4 Langkah Kecil Menciptakan Masyarakat yang Peduli Etiquette in Technology

4 Langkah Kecil Menciptakan Masyarakat yang Peduli Etiquette in Technology

Ilustrasi Etika di Internet | Freepik.com (rawpixel.com)

#SohIBBerkompetisiArtikel

Perubahan itu mutlak dan merupakan suatu keniscayaan, seperti ungkapan seorang filsuf Yunani kuno bernama Heracletos yang mengatakan “Tak ada yang abadi selain dari perubahan itu sendiri”. Jadi pertanyaannya sekarang bagaimana mungkin kita tidak berubah sedangkan segala sesuatu berubah? lantas apa yang harus kita lakukan? pertanyaan yang sederhana namun fundamental, jawabannya adalah mulailah untuk bersahabat dengan perubahan tersebut.

Era society 5.0 seperti sekarang ini semakin mempermudah segala aktifitas manusia, mulai dari bekerja, berbelanja hingga berwisata dapat dilakukan semudah menjentikkan jari. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang terus menerus berkembang pesat memanjakan manusia dengan layanan yang useabilty dan easy to access. Namun dibalik itu semua, perkembangan pesat teknologi di negeri ini belum diimbangi dengan pemahaman dan kepedulian masyarakat kita tentang pentingnya etika di dunia maya.

Kita lihat bagaimana lini masa sosial media dibanjiri dengan tulisan, gambar dan video yang didalamnya menggunakan bahasa-bahasa yang tidak pantas. Etika dan kesopanan di ruang maya tak lagi menjadi perhatian. Belum lagi chatting-an di dalam game online yang sehari-hari kita lihat bahkan dimainkan oleh anak-anak menambah panjang betapa minimnya adab dan kode etik digital yang tak dijunjung tinggi. Hal ini bukan hanya menjadi perhatian pemerintah, tentunya menjadi tanggungjawab kita bersama sebagai anak bangsa.

Netiket (Etiquette in Technology) harus menjadi esensi

Ilustrasi seseorang yang menggunakan komputer | Unsplash (Thomas Lefebvre)

Pernah dengar istilah netiket? saya yakin pasti para SohIB sekalian pernah dengar atau bahkan mengetahui apa itu netiket. Istilah kerennya Etiquette in Technology atau netiquette (network etiquette/internet etiquette). Secara sederhana netiket diartikan sebagai etika dalam bersosialisasi dan berkomunikasi di dunia internet, semacam panduan atau kode etik di dunia virtual. Netiket menjadi perbincangan panas dikarenakan komunitas Internasional memberikan penilaian negatif terhadap Indonesia.

Menurut Indonesia Baik dalam infografisnya tentang laporan Digital Civility Index (DCI) yang resmi dirilis oleh Microsoft pada Februari 2021 lalu, Indonesia menempati posisi 29 dari total 32 negara dengan skor 76 dari total 100 atau berada di posisi ke-4 dari bawah. Semakin tinggi skor yang didapat maka semakin rendah tingkat kesopanan/etika daring masyarakat di negara tersebut. Survey dilakukan di 32 negara dengan jumlah responden 16.000 dan 503 diantaranya berasal dari Indonesia.

Hal ini menjadi perhatian bagi kita bahwa netiket adalah hal pertama yang harus dipahami bersama. Netiket adalah soft skill utama yang harus dimiliki setiap individu sebelum berselancar di dunia maya, esensi dan esensial bagi terciptanya masyarakat yang peduli akan masa depan negeri yang berteknologi.

Memang bukan perkara mudah, tapi kita harus tetap optimis menuju Indonesia yang bernetiket.

Langkah-langkah kecil meningkatkan kepedulian netiket masyarakat

Ilustrasi berselancar di internet | pexels (Ketut Subiyanto)
Ilustrasi berselancar di internet | pexels (Ketut Subiyanto)

Saya yakin selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapi bangsa kita, sepanjang kita terus berbenah dan berusaha maksimal. Mungkin belum mencapai kata sempurna, tapi kita terus bergerak menuju ke arah sana.

Ada beberapa langkah kecil yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang netiket, yaitu:

  1. Sosialisasi masif seluruh komponen bangsa

Sosialiasi netiket bukan hanya menjadi tugas pemerintah, tapi tugas kita bersama sebagai elemen bangsa. Perusahaan, partai politik, LSM, organisasi terutama masing-masing diri pribadi harus berkolaborasi dan bersinergi bersama-sama untuk menciptakan ruang maya yang ramah dan aman dari tangan-tangan kotor para netizen ‘miskin netiket’. Semuanya harus berpartisipasi dengan perannya masing-masing. Lewat tulisan, gambar, video dan karya inspiratif lainnya mari kita ramaikan dunia maya dengan etika internet yang sehat.

  1. Menjadikan netiket sebagai mata pelajaran

Langkah ini menurut saya harus dimulai sejak usia dini, terutama sejak usia SD. Pendidikan di era digitalisasi seperti sekarang ini harus dilengkapi dengan kurikulum digital, demi menyiapkan generasi masa depan yang paham dunia digital dan seluk-beluknya, termasuklah netiket didalamnya. Mendikbudristek harus memikirkan dan merancang bagaimana Indonesia menjadi negara yang memiliki peradaban digital yang baik, ramah dan aman. Jika tidak dimulai sejak dini terutama saat SD, berat rasanya mendongkrak peringkat Digital Civility Index (DCI) kita dari posisi 29. Intinya netiket perlu dimasukkan dan diimplementasikan kedalam kurikulum ‘Merdeka Belajar’.

  1. Fungsi pengawasan

Saat ini kita memiliki UU nomor 11 tahun 2008 atau yang akrab kita kenal UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik). Namun kita tahu banyak pasal-pasal yang dianggap karet sehingga menimbulkan perdebatan dikalangan praktisi dan pakar hukum. Pemerintah akan merevisi dan menghapus beberapa pasal yang dianggap ‘karet’ tadi. Ini merupakan angin segar bagi masyarakat terutama netizen. Saya berharap semoga cepat selesai agar masyarakat bisa mendapat kepastian hukum.

Saya ingin usul fungsi pengawasan jangan hanya dibebankan oleh pemerintah. Perusahaan sosial media, developer game online juga harus ikut ambil bagian mencegah dan menindak para pelanggar netiket. Tentunya dengan arahan yang sudah digariskan pemerintah. Saya rasa tidak sulit bagi platform sosial media dan developer game online untuk melacak obrolan yang mengandung konten negatif seperti cacian dan makian, karena sudah ada perangkat Artificial Intellegence (AI).

  1. Buat peringatan ‘Hari Netiket Nasional’

Hari Santri Nasional saja bisa diperingati, kenapa Hari Netiket Nasional tidak? hal ini merupakan salah satu langkah kecil untuk meningkatkan awareness dan kepedulian masyarakat kita tentang pentingnya netiket, menuju Indonesia yang bernetiket sebagaimana anggapan luar tentang Indonesia dengan citra masyarakatnya yang ramah dan murah senyum.

Demikian saran dan masukan dari saya, mudah-mudahan bisa sedikit berkontribusi untuk negeri ini sebagai salah satu pemuda yang insyallah peduli dengan dunia perdigitalan negeri. Semoga Indonesia menjadi negara yang memiliki netiket tinggi dalam 10-20 tahun kedepan. Aamiin…