Sisi Gelap Kabar Bohong di Dunia Maya:  Kemana Kita Harus Mengadu?

Sisi Gelap Kabar Bohong di Dunia Maya:  Kemana Kita Harus Mengadu?

Ilustrasi Pengaduan Kabar Bohong di Dunia Maya (Sumber Gambar: Freepik)

#SohIBBerkompetisiArtikel

Hidup di dunia digital membuat kita pastinya tidak asing lagi dengan berita bohong. Perputaran arus informasi berkecepatan sepersekian detik akses membuat semakin banyaknya konten-konten yang semakin menjurus ke arah sesuatu yang frontal, bahkan sulit dikurasi kebenaran terselubung di baliknya. Bagi Gen-Z, mungkin hoaks masih bisa disaring dulu sebelum sharing, tetapi bagaimana untuk baby boomer dan milenial yang justru mampu dengan mudah menjadi sasaran antitesis penyebaran kabar baik ini?

Kenali Dulu Jenis Misinformasi!

Misinformasi membuat kabar-kabar baik yang seharusnya dipublikasikan di kanal media menjadi terdistraksi dengan viralitas berita bohong belaka. Maka dari itu, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) mencatat tujuh kategori konten bernada negatif yang seringkali menghantui publik di dunia digital:

  • Satir/ Parodi

Konten ini tidak memiliki niat untuk merugikan, tetapi justru berpotensi untuk mengelabui netizen. Ciri utamanya adalah ditulis dengan narasi yang cenderung baik, candaan, dan gimmick yang bersifat cerdas ataupun sarkas.

  • Konten Menyesatkan

Berbeda dengan satir, penggunaan informasi pada konten menyesatkan justru bertujuan untuk membingkai sebuah isu atau individu. Jenis konten ini biasa ditulis dengan nilai jurnalistik yang lemah dan ditujukan untuk keuntungan finansial berupa clickbait dari netizen.

  • Konten Tiruan

Konten jenis ini biasanya berusaha meniru sebuah sumber asli untuk mencari keuntungan finansial, memprovokasi, bahkan tidak jarang bersifat candaan atau parodi untuk membuat propaganda.

  • Konten Palsu

Bisa dipastikan jenis konten ini 100% salah dan didesain pihak kreator untuk menipu dan merugikan. Ciri yang paling terlihat adalah muatan propaganda politis di mana konten yang disampaikan cenderung provokatif dan mengolok-olok pihak tertentu.

  • Konten yang Salah

Konten ini terjadi ketika konten yang asli dipadankan dengan konten informasi yang salah. Terkadang tujuannya justru dilandasi dengan sikap partisipan, preferensi politik, dan propaganda. Walaupun ada keinginan kuat untuk membuat konten tersebut, tetapi jenis konten yang salah memiliki sisi jurnalisme yang lemah sehingga tidak bisa dikatakan sebagai konten yang kredibel.

  • Koneksi yang Salah

Tipe konten dengan koneksi yang salah biasa terlihat ketika judul, gambar, atau keterangan tidak mendukung isi konten. Bisa dikatakan nilai jurnalistik dari konten ini justru lemah dan hanya bertujuan mendapat keuntungan finansial semata.

  • Konten yang Dimanipulasi

Kategori konten ini terlihat ketika informasi atau gambar yang asli dimanipulasi untuk menipu. Terdapat tujuan tersurat berupa propaganda politis yang cenderung bersifat provokatif.

Nah, tentu mengerikan bukan jika kombinasi konten-konten di atas menyesatkan kabar baik yang seharusnya kita konsumsi di dunia digital?

Kemana Kita Harus Mengadu?

Tenang, SohIB! Jika kamu ingin mengadukan konten yang menjurus ke disinformasi, terdapat beberapa situs pelaporan yang dapat kamu kunjungi, antara lain:

  • Polisi-RI via polri.go.id/humas/php
Logo Siber Polri (Sumber: Siber Polri)

Masyarakat bisa mengadukan atau bahkan melaporkan beredarnya konten negatif di media sosial atau dunia maya melalui Humas Polri dan Cyber Polri untuk mendapatkan tindakan hukum lebih lanjut.

  • Aduankonten.id
    Logo Situs Aduan Konten (Sumber: Kominfo)

Situs ini disediakan oleh Kominfo sebagai fasilitas bagi masyarakat yang ingin mengadukan konten-konten negatif di internet.

  • Lapor.go.id
Logo Lapor.go.id (Sumber: Situs Kemenpanrb)

LAPOR merupakan akronim dari Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat yang dikelola oleh Kemenpan-RB dan Ombudsman RI. Situs ini membuat masyarakat dapat dengan mudah melaporkan situs yang terindikasi memiliki publikasi konten menyesatkan bagi publik.

Digitalisasi Membuka Peluang Eksistensi Hoax Buster Tools

Google Reverse Image salah satu hoax buster tools untuk mengecek kredibilitas gambar di internet (Sumber: Google)

Selain melaporkan konten negatif, digitalisasi juga membuka peluang bagi perkembangan teknologi hoax buster tools atau berbagai fitur-fitur internet untuk melawan beredarnya berita bohong secara digital. Fitur-fitur ini tentu dapat dengan mudah diakses melalui situs daring sehingga dapat digunakan oleh netizen untuk mengecek fakta secara mandiri. 

Google Reverse Image menjadi salah satu tools menarik yang mampu mendeteksi keaslian gambar yang dipublikasikan di internet. Selain itu, terdapat pula YouTube Data Viewer, Geosearch, dan Watch Frame By Frame yang mampu mengecek keaslian video frame per frame dengan teknologi kecerdasan buatan mereka.

Meskipun demikian, masih perlu adanya edukasi terhadap penggunaan hoax buster tools agar dapat menjangkau dan dipahami oleh masyarakat dalam mengakses sekaligus memverifikasi informasi yang kredibel. Tidak hanya itu, peran pemerintah juga seharusnya lebih proaktif dalam menindaklanjuti pelaporan yang diadukan publik, sehingga mampu menekan angka hoaks yang beredar di dunia digital.