5 Bahaya Konsumerisme, Waspada!

5 Bahaya Konsumerisme, Waspada!

Konsumerisme memiliki dampak yang buruk bagi kita | Sumber: Freepik.com

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi

SohIB sadar gak, kalau zaman sekarang berbelanja begitu mudah dilakukan. Saat ini kita tidak perlu lagi menuju ke pusat perbelanjaan untuk berbelanja. Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, kita hanya perlu duduk manis sambil memegang smartphone, lalu memesan barang yang ingin kita beli.

Selanjutnya, kita dapat melakukan pembayaran secara digital yang juga begitu mudah untuk dilakukan. Maka proses pembelian selesai, tinggal menunggu barang pesanan sampai ke tangan kita.

Namun, dengan kemudahan yang dapat dilakukan, kita mengenal konsumerisme. Menurut KBBI, konsumerisme merupakan paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya; gaya hidup yang tidak hemat. Berikut lima dampak buruk dari konsumerisme:

1. Kesehatan Mental dan Fisik Terganggu

Jika kamu sering melakukan pembelian yang tidak rasional karena dipicu oleh keinginan untuk menunjukkan status sosial atau sebagai tanggapan terhadap emosi negatif seperti kesedihan atau kebosanan, maka kamu dapat dikatakan menganut paham konsumerisme tanpa kamu sadari.

Hal ini didukung oleh sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Plos One yang menyatakan bahwa emosi negatif seperti stres dan depresi dapat mempengaruhi seseorang untuk belanja berlebihan. Membeli barang baru dapat memicu pelepasan hormon dopamin sehingga menghasilkan perasaan bahagia.

Tidak hanya itu dapat mengganggu kesehatan mental kamu, tetapi juga dapat mempengaruhi kesehatan fisik. Hal tersebut dapat terjadi jika kami membeli makanan tidak sehat atau mengkonsumsi alkohol secara berlebihan yang mungkin memberikan kenyamanan atau kesenangan sementara, tetapi tindakan tersebut akan berdampak negatif pada tubuh dan menyebabkan gangguan kesehatan.

2. Memiliki RIsiko Hutang Menumpuk

Pelaku konsumerisme mudah untuk berhutang agar dapat membeli barang yang diinginkan | Sumber: Freepik.com

Pelaku konsumerisme tidak akan ragu-ragu untuk berhutang guna membeli barang yang diinginkannya. Terlebih lagi, saat ini terdapat opsi pay later yang memudahkan seseorang untuk berhutang jika mereka menginginkan sesuatu. Jika seseorang terjebak dalam utang yang berlarut-larut, ia mungkin akan mengalami stres, sering merasa cemas, bahkan depresi.

3. Tidak Mempunyai Tabungan

Menabung merupakan salah satu strategi untuk mengantisipasi kemungkinan buruk yang mungkin akan terjadi di masa depan. Dana tabungan dapat berfungsi sebagai cadangan yang dapat digunakan saat situasi mendesak yang kadang datang pada waktu yang tidak terduga.

Namun, para pelaku konsumerisme sering kali tidak memperhatikan hal tersebut, karena mereka cenderung menghabiskan uang mereka untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.

4. Memiliki Barang Menumpuk

Orang yang memiliki perilaku konsumtif akan mempunyai banyak barang yang tidak digunakan. Biasanya barang tersebut hanya digunakan sekali atau dua kali hingga akhirnya tidak digunakan lagi karena adanya barang yang baru.

Penganut paham konsumerisme cenderung terus-menerus membeli barang baru tanpa mempertimbangkan kebutuhan sebenarnya atau ruang penyimpanan yang tersedia. Akibatnya, barang-barang tersebut dapat menumpuk dan mengakibatkan kekacauan, kebingungan, atau bahkan kesulitan dalam menjaga kebersihan dan keteraturan di tempat tinggalnya.

5. Sulit Merasa Bahagia

Ilustrasi tidak bahagia | Sumber: Freepik.com

Meskipun konsumerisme berusaha memuaskan keinginan dan kebutuhan manusia, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa memiliki lebih banyak barang tidak selalu berarti lebih bahagia.

Keinginan terus-menerus untuk memiliki barang baru dapat menyebabkan perasaan tidak puas dan keinginan yang tidak pernah terpenuhi. Ini dapat menciptakan siklus konsumsi yang tidak berkesudahan dan menghalangi pencapaian kebahagiaan yang lebih berkelanjutan.

Setidaknya itulah lima dampak buruk dari konsumerisme. Sangat mengerikan bukan? Maka bijak dalam berbelanja perlu kita lakukan ya, SohIB! Selalu pertimbangkan apakah kita benar-benar butuh barang tersebut atau hanya sekadar memenuhi rasa puas kita. Tidak ada salahnya jika membeli barang karena disukai atau untuk kesenangan, tetapi jangan sampai berlebihan, karena hal tersebut dapat berdampak buruk bagi kamu.

Sumber: Akurat.co | Ocbcnisp.com | Sehatq.com