Sumpah Pemuda dan Mengapa Kita Harus Merayakan Keanekaragaman

Sumpah Pemuda dan Mengapa Kita Harus Merayakan Keanekaragaman

Ilustrasi pemuda Indonesia masa Pergerakan Nasional. Foto Commons Wikimedia.

Hai SohIB, kamu tahu kalau Sumpah Pemuda muncul sebagai tekad kolektif para pemuda yang tergabung dalam berbagai organisasi kepemudaan di akhir tahun 1920-an?

Mereka berkumpul beberapa kali di Jakarta, dan pada 28 Oktober 1928, mereka mencapai puncaknya pada Kongres Kedua Pemuda. Satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa adalah tiga janji utama yang dibuat Kongres untuk bangsa Indonesia.

Hari ini, arti Sumpah Pemuda adalah komitmen untuk bersatu sebagai satu bangsa, bangsa Indonesia. Bagi pemuda Indonesia awal 1920-an, kata "Indonesia"—yang pertama kali digunakan oleh peneliti asing James Logan—melambangkan perlawanan terhadap kolonialisme, kemerdekaan, dan keinginan untuk membangun negara-bangsa sendiri.

Mengingat keragaman yang ada di Indonesia, membentuk negara baru yang disebut Indonesia bukanlah tugas yang mudah. Untuk mencapai "satu bangsa, satu Indonesia", orang harus terbuka dan mengorbankan kebanggaan mereka sendiri. Ini juga menggabungkan berbagai identitas regional, agama, dan etnis.

Pada tahun 1928, pertemuan pemuda-pemuda Indonesia menunjukkan keberanian besar untuk melepaskan identitas asli mereka, seperti Aceh, Melayu, Minang, Sunda, Jawa, Ambon, dan banyak lagi.

Sumpah Pemuda meski telah berjalan 95 tahun, ia masih relevan hingga hari ini, ketika politik identitas menjadi pilihan "rasional" para pemimpin. Politik identitas yang meningkat selama kampanye pemilu 2024 nanti, akan semakin menggema dan semakin mengganggu.

Para politisi menggunakan masalah agama, etnis, dan daerah untuk memenangkan pemilih. Karena orang mendukung kandidat pilihannya, politik identitas menyebabkan konflik sosial.

Bermain pada politik identitas sangat menguntungkan presiden-wakil presiden dan kandidat Dewan Perwakilan Rakyat dalam Pemilu 2019 lalu, dan 2024 nanti. Contohnya adalah pemilihan gubernur DKI Jakarta, yang memecah belah masyarakat Jakarta berdasarkan agama dan etnis. Ini merupakan kehancuran demokrasi dan pengkhianatan terhadap kesepakatan nasional kita.

Maka dari itu, sangatlah penting untuk membangkitkan kembali rasa ikatan kebangsaan di antara rakyat Indonesia. Hal ini dapat dicapai dengan melawan narasi yang memecah belah, mendorong toleransi dan empati, dan berpartisipasi aktif dalam diskusi konstruktif.

untuk itu, semangat Sumpah Pemuda memungkinkan kita untuk mengatasi kekuatan yang memecah belah politik identitas dan membangun masyarakat yang lebih damai dan inklusif.

Untuk benar-benar menghormati semangat Sumpah Pemuda, kita harus merangkul keanekaragaman yang ada dalam kain budaya bangsa kita. Menerima dan menghargai perbedaan kita dapat menjadi kekuatan daripada sumber konflik.

Persatuan bangsa kita tidak berarti menghapus perbedaan; itu berarti mengakui perbedaan itu dan menemukan cara untuk menyatukan kita bersama.

Mempromosikan rasa hormat, inklusivitas, dan pemahaman adalah kunci untuk mengatasi tantangan politik identitas. Oleh karena itu, pendidikan menjadi sangat penting untuk memupuk prinsip-prinsip ini sejak dini.

Dengan mengajarkan anak-anak kita tentang sejarah Sumpah Pemuda dan pentingnya persatuan, kita dapat menanamkan rasa bangga akan negara kita dan komitmen untuk menjaga warisan bersama kita.

Selain itu, alih-alih memanfaatkan politik identitas untuk keuntungan pribadi, para pemimpin dan pembuat kebijakan bertanggung jawab atas kesejahteraan nasional. Mereka harus mendukung kebijakan yang mengatasi perbedaan dan memastikan bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama tanpa memandang latar belakang mereka.

Sebagai warga Indonesia, kita harus berperan aktif dalam mempertahankan persatuan bangsa kita. Ini dapat dicapai melalui percakapan yang konstruktif, mendorong toleransi dan empati, dan menolak cerita yang memecah belah.

Media sosial dan alat komunikasi lainnya pun dapat digunakan untuk menyebarkan pesan persatuan, menghormati keberagaman, dan melawan nasionalisme yang menyebabkan sikap eksklusif.

Jadi Sohibstoris, kita hanya dapat membangun bangsa yang lebih kuat, inklusif, dan tangguh bila mampu memperkuat komitmen kita pada prinsip-prinsip Sumpah Pemuda dan mengakui pentingnya keberagaman.

Mari kita tetap bersatu, menentang politik yang memecah belah, dan bekerja menuju masa depan di mana setiap orang Indonesia merasakan rasa memiliki yang mendalam dan bangga pada bangsa mereka. Sumpah Pemuda bukan hanya peristiwa sejarah; ia adalah prinsip-prinsip yang dapat kita gunakan untuk membangun masa depan yang lebih baik dan lebih rukun.