Tersesat di Dunia Digital? Kita Bisa Mencegahnya Lho

Tersesat di Dunia Digital? Kita Bisa Mencegahnya Lho

Tersesat di Dunia Digital | Freepik (vecstock)

#SohIBBerkompetisiArtikel

 

Tentu kita boleh bersyukur kalau sekarang ini kita hidup di dunia yang sangat maju. Semua informasi bahkan kebutuhan hidup pun bisa didapatkan melalui teknologi yang ada di gawai yang kita pergunakan, sehingga kita seakan dimanjakan. Bahkan hal-hal yang bersifat relasi seperti konsultasi tentang kesehatan dengan seorang dokter, bisa kita lakukan di mana pun dan kapan pun kita mau.

 

Namun, ternyata hal yang terlihat keren itu menyimpan sesuatu yang kalau kita tidak hati-hati menyikapinya akan menimbulkan masalah bagi kita.

 

Contoh kecil saja, apabila kita salah memilih akun penyedia informasi yang tersebar di dunia digital, maka kita pun bisa “tersesat”. Kita bisa termakan berita-berita bohong yang berseliweran di internet dan media sosial yang tentu akan merugikan kita. Apakah jumlahnya banyak di negeri ini, mungkin itu salah satu pertanyaan kita. Jawabannya, Kementerian Kominfo sendiri telah mengidentifikasi 425 isu hoaks muncul di triwulan pertama tahun 2023, dan itu lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2022 yaitu sebanyak 393 isu hoaks.

 

Data Hoaks | Kominfo

Sedangkan dari data periode Agustus 2018 sampai dengan 31 Maret 2023, Kementerian Kominfo menemukan ada 11.357 isu hoaks secara total kategori, dan kategori kesehatan menempati isu hoaks tertinggi di periode tersebut dengan 2.256 isu. Hal itu mungkin wajar, karena adanya kasus Covid-19 yang sedang melanda negeri ini.

 

Hal yang harus menjadi perhatian lebih adalah isu hoaks yang masuk kategori penipuan.  Ternyata kategori ini menempati urutan ketiga dengan jumlah 1.823 isu. Jumlah akun penyebar hoaks pun disinyalir mencapai kurang lebih 800.000 akun.

 

Kita tentu setuju melihat realita bahwa masyarakat Indonesia semakin banyak menggunakan internet di kehidupan kesehariannya. Berdasarkan laman dataindonesia.id, pengguna internet di Indonesia telah mencapai 212,9 juta atau sekitar 77% dari populasi penduduk pada Januari 2023, dengan rata-rata orang penggunaan internet selama 7 jam 42 menit setiap harinya.

 

Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua, bagaimana membuat masyarakat tidak “tersesat” di dunia digital. Bagaimana masyarakat harus diajak untuk bisa dan membiasakan diri memilah-milah informasi mana yang benar dan mana yang tidak, memilah mana informasi atau konten yang negatif dan mana yang berguna bagi kehidupan dirinya.

 

Mengecek Informasi | Freepik (onlyyouqj)

Masyarakat pengguna internet harus diajak untuk lebih peka terhadap informasi atau konten yang di dapat. Warganet harus mau mengecek kebenaran informasi yang ia terima. Kebiasaan buruk pun harus dihilangkan yaitu kebiasaan di mana karena ingin terlihat menjadi seorang yang pertama tahu berita itu, maka tanpa melakukan cek ricek, informasi yang mungkin hoaks pun tetap di teruskan kepada orang lain. Kasus seperti ini pasti pernah kita jumpai misalnya saja di beberapa grup WA keluarga atau grup WA lainnya di sekitar kita.

 

Apabila hal-hal di atas tidak dilaksanakan, maka bahaya besar mengintai kita semua. Misalnya saja hoaks tentang politik, kita bisa menjadi saling curiga dengan sesama kita, kita juga bisa terprovokasi karenanya.  Untuk hoaks tentang kesehatan, bisa saja terjadi kesalahan penanganan penyakit yang bisa berdampak sampai kepada kematian, selain itu hoaks di bidang ini bisa membuat kita menjadi orang yang overthinking karena mencemaskan sesuatu atau orang yang cuek karena meremehkan sesuatu.

 

Untuk orang-orang atau lembaga yang bisa dikatakan sebagai konten kreator atau pemberi informasi yang benar, baik dan terpercaya, hal-hal di atas seharusnya bukan malah membuat nyali menjadi ciut. Kita harus semakin rajin untuk memberikan informasi atau konten-konten yang bermanfaat bagi masyarakat.

 

Kita tidak bisa berharap akun-akun tidak bertanggung jawab itu berhenti menyebarkan hoaks atau mungkin membuat konten negatif, kitalah yang harus “menutup” dunia digital dengan informasi yang benar dan konten-konten yang bermanfaat. Kita juga harus mendorong berita-berita positif semakin ditonjolkan, bukan sekedar berita tidak bermutu yang malah menjadi viral.

 

Kita mungkin boleh berharap pemerintah turun tangan dalam menghadapi hal ini. Pemerintah harus sesegera mungkin melakukan tindakan preventif dan represif. Misalkan saja untuk tindakan preventif, pemerintah melakukan sosialisasi dan kampanye tentang bahaya suatu konten “menyesatkan” bagi kehidupan masyarakat secara terus-menerus dan masif di mana pun. Bisa saja dengan mengambil contoh kejadian di pilpres beberapa waktu lalu dimana seorang yang bersaudara bisa memutus hubungan kekerabatan hanya karena berita-berita yang menyesatkan. Sedangkan tindakan represif bisa dilakukan dengan membuat peraturan yang ketat dan mengaplikasikannya kepada pelaku yang melanggarnya.

 

Dunia Digital yang Sehat | Freepik (rawpixel.com)

Apabila kolaborasi warganet dan pemerintah bisa berjalan dengan baik, tentu dunia digital kita pun menjadi lebih sehat. Berita, informasi, atau konten positif pun lebih banyak diakses oleh masyarakat yang tentunya bisa membawa kebaikan kepada kita semua. Sehingga harapan kita menjadikan digital sebagai media penyebaran kabar baik pun bisa terwujud dengan segera.