Terjadi Konflik di Myanmar, Indonesia Sangat Diharapkan Dapat Menyelesaikannya

Terjadi Konflik di Myanmar, Indonesia Sangat Diharapkan Dapat Menyelesaikannya

Ilustrasi Konflik Myanmar | Freepik: freepik

Ilustrasi Konflik Myanmar | Freepik: freepik

#SohIBBerkompetisiArtikel

Halo, SohIB! Di tahun 2023 ini, Indonesia mendapatkan kesempatan untuk menjadi ketua pagelaran KTT ASEAN ke-42 dan 43, nih. Pastinya sudah tidak asing dengan nama ASEAN, kan. ASEAN (Association of South East Asian Nations) sebagai organisasi regional memainkan peran penting dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara. Pada masa keketuaan Indonesia, ASEAN menekankan fokus utama "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth" yang mencakup Pemulihan dan Pembangunan Kembali, Ekonomi Digital, dan Keberlanjutan. Terlebih lagi, salah satu visi ASEAN 2025 adalah meningkatkan konektivitas dan integrasi regional. Tujuan ini sejalan dengan upaya Indonesia untuk mencapai perdamaian di Myanmar yang sedang dilanda konflik karena masalah ini merupakan salah satu topik utama yang dibahas dalam KTT ke-42 di Labuan Bajo, 11 Mei yang lalu.

 

Kenapa Myanmar mengalami konflik seperti ini, ya? Masalah ini sebenarnya telah berlangsung sejak tahun 1962, ketika militer merebut kekuasaan. Setelah beberapa kali mengalami pasang surut, pada tahun 2015 akhirnya diadakan pemilu untuk memilih pemimpin yang sah dan demokratis dan terpilihlah Aung San Suu Kyi sebagai State Counsellor yang setara dengan Perdana Menteri. Setelah masa yang relatif tenang selama 5 tahun, konflik bersenjata kembali meletus pada 1 Februari 2021 ketika militer menggulingkan pemerintahan. Jadi konflik ini merupakan masalah lama yang terulang polanya.

 

Setelah 2 tahun kontak senjata, dampak nyata dari tindakan militer ini adalah merosotnya ekonomi negara, meningkatnya jumlah pengungsi ke negara tetangga, dan menguatnya pengaruh China dan Rusia di kawasan ini. Karena pengaruh konflik yang semakin luas, maka negara-negara di kawasan ini sepakat untuk “ikut campur” menyelesaikannya.

 

Sebagai anggota ASEAN dengan ekonomi terbesar dan populasi terbesar, Indonesia memiliki peran krusial dalam upaya mencapai perdamaian di Myanmar. Terlebih lagi negara kita telah memiliki track record yang baik dalam menyelesaikan konflik di negara lain, seperti Konflik Bangsa Moro di Filipina, Kamboja dengan Thailand dan Kamboja dengan Vietnam. Maka,  Suu Kyi selaku pemimpin Myanmar sebelumnya, memiliki harapan besar agar Indonesia dapat membantu menyelesaikannya. 

Negara-negara ASEAN menyatukan suara
Negara-negara ASEAN menyatukan suara | Freepik: freepik

 

Di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Indonesia telah melakukan berbagai cara untuk mencapai perdamaian:

 

Pertama, langkah yang diambil oleh Indonesia adalah melakukan engagement (pendekatan) dengan pemerintah sementara yang dibentuk oleh junta militer di Myanmar karena negara kita memiliki kekuatan diplomasi yang kuat sebagai negara dengan pengaruh besar di ASEAN. Engagement bukan berarti pengakuan terhadap pemerintahan saat ini. Melalui dialog dan negosiasi, Indonesia berupaya mencapai solusi yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam upaya ini, Indonesia juga membuka ruang bagi masyarakat sipil, aktivis, dan pemimpin oposisi Myanmar untuk berpartisipasi dalam dialog, memahami kekhawatiran mereka, dan memperjuangkan aspirasi rakyat Myanmar.

 

Kedua, Indonesia menggunakan diplomasi senyap (non-megaphone diplomacy) dalam upaya mendamaikan Myanmar. Diplomasi ini melibatkan pertemuan dan pembicaraan yang dilakukan secara tertutup, di luar perhatian media massa. Dengan diplomasi semacam ini, Indonesia dapat lebih bebas membahas isu-isu sensitif dan membangun hubungan dengan semua pihak yang terlibat dalam konflik. Indonesia juga memanfaatkan kerja sama regional dan kemitraan strategis dengan negara-negara ASEAN dan mitra internasional untuk memperkuat upaya perdamaian.

 

Ketiga, Indonesia berperan dalam meningkatkan kesadaran di antara negara-negara di Asia Tenggara mengenai pentingnya mencapai perdamaian di Myanmar. Salah satu bentuknya adalah diplomasi ulang-alik yang dijalankan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia ke negara-negara tetangga. Dalam pertemuan ini, Indonesia menyampaikan keprihatinan atas situasi di Myanmar dan mendengarkan pandangan serta usulan dari negara-negara tetangga. Melalui dialog ini, Indonesia mendorong kerjasama regional dan pemahaman bersama untuk menyelesaikan konflik. Terlebih lagi, Indonesia memegang keketuaan ASEAN kali ini. Kesempatan ini meningkatkan peluang Indonesia agar dapat menyatukan suara menyelesaikan masalah ini dan menekan Myanmar untuk melaksanakan lima poin konsensus.

 

Dalam menjalankan aksi-aksinya, Indonesia juga sangat terbuka terhadap masukan dan partisipasi dari masyarakat internasional, termasuk organisasi non-pemerintah dan lembaga hak asasi manusia. Melalui kerjasama dan konsultasi dengan berbagai pihak, Indonesia memastikan bahwa langkah-langkah yang diambilnya mencerminkan kepentingan rakyat Myanmar dan masyarakat internasional secara luas.

 

Melalui peran aktif Indonesia dalam mencapai perdamaian di Myanmar, ada beberapa peluang yang dapat direalisasikan. 

 

Pertama, penyelesaian konflik di Myanmar akan membawa stabilitas politik dan keamanan di Asia Tenggara secara keseluruhan. Hal ini akan memberikan kepastian bagi investasi dan perkembangan ekonomi di kawasan, termasuk di Indonesia. Dalam mengatasi tantangan ekonomi dan sosial di Myanmar, Indonesia juga dapat berperan dalam membangun kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan di antara negara-negara ASEAN.

 

Selain itu, upaya Indonesia dalam meningkatkan kesadaran di antara negara-negara ASEAN tentang pentingnya mencapai perdamaian di Myanmar juga akan memperkuat solidaritas dan persatuan ASEAN. Jangka panjangnya, hal ini akan meningkatkan konektivitas dan integrasi regional, yang merupakan salah satu visi ASEAN 2025. Dalam konteks ini, Indonesia juga aktif dalam menggagas dialog-dialog regional, forum-forum diplomatik, dan inisiatif bersama untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas di Myanmar.

 

Namun, perlu diingat bahwa penyelesaian konflik di Myanmar bukanlah tugas yang mudah. Ada berbagai tantangan yang harus dihadapi, termasuk penolakan junta militer terhadap campur tangan dari pihak luar dan perbedaan pandangan di antara negara-negara ASEAN sendiri. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama dan komitmen yang kuat dari semua pihak untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di Myanmar.

Persatuan yang diharapkan setelah selesainya konflik | Freepik: freepik

 

Secara keseluruhan, Indonesia memiliki peluang yang baik untuk berperan dalam mencapai perdamaian di Myanmar. Melalui pendekatan terhadap pemerintah sementara, diplomasi senyap, peningkatan kesadaran di antara negara-negara ASEAN, dan keterlibatan masyarakat internasional, Indonesia dapat aktif dalam mencapai perdamaian dan stabilitas di Myanmar. Keberhasilan dalam upaya ini akan membawa manfaat jangka panjang bagi kawasan Asia Tenggara dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara besar di ASEAN dan posisi ASEAN di dunia.

 

Kita sebagai warga negara Indonesia juga harus terus mendukung kebijakan pemerintah yang pro kedamaian karena dengan cara itulah kita membantu terwujudnya harapan pendiri bangsa yang tertuang dalam UUD 1945 alinea ke-4: “... ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…”. Siap, SohIB?