Teknologi yang Tidak Selalu Baik, Ini Dia Bahaya AI bagi Kehidupan Manusia

Teknologi yang Tidak Selalu Baik, Ini Dia Bahaya AI bagi Kehidupan Manusia

Ilistrasi AI dengan Kecerdasan Seperti Manusia | ThisIsEngineering from Pexels

#JadiKontributorJadiInspirator #SobatHebatIndonesiaBaik #BerbagiMenginspirasi

Kita pasti sudah tidak asing dengan istilah Artificial Intelligence. Robot merupakan salah satu produk AI. Di Jepang contohnya, telah dikenal robot Orihime yang bekerja sebagai pelayan di kafe. Selain itu, ada pula robot delivery di Amerika Serikat. Bahkan ada yang berbentuk seperti manusia, yaitu Rozy, robot selebgram asal Korea Selatan.

Sebenarnya AI sudah ada sejak lama lho, SohIB karena konsepnya telah dibentuk sejak 1956. Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan merupakan teknologi yang dirancang agar sistem komputer mampu mengikuti kecerdasan manusia. AI dibentuk dengan konsep belajar, melakukan pemecahan masalah, dan mengenal pola. Seiring berjalannya waktu AI terus berkembang hingga seperti yang kita kenal sekarang.

Sayangnya, perkembangan ini tidak selalu baik, justru membahayakan manusia sendiri sebagai penciptanya. Lantas, apa sajakah bahaya dari perkembangan AI? Bagaimana cara mengatasinya?

Manipulasi Data

Deepfake adalah jenis kecerdasan buatan yang digunakan untuk membuat gambar, audio, dan video hoax yang meyakinkan. Istilah ini mengarah kepada hasil dari dari pembelajaran mendalam dan palsu. Deepfake menjadi perhatian karena lebih sering muncul dalam beberapa tahun belakangan ini.

Contohnya, sebuah video yang menampilkan seorang selebriti dengan wajah dan suaranya yang sangat mirip. Padahal sesungguhnya yang ada di video tersebut bukan dirinya. Hal tersebut dapat dideteksi apakah asli atau palsu. Namun, lebih parahnya jika dikatakan palsu, maka AI akan secara otomatis mempelajari lebih dalam lagi agar deepfake selanjutnya semakin dekat dengan orisinalitasnya.

Mengganggu Privasi dan Keamanan 

Dengan konsep belajar dan mengenal pola, maka AI dapat menggunakan berbagai informasi. Sebagai contoh, sistem pengenalan wajah yang dikembangkan pada AI akan mengganggu privasi seseorang apabila digunakan untuk mengawasi masyarakat dan melakukan kontrol terhadap perilaku manusia.

Cybercrimer | Pexels: Tima Miroshnichenko

Sedangkan, keamanan yang dimaksud adalah mengancam keamanan secara digital karena teknologi ini bisa dijadikan sarana untuk berbuat kejahatan, seperti dengan membuat akun palsu, meretas e-mail, web, dan link berbahaya.

Misalnya, saat meng-klik link tersebut maka seluruh data korban dapat tersalin. Data tersebut selanjutnya disalahgunakan dan lebih parahnya lagi penjahat cyber sulit untuk dilacak. 

Tidak hanya kejahatan cyber, tetapi kejahatan fisik juga dapat dilakukan. Dengan adanya AI memungkinkan penjahat untuk memata-matai atau bahkan menggunakan mobil otomatis tanpa pengemudi untuk melukai targetnya. Bayangkan betapa mudahnya kejahatan dilakukan dengan bantuan AI?

Mengambil Alih Pekerjaan Manusia

Alih-alih mempermudah pekerjaan manusia, justru AI berpotensi merampas pekerjaan manusia. Sebuah penelitian mengatakan bahwa sekitar 85 juta pekerjaan bisa hilang akibat otomatisasi AI antara tahun 2020 dan 2025 sehingga dapat diprediksi akan terjadi pengangguran massal.

Robot pelayan di kafe, Orihime | Japan Forward

Sementara penelitian lain menunjukkan bahwa AI juga dapat menciptakan 97 juta pekerjaan baru pada tahun 2025. Meskipun demikian, akan banyak karyawan yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk peran tersebut dan mereka dapat tertinggal jika perusahaan tidak meningkatkan keterampilannya. Bayangkan akan sejauh apa AI meniru kecerdasan kita?

Ketergantungan dan Kepasifan Manusia

Dalam hal ini, maksudnya manusia menjadi terlalu mengandalkan teknologi AI sehingga menjadi malas. Salah satu contohnya adalah meninggalkan segala bentuk tugas menulis. Misalnya, ada pihak yang menggunakan ChatGPT untuk membuat surat sakit atau surat resign

Meskipun hasilnya terlihat sempurna, namun ketergantungan terhadap teknologi tersebut telah membuktikan bahwa manusia menjadi semakin malas, pasif, serta akademik dan kreativitasnya menjadi terancam. Bayangkan saja apa bedanya mereka yang terpelajar dengan mesin buatan manusia?

ChatGPT salah satu produk artificial intelligence | Unsplash: Mojahid Mottakin

Deteksi dan Screening AI tidak baik manusia

1. Menyebabkan bias dan diskriminasi

Bias dan diskriminasi dapat terjadi jika diterapkan pada bidang-bidang dan data yang berpotensi menimbulkan hal tersebut. Contohnya, proses recruitment karyawan berteknologi AI yang telah digunakan oleh banyak perusahaan. 

Meskipun memberikan efisiensi yang begitu besar karena dapat menganalisis banyak lamaran dalam waktu singkat, para pelamar bisa saja diperlakukan tidak adil. Hal ini terjadi akibat rekomendasi algoritma di internet sehingga hasil screening bisa saja menimbulkan rasisme dan diskriminasi. Oleh sebab itu, cara kerja tersebut tetap harus dipantau dan ditinjau kembali oleh manusia.

2. Kesalahan mendiagnosis

Teknologi AI memang sangat membantu dalam dunia medis, seperti membantu mempercepat proses pemeriksaan pasien hingga memprediksi timbulnya gejala penyakit akut. Namun, sistem sama seperti manusia, sistem AI juga bisa salah.

Misalnya, kesalahan diagnosis penyakit sehingga mengakibatkan pemberian obat yang salah. Yang lebih membahayakan adalah kefatalan AI lebih berisiko besar dibanding manusia karena sistemnya yang otomatis.

Untuk mengatasi hal-hal tersebut, perlu dibuat regulasi tentang penggunaan AI. Uni Eropa telah membuat peraturannya sendiri serta mengelompokkan AI berdasarkan risikonya. Namun, menurut Kepala Teknologi Uni Eropa (dalam BBC Indonesia), Margrethe Vestager, regulasi AI merupakan urusan global sehingga diperlukan kerjasama antarnegara.

Teknologi AI bukanlah obat dari suatu masalah, melainkan hanya sebuah alat untuk membantu. Maka dari itu, penting bagi kita sebagai manusia untuk mengingat bahwa sistem AI tidak sempurna. Apalagi jika disalahgunakan, bahaya artificial intelligence juga mengancam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, bijaklah dalam menggunakan AI ya, SohIB!

 

Referensi:

  • Price, W.N. (2019). Risks And Remedies for Artificial Intelligence in Health Care. Diakses pada 23 Agustus 2023 dari https://www.brookings.edu/articles/risks-and-remedies-for-artificial-intelligence-in-health-care/
  • Reiff, Nathan. (2023). What Are The Dangers Of AI. Diakses pada 23 Agustus 2023 dari https://decrypt.co/resources/what-are-the-dangers-of-ai
  • BBC Indonesia. (2023). Apa itu kecerdasan buatan, seberapa berbahaya, dan pekerjaan apa yang terancam olehnya?. Diakses pada 23 Agustus 2023 dari https://www.bbc.com/indonesia/articles/c0wvqn0wkg5o