Menjadi Well-educated Voters dalam Pemilu 2024

Menjadi Well-educated Voters dalam Pemilu 2024

ilustrasi suara pemilih : Unsplash (Cyrus Crossan)

 #SohIBBerkompetisiArtikel 

Wah SohIB! Tak terasa nih tahun depan merupakan tahun yang penting karena kita akan mengadakan Pemilihan umum 2024 (Pemilu 2024). Kira-kira kenapa ya pemilihan umum itu penting bagi negara kita? Mengutip Dr. H. Idham Holik selaku komisioner KPU, “Pemilu itu penting karena jika suatu negara ingin maju berkembang maka demokrasinya juga harus maju”. Ujar beliau saat menghadiri kuliah tamu di FISIP UB, Malang, 31 Oktober 2022. Nah mungkin sekarang SohIB bertanya-tanya bagaimana cara untuk menyukseskan sebuah pemilu. 

Eits tunggu dulu SohIB, sebelum beranjak lebih lanjut kita harus mengenal tindakan yang dapat mencemari demokrasi pemilu. Seperti yang SohIB ketahui dalam pemilu-pemilu sebelumnya sempat terjadi tindakan penyalahgunaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) seperti black campaign atau kampanye hitam. Apa sih kampanye hitam itu?

Pinterest (Reader's digest)
ilustrasi hoax : Pinterest (Reader's digest)

Melansir dari TBNews Polda Kepri kampanye hitam adalah kampanye yang menggunakan tuduhan fitnah atau berita hoax untuk mencoreng citra lawan sehingga kubu asal dapat menarik dukungan suara. Kampanye hitam ini sangat mengerikan lho SohIB, baik golongan berumur dan kawula muda dapat termakan hoax kampanye hitam. Terlebih lagi bagi para pemilih baru yang asing dengan perpolitikan Indonesia akan semakin sulit menentukan pilihannya. Alhasil mereka dapat terkena bandwagon effect alias asal ikut-ikutan dalam menentukan pilihan atau bahkan dapat memilih untuk golput.

SohIB tentunya tidak asing ‘kan dengan istilah hoax, jadi hoax itu sebenarnya apa ya? Menurut Kominfo , hoax adalah sebuah tindakan yang mengeruhkan kebenaran suatu informasi dengan menyebarluaskan informasi palsu yang kerap menggunakan unsur SARA, pornografi, dan ujaran kebencian.

Unsplash (Element5digital)
ilustrasi pengambilan suara : Unsplash (Element5digital)

Nah setelah di atas kita mengenal permasalahannya sekarang kita dapat mencari solusinya. Solusi yang ternyata dianggap paling efektif adalah membentuk well educated voters. Sebagai well educated voters, SohIB diharapkan mampu mewujudkan pemilu yang tertib dan anti hoax. Kira-kira seperti apa ya well educated voters itu? Masih penasaran ‘kan SohIB, simak yuk penjelasan berikut ini!

Berdasarkan data dari Economist Intelligence Unit (EIU) yang dilansir dalam DataIndonesia.id Indonesia berada pada posisi ke-54 dengan skor indeks demokrasi sebesar 6,71 poin pada tahun 2022. Merujuk pada data tersebut pemerintah pun berbenah dalam rangka menciptakan budaya politik ideal. Komisi Pemilihan Umum (KPU) memiliki terobosan baru dengan memanfaatkan perkembangan iptek.

Wikipedia (Wikipedia)
logo KPU : Wikipedia (Wikipedia)

KPU telah meluncurkan Sidalih untuk mendata data pemilih aktif. Sipol untuk mendata parpol. Sidapil untuk mengatur penataan daerah pilihan. Silon untuk memudahkan proses pencalonan. Sidakam untuk melaporkan dana kampanye. Sirekap untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi penghitungan suara. Serta Siakba yang salah satu tugasnya untuk membimbing pemilih.

Semua instrumen di atas diperuntukkan menjaga pemilu agar tetap demokratis, kondusif, dan transparan. Namun, menurut SohIB apakah hanya dengan peran pemerintah cukup untuk mewujudkan pemilu yang ideal dan tertib? Tentunya masih belum cukup sob! Sebagai well educated voters, SohIB dapat memanfaatkan kemajuan iptek tersebut. Kita ternyata dapat mengakses Sidalih untuk mengecek apakah SohIB sudah terdaftar sebagai pemilih aktif atau belum. Tentunya langkah ini bertujuan untuk melindungi hak suara kita sebagai pemilih. 

Selain itu kita juga harus berhati-hati nih SohIB dalam mencari dan membagikan informasi seputar pemilu. Melansir dari  Kominfo agar SohIB terhindar dari hoax maka harus berhati-hati dengan informasi yang provokatif, lalu cermati alamat situs, periksa faktanya, cek keaslian sumber foto atau data, dan ikuti perkembangan akun resmi untuk memvalidasi kebenarannya. Sebagai well educated voters, SohIB diharapkan memiliki sikap anti-hoax. Apa lagi ya yang dapat SohIB lakukan sebagai well-educated voters?

The Cougar (Gerald Sastra)
ilustrasi well educated voters : The Cougar (Gerald Sastra)

SohIB pastinya sering mendengar ‘kan istilah “luberjurdil”. Sedikit banyak yang kita ketahui ternyata istilah ini sangat penting lho bagi prosesi pemilu. Istilah “luberjurdil” ternyata merupakan singkatan dari kata langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Melansir dariTirto, keenam kata tersebut merupakan nilai dan asas yang diperlukan agar sebuah pemilu dapat berjalan dengan khidmat dan demokratis.

Agar tidak bingung dengan maksud dan makna dari istilah luberjurdil, yuk kita bahas. Asas langsung mengajak kita untuk mencoblos secara langsung ke tempat pemungutan suara (TPS). Asas umum mengajak kita untuk tidak melarang pemilih lain untuk memberikan suaranya. Asas bebas mengajak kita untuk tidak memaksa atau memengaruhi pemilih lain. Nah asas rahasia mengajak kita agar tidak memberitahukan pilihan kita ke orang lain apalagi disebarluaskan pada media sosial. Lalu asas jujur mengajak kita agar dalam keadaan sejujur-jujurnya memberikan suara. Dan asas adil mengajak kita untuk menghormati pemilih lain. Jika salah satu saja asas “luberjurdil” tidak dijalankan maka sebuah pemilu sangat rentan menjadi tidak demokratis dan tidak kondusif. Well educated voters diharapkan mampu untuk menjunjung dan menerapkan nilai dan asas pemilu.

Singkatnya nih SohIB meskipun pemerintah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam menjaga ketertiban dan mewujudkan pemilu yang tertib dan anti-hoax, tetapi SohIB sebagai pemilih memiliki andil yang tak kalah penting. Segala program kerja pemerintah dan KPU tidak akan bisa berjalan jika kita sebagai pemilih tidak menjadi well educated voters atau bahkan memilih untuk golput. Maka dari itu partisipasi well educated voters sangat diperlukan dalam membentuk demokrasi yang ideal di Indonesia. Jadi jangan sampai golput ya, au revoir!