Sisi Terang dan Gelap Digitalisasi pada Perkembangan Pariwisata Indonesia

Sisi Terang dan Gelap Digitalisasi pada Perkembangan Pariwisata Indonesia

Digitalisasi Pariwisata | freepik.com

#SohIBBerkompetisiArtikel 

Revolusi digital dalam beberapa dekade terakhir telah merubah, memodernisasi, meningkatkan cara kerja, proses dan layanan di berbagai bidang seperti di sektor keuangan, pendidikan kesehatan manufaktur, transportasi, perdagangan, dan pariwisata. Pertumbuhan ekonomi saling terhubung dengan berbagai sektor lainnya seiring dengan meluasnya penggunaan internet di masyarakat.

Dampak Pandemi terhadap perekonomian
Dampak Covid-19 terhadap Perekonomian | freepik.com

Setelah melalui pandemi COVID-19 yang mengakibatkan berbagai krisis ekonomi, teknologi digital merupakan salah satu kunci penting dalam memerangi konsekuensi atas pandemi (PBB, 2021). Pandemi yang telah berlalu memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan berbagai sektor, salah satunya sektor pariwisata. Indonesia mengalami berbagai kerugian yang signifikan dalam sektor pariwisata saat pandemi karena menurut data Badan Pusat Statistik (BPS, 2021), sektor pariwisata berkontribusi sebesar 4,97% terhadap PDB Indonesia. Pada periode pasca pandemi seperti saat ini, pemanfaatan teknologi digital sangat mampu meningkatkan efektivitas industri pariwisata.

Bagaimana caranya ?

Selain meningkatkan kualitas terhadap destinasi wisata yang sudah ada, digitalisasi memiliki peran penting sebagai alat untuk menggali potensi daerah baru dan meningkatkan daya tarik destinasi tersebut. Mekanisme digitalisasi dalam penggalian potensi suatu daerah yakni sebagai berikut:

  1. Promosi Pariwisata: Digitalisasi memungkinkan destinasi pariwisata untuk mempromosikan diri mereka secara efektif melalui platform online. Dengan menggunakan media sosial, situs web, dan aplikasi pariwisata, destinasi dapat mengunggah informasi, foto, video, dan ulasan pengguna tentang daya tarik wisata, budaya, kuliner, dan aktivitas yang tersedia. Ini membantu destinasi pariwisata dalam menciptakan citra positif dan menarik minat wisatawan.
  2. Aksesibilitas Informasi: Digitalisasi memudahkan wisatawan untuk mengakses informasi tentang destinasi dengan mudah dan cepat. Informasi dapat diperoleh melalui situs web dan aplikasi pariwisata terkait informasi objek wisata, akomodasi, transportasi, dan layanan lainnya, sehingga wisatawan dapat mempersiapkan perjalanan mereka lebih baik.
  3. Pemasaran digital: Pemasaran digital yang efektif dapat membantu destinasi untuk menarik perhatian wisatawan potensial dan meningkatkan kunjungan ke daerah tersebut. Strategi pemasaran yang dapat diterapkan merupakan strategi yang terukur dan tersegmentasi sehingga pemasaran dapat mencapai audiens yang tepat dan relevan.
  4. Kemitraan dan kolaborasi: Melalui platform digital, destinasi dapat berinteraksi dengan pihak terkait seperti pemerintah daerah, pelaku industri pariwisata lokal, komunitas, dan media. Kemitraan yang kuat dan kolaborasi yang efektif dapat membantu dalam menggali potensi daerah secara holistik dan berkelanjutan.

Lalu apakah digitalisasi pada sektor pariwisata akan selalu memberikan dampak positif pada perkembangannya?

Tentu saja tidak. Pada beberapa kondisi, mekanisme digitaliasi mempunyai dampak yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Beberapa dampak negatif digitalisasi terhadap perkembangan destinasi wisata beserta contohnya yaitu sebagai berikut:

  1. Overtourism: Kemampuan teknologi digital mempunyai kemampuan cepat berbagi informasi tentang destinasi wisata yang populer dapat menyebabkan ledakan kunjungan wisatawan ke suatu tempat. Jumlah wisatawan yang melebihi kapasitas lingkungan dan infrastruktur lokal dapat mengakibatkan kerusakan destinasi tersebut, kerusakan budaya, dan peningkatan konflik sosial dengan penduduk setempat. Overtourism juga disebabkan adanya kecenduran sifat FOMO (Fear of Missing Out) diantara sebagian masyarakat yang tidak mau ketinggalan akan suatu hal yang sedang ramai.
  2. Perubahan Perilaku Wisatawan: Munculnya kecenderungan wisatawan saat ini untuk mencari pengalaman yang “instagrammable” pada suatu destinasi wisata seringkali mengubah motivasi perjalanan pengalaman budaya dan alam menjadi pencarian untuk mengambil foto yang populer di media sosial. Akibatnya, banyak wisatawan kurang peduli dengan dampak lingkungan dan budaya dari tindakan mereka.
  3. Kerusakan Lingkungan: Membludaknya pengunjung yang datang pada saat suatu destinasi viral meningkatkan tekanan pada lingkungan alam sekitar. Contohnya, banyak wisatawan yang mengunjungi tempat viral mengabaikan praktik berkelanjutan dengan benar seperti membuang sampah sembarangan, melanggar aturan pelestarian alam, dan mengganggu kehidupan satwa liar.
  4. Infrastruktur belum memadai: Kondisi viral yang diakibatkan oleh digitalisasi menyebabkan terjadinya poin pertama (overtourism) tanpa diikuti ketersediaan infrastruktur yang memadai untuk menampung wisatawan. Akibatnya lingkungan pariwisata akan semakin rusak dan bahkan dapat menurunkan kualitas hidup penduduk setempat.

Berikut sebagian contoh destinasi wisata yang rusak setelah viral di media sosial

Wisata Negeri Di Atas Awan Banten yang Rusak Setelah Viral di Media Sosial | Kompas Regional (https://regional.kompas.com)
Halaman Rumah Abah Jajang Cianjur Rusak Setelah Viral di Media Sosial | https://www.inews.id/

Bagaimana cara mengatasinya?

Dampak negatif digitalisasi terhadap destinasi wisata baru di suatu daerah dapat diatasi dengan kerjasama yang baik dari pihak pemerintah daerah dan masyarakat sendiri sebagai wisatawan. Sebaiknya, pemerintah daerah harus selalu “mawas” akan potensi daerah yang dimiliki sehingga pengelolaan wisata, pengaturan kuota kunjungan, pembangunan infrastruktur berkelanjutan, promosi pendidikan dan kesadaran lingkungan kepada wisatawan, serta implementasi praktik pariwisata yang bertanggungjawab secara sosial dan lingkungan mampu dilakukan dengan lebih optimal. Kita sebagai masyarakat juga perlu mendukung pariwisata berkelanjutan dengan mengkuti peraturan yang ada, tidak merusak lingkungan, mempromosikan praktik pariwisata yang bertanggungjawab dibarengi dengan pengembangan usaha yang mendukung pariwisata tersebut, serta mendorong partisipasi dan kolaborasi kelompok masyarakat untuk ikut serta menjaga dan mengembangkan wisata sebagai potensi daerah miliknya.

Sumber:

Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang. (2021). Kabupaten Malang 2021. 1–244.

PBB. (2021). Digital Technologies for New Future. ECLAC 2022, P.7.