Mengenal Inner Child: Tanda-Tanda dan Cara Mengatasinya

Mengenal Inner Child: Tanda-Tanda dan Cara Mengatasinya

Ilustrasi Inner Child Trauma | Pexels.com

#JadiKontributorJadiInspirator #SobatHebatIndonesiaBaik #BerbagiMenginspirasi

Belakangan ini, inner child seringkali dibahas dalam banyak media. SohIB mungkin pernah melihat beberapa media sosial menampilkan video berbicara dengan inner child, point of view (POV) inner child, dan inner child trauma. Jadi, sebenarnya apa sih, inner child itu?

Pengertian Inner Child

Banyak orang salah sangka tentang inner child. Mereka memahaminya sebagai luka, tekanan, dan kesedihan sehingga sering dikatakan sebagai penyakit. Namun, tidak semua inner child itu berupa luka dan kesedihan.

Inner child adalah sisi anak-anak yang terbawa dari masa kanak-kanak hingga dewasa atau sering disebut anak kecil dalam diri orang dewasa. Hal ini terjadi akibat pengalaman seseorang saat masih kanak-kanak dan salah satu yang paling berpengaruh adalah pola asuh orang tua.

Inner child sendiri memiliki dua jenis, yaituinner child bahagia dan inner child yang terluka (trauma). Jika seseorang diasuh dengan cara yang lembut dan penuh perhatian, maka ia akan memiliki kecenderungan untuk mencari pasangan yang memiliki sikap seperti ayah atau ibunya dan meniru pola asuh orang tuanya.

Ini merupakan tanda inner child yang bahagia karena sudah mendapatkan kasih sayang yang layak sejak kecil.

Kasih sayang memberikan dampak inner child yang bahagia | Unsplash: Xavier Mouton Photographie

Sementara, inner child yang terluka bisa terjadi jika seseorang diasuh dengan cara yang keras dan tegas, kemudian ia akan cenderung memperlakukan orang lain bahkan mengasuh anaknya dengan cara yang tegas pula.

Hal ini terjadi akibat adanya ketidakbahagiaan saat masih kecil akibat tekanan dari pola asuh orang tua atau lingkungan sekitarnya.

Tidak hanya kesalahan pola asuh, tetapi inner child yang terluka juga bisa disebabkan oleh seseorang yang broken home, ditinggalkan oleh orang terkasih, mengalami kekerasan, diskriminasi, perundungan, dan peristiwa lainnya yang menyebabkan trauma.

Tanda-Tanda Inner child yang Terluka

1.Memiliki trust issue

Trust issue adalah kondisi seseorang ketika mengalami kesulitan untuk mempercayai orang lain. Hal ini disebabkan oleh dirinya yang pada masa lalu sering dibohongi, dicurangi, dan dimanipulasi.

Rasa tidak percaya itu muncul akibat tidak ingin lagi dibohongi sehingga selalu merasa curiga dengan orang lain. Namun, jika hal ini terus dibiarkan dan terjadi secara berlebihan akan menimbulkan overthinking, perasaan takut, bahkan menjadi sulit membuka hubungan dengan orang lain.

2.Sering merasa bersalah

Perasaan ini disebabkan oleh adanya tanggung jawab dan kewajiban yang harus diemban. Bahkan secara tidak sadar, terkadang orang dewasa sering menuntut anak-anak untuk bisa melakukan sesuatu yang mereka inginkan.

Lebih parahnya lagi, jika dalam hal itu terjadi kesalahan, maka anak-anak akan dihukum. Akibatnya bisa berdampak pada saat dewasa, yaitu ia mudah merasa bersalah. Bahkan, meskipun kesalahannya tidak seberapa atau malah sebenarnya bukan kesalahannya sehingga dirinya cenderung bersikap perfeksionis.

3.Sulit membuat batasan

Orang yang mengalami inner child yang terluka biasanya akan sulit mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Seseorang yang mengalami hal ini memiliki rasa sungkan yang tinggi sehingga dia sulit untuk menolak permintaan orang lain meskipun itu mengganggu dirinya. Akibatnya, orang-orang seperti ini tidak memiliki batas privasi yang jelas.

4.Tidak pandai mengendalikan emosi

Emosi memang perlu dilepaskan agar tidak menyiksa batin, tetapi jika terus-terusan terjadi tandanya ada hal mengganggu pribadi seseorang secara mendalam. Salah satu contohnya adalah seseorang yang emosinya tidak stabil. Pada awalnya ia marah, tetapi tiba-tiba menjadi sedih atau senang. Orang dengan kepribadian seperti ini biasanya juga mudah tersinggung.

Ilustrasi orang yang sedang emosi | Pexels: Andrea Piacquadio

Meskipun kita sudah mengetahui tanda-tandanya, bukan berarti orang yang memiliki gejala tersebut dapat dikatakan memiliki inner child yang terluka, ya. Sebenarnya, inner child yang terluka juga bisa berdampak positif apabila seseorang ingin berdamai dengan hal itu. Berikut ini akan dijabarkan beberapa cara untuk mengatasi inner child trauma dan mengubahnya menjadi bahagia.

Cara Berdamai dengan Inner child

1.Belajar menerima diri dan lingkungan

Tidak perlu menyangkal jika memang memiliki inner child yang terluka dan jangan membandingkannya dengan orang yang inner child-nya bahagia. Daripada terus menyesali kejadian di masa lalu dan menyalahkan orang lain, lebih baik kita belajar menerima.

2.Membuat jurnal

Membuat jurnal yang dimaksud adalah dengan memilah-milah pengalaman yang berkesan. Curahkan semua yang kamu rasakan dan biarkan pikiran itu mengalir bebas. Caranya adalah dengan mengingat perasaan-perasaan pada usia kanak-kanak dan melupakan sejenak diri kita yang saat ini. Hal ini dipercaya dapat membantu mengekspresikan dan memahami inner child yang terluka.

3.Melakukan meditasi

Jika di masa kanak-kanak kalian kesulitan mengungkapkan perasaan tidak nyaman, maka metode ini sangat cocok untuk membuat diri menjadi lebih nyaman. Sebab, tujuan meditasi adalah untuk membuka diri dengan cara bertanya kepada batin diri sendiri.

Melalui proses inilah meditasi dapat membantu meningkatkan kesadaran diri dan mengajarkan untuk lebih memperhatikan emosi yang muncul. Tidak hanya untuk kesehatan mental, tetapi meditasi ini juga baik untuk kesehatan fisik.

Meditasi dapat membantu menyembuhkan inner child yang terluka | Pexels: Mikael Blomkvist

4.Mencari tempat untuk bercerita

Jika sudah tidak sanggup menahan beban dalam hati dan pikiran, cobalah cari tempat untuk bercerita. Berceritalah kepada teman atau saudara yang dipercaya. Jika tidak, kamu bisa mencari psikolog yang mungkin bisa membantu untuk menemukan solusi.

5.Melepaskan rantai inner child yang terluka

Hal ini dimulai ketika seseorang yang memiliki inner child yang terluka menjadi orang tua. Misalnya, dahulu dididik dengan keras, sering dihukum, atau tidak pernah diapresiasi, maka jangan lakukan itu lagi kepada anaknya. Pikirkanlah dampak buruk yang dialami oleh diri sendiri, seperti adanya perasaan sakit, kecewa, dan kurang percaya diri.

Sebisa mungkin hindarilah siklus yang sama. Kita tentu tidak ingin hal itu terus terjadi berulang kali kepada generasi selanjutnya. Lebih baik putuskan rantai itu dan buatlah perubahan untuk masa depan yang lebih baik.

 

Referensi:

  • Fadli, Rizal. (2021). Kenali Tanda-Tanda Inner Child Yang Sedang Terluka. Diakses pada 25 Juli 2023 dari https://www.halodoc.com/artikel/kenali-tanda-tanda-inner-child-yang-sedang-terluka
  • Health Line. (2020). 8 Ways To Start Healing Your Inner Child. Diakses pada 26 Juli 2023 dari https://www.healthline.com/health/mental-health/inner-child-healing