From Six Ring to be Inspiring: 6 Strategi Sederhana Bentuk Kecakapan Digital Menuju Pemilu 2024

From Six Ring to be Inspiring: 6 Strategi Sederhana Bentuk Kecakapan Digital Menuju Pemilu 2024

Ilustrasi orang yang sedang membaca artikel | Pexels (Kaboompics.com)

SohIBBerkompetisiArtikel

"If you cannot do great things, do small things in a great way,” sebuah kalimat dari Napoleon Hill yang menyadarkan banyak manusia untuk berani beraksi. Terlebih lagi untuk para pemuda yang notabene-nya sebagai generasi penerus bangsa. Dinilai memiliki semangat dan energi yang lebih besar, berdiam diri bukanlah cerminan dari pemuda sejati. Itulah mengapa, pemuda perlu berkontribusi lewat banyak hal baik sesuai kemampuannya.

Berhubung sebentar lagi Indonesia akan membuka tirai kepemimpinan yang baru, peran pemuda tentu sangat dibutuhkan dalam pemilu. Mengingat beberapa tahun silam, saya sangat prihatin melihat banyak hoax dan hate speech menjelang pemilu. Bukan tanpa bukti, Kemenkominfo telah mencatat 3.356 hoaks dalam periode Agustus 2018 sampai 30 November 2019. Kebanyakan hoax tersebar lewat media sosial. Bahkan, beberapa waktu yang lalu tersebar sebuah video yang menunjukan bahwa hasil pemilu 2024 sudah jadi. Kemenkominfo pun tidak membenarkan berita tersebut karena faktanya semua pengurus pemilu masih mempersiapkan teknis pemilu yang akan datang. Selain itu, terdapat juga unggahan foto kartu peserta pemilu 2024. Padahal KPU tidak memiliki wewenang untuk membuatnya. Jelas hal tersebut dibantah oleh ketua KPU.

Sungguh miris ya, SohIB? Lebih parahnya lagi, setiap waktu fenomena tersebut terus menjadi siklus yang entah butuh berapa lama lagi untuk berhenti. Maka dari itu, pemuda punya peran besar agar benih hoax tersebut tidak kian melebar. Salah satu cara yang dapat ditegakkan adalah dengan membentuk kecakapan digital. Ibarat sebuah roda, pemuda punya andil dalam penentu arah gerak kehidupan bangsa. Jika roda itu tidak bulat seutuhnya atau tidak terbentuk dengan baik, maka sebuah bangsa tidak akan mencapai tujuan besarnya. Untuk mencegah dan mengatasi tersebarnya hoax dan hate speech dalam pemilu, terdapat inovasi berupa strategi six ring di bawah ini. Berikut adalah rincian dari enam strategi tersebut dalam membentuk kecakapan digital bagi pemuda menjelang pemilu tahun 2024.

1. Caring

Ilustrasi orang yang sedang membaca artikel | Pexels (Pixabay)
Ilustrasi orang yang sedang membaca artikel | Pexels (Pixabay)

Dalam mencegah hoax dan hate speech dalam pemilu, para pemuda perlu pembentukan rasa “caring” terlebih dahulu. Daripada scrolling video komedi, memantau gosip artis, dan membaca kolom komentar di base julid, pemuda bisa menggantinya dengan kebiasaan membaca informasi tentang fakta sekitar. Pemuda perlu buka mata dan telinga lebih lebar, supaya bisa lihat dan dengar mana yang benar. Kepekaan inilah yang akan membuka banyak jendela agar lebih banyak angin segar (kabar baik) yang masuk. Semua itu bisa dimulai dengan mengikuti akun-akun resmi berita, mengikuti sosok berpengaruh yang penuh insight positif, dan menerima saran dari tenaga pengajar di sekitar.

2. Understanding

Ilustrasi perempuan yang sedang fokus dengan gadget | Pexels (Ivan Samkov)
Ilustrasi perempuan yang sedang fokus dengan gadget | Pexels (Ivan Samkov)

Dirangkum dari Criticalthinkingacademy, berpikir kritis berguna dalam analisis masalah, membuat argumen yang kuat, dan menyelesaikan masalah. Kemampuan ini perlu ditingkatkan agar pemuda memiliki deep understanding mengenai suatu informasi. Pemuda perlu memiliki tingkat literasi yang tinggi. Bukan hanya hobi membaca meme, tapi pemuda juga perlu membaca tulisan yang berbobot. Selain asupan humor, asupan pengetahuan yang melatih pemahaman juga perlu diperhatikan. Kemahiran itulah yang dapat memudahkan terbentuknya kecakapan digital. Setelah memiliki pemahaman yang rinci, secara otomatis pikiran akan lebih tertata dalam memproses setiap informasi yang ada.

3. Filtering

Ilustrasi perempuan dan laptopnya | Pexels (Karolina Grabowska)
Ilustrasi perempuan dan laptopnya | Pexels (Karolina Grabowska)

Filtering atau menyaring dapat dilakukan dengan mudah ketika tingkat pemahaman sudah baik. Dengan membandingkan informasi akan menguji keakuratan atau kesesuaiannya terhadap data di lapangan. Menyaring informasi (filtering) dapat dimulai dari mengeceknya di laman resmi suatu berita. Bisa juga bertanya langsung pada yang lebih ahli. Lalu, membandingkannya dengan berbagai sudut pandang objektif dari pihak terkait dalam suatu informasi. Selalu pastikan, keobjektivitasan suatu informasi. Utamakan kualitas daripada kuantitas. Kurangi FOMO (Fear of Missing Out) agar otak tidak overloaded. Dengan melakukan filtering yang baik, informasi-informasi hoax akan terbuang. Jika sudah seperti itu akan lebih mudah untuk membagikan informasi yang benar atau baik ke masyarakat.

4. Sharing

Ilustrasi para perempuan yang sedang berbagi informasi | Pexels (RF_Studio)
Ilustrasi para perempuan yang sedang berbagi informasi | Pexels (RF_Studio)

Semua informasi akan sia-sia jika dipendam sendiri. Bagikan informasi yang kamu dapat setelah filtering yang tepat. Bentuk berbagi ini bisa dilakukan secara pasif dan aktif. Arti dari pasif, yakni kamu hanya menjawab pertanyaan dan memastikan kebenaran suatu informasi, jika ditanya oleh orang sekitar. Sedangkan, aktif berarti kamu terus bergerak menggencarkan informasi-informasi yang benar hampir setiap hari, meskipun tidak ada pertanyaan. Ketika kamu telah membantu menyebarkan informasi yang benar, maka kamu juga akan membantu bangsamu. Sebab, bisa saja informasi itulah yang membuat banyak masyarakat memilih pemimpin yang baik. Nah, jika pemimpin yang baik ini sudah terpilih, Indonesia juga akan merasakan imbas positifnya.

5. Teaching

Ilustrasi orang-orang yang berdiskusi | Pexels (Mikael Bomkvist)
Ilustrasi orang-orang yang berdiskusi | Pexels (Mikael Bomkvist)

Membagikan informasi yang baik dan benar memang jadi aksi positif. Namun, akan lebih baik jika kemahiranmu dalam mengolah informasi bisa diajarkan kepada khalayak luas. Manfaatkan kemampuan interaksi sosialmu untuk mengajarkan orang-orang agar memiliki kecakapan digital. Dimulai dari, pengajaran secara langsung kepada orang-orang terdekat. Seperti halnya memberikan imbauan, penyuluhan, dan saran tentang pengolahan informasi. Bisa juga dengan menggunakan media sosial untuk membuat konten berupa campaign. Intinya, sesuaikan saja dengan kenyamanan dan ruang bebasmu dalam mengajarkan hal baik. Yang terpenting jadilah ‘bermanfaat’ untuk negeri, seperti kata John F. Kennedy: “Jangan tanya apa yang negara kamu bisa lakukan untukmu; tanyakan apa yang bisa kamu lakukan untuk negaramu".

6. Collaborating

Ilustrasi orang-orang yang berkolaborasi | Pexels (Canva Studio)
Ilustrasi orang-orang yang berkolaborasi | Pexels (Canva Studio)

Berjuang sendiri memanglah hebat, tapi berjuang bersama akan lebih besar dalam menebar manfaat. Kolaborasi dengan berbagai lapisan masyarakat perlu ditegakkan dalam penanggulangan hoax. Kolaborasi ini dapat berbentuk tindakan saling mengingatkan, bergabung ke komunitas cakap digital, menyebarluaskan campaign anti-hoax, membuat konten imbauan dan edukasi cakap digital. Bersama SohIB, para pemuda yang memiliki keresahan dan menyukai kegiatan menulis bisa turut merealisasikan meluasnya kecakapan digital. Sebuah karya tulisan yang tersebar bisa menjadi cahaya pada mata yang buta informasi dan menyuarakan rasa yang selama ini tersembunyi.

Enam hal tadi ibarat akar, ranting, batang, dan daun pada sebuah pohon yang tumbuh di tanah yang subur. Jika seluruh bagian pohon terjaga dengan baik, maka akan menghasilkan banyak buah yang enak dan bunga yang indah. Artinya, jika enam hal tadi dapat ditegakkan, maka Indonesia akan merasakan manisnya. Setiap Pemilu akan berjalan dengan lancar dalam memilih pemimpin yang benar. Semua itu diperlukan agar Indonesia bisa merasakan dampak positif yang jauh lebih besar.