Penguatan Literasi Digital, Tangkal Penyebaran Hoax untuk Pemilu 2024 yang Damai

Penguatan Literasi Digital, Tangkal Penyebaran Hoax untuk Pemilu 2024 yang Damai

Orang memasukkan kertas suara ke kotak. Sumber: pexels.com (cottonbro.studio))

Tak sampai setahun lagi, pesta rakyat akan digelar di negeri ini. Bersamaan dengan jatuhnya hari kasih sayang, tanggal 14 Februari 2024 sekaligus akan menjadi momentum bagi rakyat Indonesia menyuarakan hak pilihannya untuk pemimpin berikutnya.

Agenda akbar nasional yang berlangsung tiap lima tahun sekali ini ditunggu-tunggu sebagai cikal perubahan Indonesia dari kepemimpinan yang baru. Di tahun 2024 nanti, akan ada perubahan signifikan, terutama dari pemilih baru yanng disinyalir akan lebih banyak pemilih daripada di tahun-tahun pemilu sebelumnya.

Dilansir dari Katadata.com, data pemilih di tahun 2019 sebanyak 192,83 juta jiwa. Sedangkan pemilu di tahun 2024 nanti jumlah pemilih diperkirakan lebih banyak.

https://www.kompas.id/baca/polhuk/2023/04/18/daftar-pemilih-sementara-pemilu-2024-capai-205-juta-data-ganda-masih-ditemukan
 Rapat pleno terbuka rekapitulasi daftar pemilih sementara (PDS) tingkat nasional Pemilu 2024 di kantor KPU. Sumber: Kompas.com

Diwartakan oleh Kompas, pada 18 April 2023 KPU telah melaksanakan rapat pleno terbuka rekapitulasi daftar pemilih sementara (DPS) tingkat nasional Pemilu 2024 di kantor KPU. Pada agenda tersebut KPU mengumumkan DPS Pemilu 2024 sebanyak 205.835.518 pemilih. Jumlah tersebut lebih tinggi 6% dari Pemilu 2019. 

Penambahan jumlah pemilih pada Pemilu 2024 disenarai bakal didominasi kalangan muda maksimum berusia 40 tahun. Dapat diartikan Pemilu 2024 akan diwarnai dengan banyaknya pemilih pemula.

Sebagaimana dikutip dari Kompas, momen Pemilu 2024 sangat krusial menentukan arah masa depan Indonesia. Diharapkan banyaknya pemilih muda di Pemilu tahun depan, juga didukung dengan tingginya antusiasme dalam menyuarakan pemimpin pilihannya. Tentu saja KPU memiliki PR besar untuk mendorong partisipasi para pemilih (terutama kalangan muda) dan memberikan segala akses informasi terkait Pemilu 2024.

Memberikan informasi di era digital seperti ini tentu bukanlah hal sulit. Pemilih pemula pastinya sudah tak asing dengan penggunaan teknologi terkini. Kendati demikian, akses informasi bisa diperoleh dari pihak manapun. Entah kredibel maupun tidak. Tak dapat dipungkiri, kemungkinan penyebaran informasi palsu/hoax pasti ada banyak.

Dilansir dari kontan.co.id, per Januari 2023 saja Kominfo telah menangani 1.321 hoax terkait politik. Adanya penyebaran hoax tersebut bisa jadi menimbulkan keresahan, bahkan mungkin timbul konflik dan terjadinya perpecahan. Maka dari itu, dibutuhkan kesadaran dalam melek literasi digital untuk menangkal penyebaran hoax.

Literasi digital jadi salah satu kemampuan dasar berliterasi yang harus dimiliki. Kecakapan ini akan membantu seseorang untuk mengolah informasi yang diperoleh dengan lebih berhati-hati dengan menyaring dan menyikapi secara tepat.

Menurut Paul Gilster, literasi digital didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber dengan sangat luas yang diakses melalui piranti komputer. UNESCO juga menyatakan bahwa literasi digital adalah kecakapan yang tidak hanya melibatkan kemampuan penggunaan perangkat teknologi, informasi dan komunikasi, tetapi juga melibatkan kemampuan untuk dalam pembelajaran bersosialisasi, sikap berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetisi digital.

Tak kalah pentingnya dengan kemampuan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Kecakapan literasi digital dapat membantu seseorang memanfaatkan teknologi digital dengan lebih bijak.

Disampaikan di DESUS (Digital and Election Issues) dari laman UGM,Menurut Khoirunnisa Nur Agustyati selaku Direktur Eksekutif Perludem dibutuhkan solusi mengikat untuk menciptakan ekosistem digital yang demokratis, berupa literasi digital. Langkah taktis yang dapat diambil melalui penguatan literasi digital seperti melakukan forum diskusi yang mampu menggaet semua pihak terkait de-bunking dan pre-bunking, kolaborasi bersama masyarakat sipil dengan platform media sosial, menganalisis disinformasi di Pemilu 2024, dan sistem pelaporan hoax yang jelas.

Salah satu tindakan nyata untuk meningkatkan literasi digital pada masyarakat bisa dilakukan dengan sosialisasi ataupun seminar. Seperti yang dilakukan mahasiswa KKN tim I Universitas Diponegoro, yang dilansir dari berita RMOL Jateng berikut ini.

https://www.rmoljawatengah.id/warga-desa-cimohong-ikuti-literasi-digital-cegah-penyebaran-berita-hoax
 sosialisasi bertajuk “Edukasi Pentingnya Literasi Digital Guna Mencegah Penyebaran Berita Palsu”. Sumber: RMOLJATENG

Hal terpenting dalam pelaksanaan Pemilu 2024 ialah partisipasi pemilih yang cerdas dalam memilah informasi selama masa kampanye berlangsung. Setiap narasi-narasi yang beredar harus diolah dengan baik dan jangan termakan isu yang cenderung menjatuhkan maupun memecah belah.