakan sembuh selama perawatannya. Mari SohIB, kita belajar apa saja mental isu yang muncul dari k-drama Daily Dose of Sunshine!

Bipolar

Sesuai dengan namanya, bi artinya dua dan polar artinya kutub. Orang yang bipolar akan mengalami situasi dengan emosi yang sangat ekstrem, pada kutub mania dan depresi. Ada dua fase dalam gangguan bipolar, yaitu fase mania (naik) dan depresi (turun).

Pada periode mania, pengidapnya akan sangat bersemangat, energik, dan bicara sangat cepat. Sedangkan pada periode depresi, pengidapnya akan terlihat sedih, lesu, dan hilang minat pada aktivitas sehari-hari.

Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan)

Anxiety disorder untuk menjelaskan gangguan mental yang mempunyai ciri utama kecemasan. Pasien akan mengalami ketakutan yang berlebihan akan satu dan lain hal. Gejala umumnya berupa kecemasan yang susah dikontrol, gelisah, dan panik serta kelelahan tapi sulit tidur.

Pseudodementia

Pseudodementia adalah jenis penurunan kognitif yang menyerupai demensia tetapi berbeda. Pada pseudodementia sangat berkaitan dengan kondisi kejiwaan seperti depresi, terutama menurunnya daya ingat dan konsentrasi.

Delusion

Penderita delusion memegang suatu keyakinan secara kuat, tetapi tidak akurat, yang terus dipegang walaupun ada bukti menunjukkan hal tersebut tidak memiliki dasar dalam realitas. Kondisi ini biasanya disebabkan tidak bisa menerima kejadian nyata dalam dirinya.

OCD atau Obsessive Compulsive Disorder

OCD Ilustrasi | pexels

OCD atau Obsessive Compulsive Disorder adalah jenis gangguan jiwa yang membuat penderitanya melakukan tindakan tertentu berulang kali. Gangguan obsesif-kompulsif sering dipertanyaan apakah termasuk mental isu,

padahal OCD atau Obsessive Compulsive Disorder ini menduduki peringkat empat dari gangguan jiwa setelah fobia, gangguan penyalahangunaan zat, dan gangguan depresi berat.

Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan jiwa ketika pengidapnya mengalami halusinasi, delusi, kekacauan dalam berpikir, dan perubahan bersikap. Penderitanya pada umumnya kesulitan membedakan antara kenyataan dengan pikiran yang ada.

PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder)

PTSD atau gangguan stress pascatrauma adalah kondisi yang dipicu oleh peristiwa traumatis, misalnya kecelakaan berat, bencana alam, dan peperangan. Sayangnya, PTSD tidak dapat disembuhkan total. Namun, jika mereka mendapatkan penanganan yang baik dan berkelanjutan, itu akan membantu penderitanya bisa menjalani hidup dengan lebih berkualitas.

BPD (Borderline Personality Disorder)

Borderline personality disorder adalah gangguan mental serius yang dapat mempengaruhi perasaan dan cara berpikir penderitanya. Penderitanya bisa mengalami perubahan suasana hati secara mendadak terhadap diri sendiri maupun orang lain. Emosi yang tidak rasional bisa kecemasan, ketakutan, kebencian, dan kesedihan.

Amnesia Disosiatif

Memories | pexels

Amnesia disosiatif adalah gangguan jiwa berupa kehilangan ingatan yang parah yang tidak bisa dijelaskan secara medis dan bisa terjadi berkali-kali. Ingatan yang ada tersimpan sangat dalam di pikiran dan tidak bisa diingat oleh penderitanya.

Depression

Depresison adalah gangguan kejiwaan yang menyebabkan emosi menjadi tidak terkendali, perasaan sedih, dan kehilangan minat pada aktivitas harian.

Penderita depresi akan sering menyalahkan diri sendiri karena memiliki rasa bersalah, kerap merasa rendah diri, tidak berharga, dan putus asa, selalu merasa khawatir, cemas berlebihan, dan lainnya.

Mental isu dapat dialami siapapun, termasuk anggota medis sekalipun yang sudah ahli pada bidangnya. Oleh karena itu, hindari berpikir berlebihan dan cari bantuan saat membutuhkannya.

Ingatkan penderita mental isu bukan pilihan dan dapat menyerang siapa pun. Janganlah kita mengucilkan penderitanya, tetapi berikan dukungan agar penderitanya bisa beradaptasi kembali dalam masyarakat dan memperoleh hidupnya kembali.