MENGINGAT KEMBALI: PERJALANAN INDONESIA UNTUK ASEAN DAN MEMPERSIAPKAN INDONESIA DALAM PEMILU 2024

MENGINGAT KEMBALI: PERJALANAN INDONESIA UNTUK ASEAN DAN MEMPERSIAPKAN INDONESIA DALAM PEMILU 2024

Bendera Indonesia|Unsplash [Indonesia]

#SohibBerkompetisiArtikel

Melansir dari buku Perbandingan Administrasi Negara ASEAN yang ditulis oleh Ukasah Martadisastra menuliskan bahwa peran Indonesia sangat penting dalam berdirinya ASEAN. Pada tahun 1961, Presiden pertama Indonesia Soekarno mengusulkan pembentukan organisasi antar  negara di Asia Tenggara yang disebut dengan Maphilindo (Malaysia, Filipina, Indonesia). Namun, usulan tersebut tidak mendapatkan dukungan dari negara-negara yang lain, dan gagasan pembentukan organisasi baru terus berkembang. Dua tahun kemudian, Filipina dan Malaysia menandatangani perjanjian perdamaian yang mengakhiri konflik di antara kedua negara tersebut. Hal ini pun memicu keinginan untuk memperkuat kerja sama di Asia Tenggara dan membuka jalan bagi pembentukan organisasi baru. Kemudian pada tahun 1964, Menteri Luar Negeri Indonesia, Adam Malik mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Filipina dan Malaysia di Jakarta untuk membahas pembentukan organisasi baru. Singapura pun kemudian ikut bergabung dalam pertemuan tersebut.

Setelah keluar dari tragedi 1965, Indonesia telah menawarkan kepada negara-negara di Asia Tenggara untuk berhimpun dalam satu wadah organisasi kerjasama regional dalam rangka membangun dan mengisi kemerdekaan nasional masing-masing negara. Ide tersebut disampaikan kepada Singapura, Filipina, Malaysia, Thailand, Kampuchea, dan Burma. Namun terhadap tawaran Indonesia ini, ternyata hanya Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand yang menyambut dengan baik. Demikianlah perhimpunan itu akhirnya didirikan dengan nama ASEAN (Association of Shoutheast Asian Nations) yang berarti Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Tonggak sejarah yang menandai kelahiran ASEAN bermula dari pertemuan lima perwakilan menteri luar negeri yang merupakan pendiri ASEAN dari negara Asia Tenggara untuk penandatangan Deklarasi Bangkok, pada tanggal 5 - 8 Agustus 1967. Kelima negara pendiri ASEAN itu berasal dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina. Berikut daftar lengkap lima perwakilan dari masing-masing negara.

  1. Adam Malik, Menteri Luar Negeri Indonesia.
  2. Tun Abdul Razak, Wakil Perdana Menteri Malaysia.
  3. S. Rajaratnam, Menteri Luar Negeri Singapura.
  4. Thanat Koman, Menteri Luar Negeri Thailand.
  5. Narciso Ramos, Menteri Luar Negeri Filipina.

Tidak sedikit orang yang tahu bagaimana latar belakang dari tokoh pendiri ASEAN  perwakilan Menteri Luar Negeri Indonesia. Adam Malik Batubara atau yang biasa dikenal dengan nama panggilan Adam Malik adalah mantan Menteri Indonesia yang pernah menjabat di beberapa Departemen, salah satunya menjadi Menteri Luar Negeri. Adam Malik juga pernah di angkat menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia yang ketiga selama 5 tahun terhitung sejak 23 Maret 1978 hingga 11 Maret 1983, mendampingi Presiden Soeharto. Adam Malik merupakan putra ketiga dari pasangan Abdul Malik Batubara dan Salamah Lubis. Pria kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara pada tanggal 22 Juli 1917 dan menghembuskan napas terakhir di Bandung, 5 September 1984 karena kanker lever yang di deritanya.

Setelah berdirinya ASEAN, para negara anggota juga membuka diri untuk menerima anggota baru. Satu per satu Negera di wilayah Asia Tenggara ikut bergabung ke ASEAN. Berikut daftar anggota ASEAN dan tanggal bergabungnya.

  1. Indonesia pada 8 Agustus 1967
  2. Malaysia pada 8 Agustus 1967
  3. Singapura pada 8 Agustus 1967
  4. Thailand pada 8 Agustus 1967
  5. Filipina pada 8 Agustus 1967
  6. Brunei Darussalam pada 7 Januari 1984
  7. Vietnam pada 28 Juli 1995
  8. Laos pada 23 Juli 1997
  9. Myanmar pada 23 Juli 1997
  10. Kamboja pada 30 April 1999
  11. Timor Leste pada 11 November 2022.

Negara Indonesia menjadi Negara pertama kali dalam Kontribusi organisasi ASEAN. Terbukti bukan pertama kali Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) diselenggarakan di lndonesia. Bahkan menjadi Penyelanggara pertama kali Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Indonesia mendapat kepercayaan untuk mengadakan beberapa kali KTT ASEAN. Adapun KTT ASEAN yang pernah diselenggarakan di Indonesia antara lain, KTT ASEAN Ke-1 yang di laksanakan pada tanggal 23-24 Februari 1976 di Bali. KTT ASEAN Ke-9 yang di laksanakan pada tanggal 7-8 Oktober 2003 di Bali. KTT ASEAN Ke-18 di laksanakan pada tanggal 4-8 Mei 2011 di Jakarta. KTT ASEAN Ke-19 yang di laksanakan pada tanggal 17-19 November 2011 di Bali. Dan tahun ini KTT ASEAN ke-42 yang di laksanakan pada tanggal 9 Mei 2023 di Labuan Bajo.

Pemilu Presiden Tahun 2024 menjadi sebuah momen yang sangat penting bagi Indonesia. Didalamnya akan memilih sosok pemimpin yang akan membawa nasib Negara kita selama lima tahun mendatang. Dalam kesempatan menjadi tuan rumah KTT ASEAN ke – 42 tahun 2023 di Labuan Bajo menjadi semangat tersendiri dalam mewujudkan pemilu anti hoax digital. Menurut Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekhah mengatakan literasi digital cukup pentingdalam menghadapi pemilu 2024, mengingat berbagai informasi politik menjelang pemilu selalu terjadi dan diantaranya tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya atau hoax. Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Usman Kansong menyatakan penanganan berita palsu, hoaks dan disinformasi memiliki arti penting dalam memperkuat demokratisasi di kawasan ASEAN. “Seperti yang kita tahu, fake news dan disinformation adalah tantangan yang dialami semua negara, termasuk negara-negara di Asia Tenggara. Oleh karena itu, penting bagi kita, negara-negara ASEAN untuk menyusun suatu panduan yang bisa diterapkan bersama-sama. Tentu saja, disesuaikan dengan karakteristik di masing-masing negara,” jelasnya dalam sambutan pembukaan ASEAN Workshop on Guideline on Management of Government Information in Combating Fake News and Disinformation in the Media di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, pada Kamis (02/03/2023). Oleh karena itu, sebagai warga Negara yang cerdas, kita harus lebih bijak dalam menanggapi berita yang berasal hanya pada satu sumber. Kita harus bersama – sama menanamkan sikap “Tabayyun” atau bertanya kembali sebelum menghakimi atau mengomentari suatu berita yang belum jelas kebenarannya. Mari bijak dalam beropini dan memilih sumbernya sehingga mewujudkan kabar baik bagi masa depan Indonesia.

Label: