Anak Muda dalam Pusaran Arus Transformasi Digital di Indonesia

Anak Muda dalam Pusaran Arus Transformasi Digital di Indonesia

Seorang Anak Muda sedang Menggunakan Gadget | Unsplash (comparefibre)

#SohIBBerkompetisiArtikel

Pendahuluan

Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan IPTEK telah mendorong terjadinya transformasi digital. Transformasi digital mengubah segala sesuatu yang berkaitan dengan komunikasi dan informasi yang semula berbentuk analog menjadi digital. Setiap bidang dalam kehidupan masyarakat tidak luput dari digitalisasi karena tuntutan perkembangan zaman. Digitalisasi itu sendiri merupakan bagian dari akibat transformasi digital yang memberikan kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi komunikasi.

Pada zaman ini, informasi dan komunikasi adalah 2 hal yang menjadi aspek sentral yang mendorong kemajuan dalam setiap bidang kehidupan masyarakat. Negara yang berhasil mengelola keduanya dengan baik akan menjadi negara yang cepat maju sebagai ganjarannya. Itulah mengapa, transformasi digital memiliki peran penting dalam kemajuan bangsa dan negara. Jadi, tidaklah mengherankan bila negara-negara di dunia berlomba-lomba untuk mengakselerasi transformasi digitalnya masing-masing. Dapat dikatakan kalau negara yang tidak ikut ambil bagian dalam transformasi digital akan sulit untuk berkembang, apalagi menjadi maju. Hal ini dikarenakan transformasi digital mendorong proses pertumbuhan di berbagai sektor pembangunan di sebuah negara, termasuk di Indonesia.

Dilansir dari situs Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia akan mengalami bonus demografi yang diperkirakan mencapai periode puncak antara tahun 2020-2030. Itu berarti pada periode puncak tersebut, jumlah penduduk usia produktif (penduduk usia kerja yang didominasi anak muda) lebih besar dibandingkan usia nonproduktif. Hal ini tentu saja menjadi alasan yang mendorong Indonesia untuk melakukan transformasi digital secara menyeluruh dengan segera.

Generasi muda Indonesia yang merupakan pionir andalan negara memilik peran penting dalam transformasi digital. Setidaknya ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi pada anak muda berkenaan dengan transformasi digital. Pertama, terdampak arus transformasi digital. Kedua, berdampak dalam arus transformasi digital. Kedua hal ini menjadi penentu seberapa besar peran anak muda dalam transformasi digital.

Diperlukan persiapan yang matang untuk menyongsong transformasi digital di Indonesia. Pada satu sisi, hal ini memberikan banyak kemudahan mengingat bahwa transformasi digital didorong oleh kecanggihan teknologi. Para anak muda dapat dengan mudah mengakses informasi dengan efektif dan efisien. Namun, pada sisi yang lain, hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi generasi muda, sebab pada dasarnya mereka juga merupakan sasaran empuk dari efek negatif akibat transformasi digital tersebut.

Terdampak Arus Transformasi Digital

Bersama Guru Mata Pelajaran Produktif Seusai Pengumuman Juara | Koleksi Pribadi
Foto Bersama Guru Produktif Seusai Pengumuman Juara | Koleksi Pribadi

Saya sendiri merupakan salah satu anak muda Indonesia yang turut terkena dampak positif dari arus transformasi digital dan merasakan bahwa transformasi digital sangat bermanfaat dalam berbagai aspek kehidupan mulai dari pendidikan, ekonomi, dan lainnya. Hal inilah yang mendasari keinginan saya untuk berdampak dalam arus transformasi digital.

Sejak menjadi pengguna aktif teknologi komunikasi dan informasi, ketika berhasil memahami cara menggunakan sebuah teknologi, saya seringkali berbagi pengetahuan dengan orang lain. Tidak terbatas pada teman-teman seumuran atau yang lebih muda saja, tetapi juga dengan para orang tua dalam berbagai kesempatan yang ada. Arus transformasi digital benar-benar membuat saya jatuh cinta terhadap dunia teknologi, khususnya pada dunia komputer. Ini pulalah yang memampukan saya untuk mendapat juara 2 Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK tingkat provinsi dalam bidang lomba Web Technology pada April 2019 yang lalu.

Berdampak dalam Arus Transformasi Digital

Logo Kartu Prakerja | prakerja.go.id
Logo Kartu Prakerja | prakerja.go.id

Di antara semua pengalaman “berbagi literasi digital” saya, pengalaman kerja sayalah yang paling berkesan. Pada tahun 2020, setelah lulus dari SMK, berbekal pengalaman yang didapat secara otodidak dan akademis, saya menjadi seorang Administrator sekaligus Web Programmer di sebuah Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPKS) yang menyediakan kursus dan pelatihan di bidang komputer. Ketika bekerja di sana, saya turut menangani pelatihan daring LPKS tersebut sebagai mitra dari program Kartu Prakerja yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Program Kartu Prakerja yang diluncurkan pada April 2020 memiliki tantangan tersendiri dalam pelaksanaannya. Awalnya, program tersebut dirancang dengan konsep pelatihan luring, sedangkan pelatihan daring masih dalam tahap perencanaan. Namun, pandemi virus COVID-19 kala itu memaksa agar program tersebut tetap berlangsung, tetapi harus dilakukan dengan daring untuk menghindari penyebaran virus.

Dalam perkembangannya, saya pun turut merasakan beragam keluh kesah dari para penerima Kartu Prakerja yang mengalami kesulitan saat mengikutinya. Mulai dari kendala jaringan, perangkat yang tidak mendukung, sistem Kartu Prakerja yang lamban akibat banyaknya orang yang mengaksesnya dalam waktu yang bersamaan, serta ketidaktahuan para penerima program tersebut mengenai cara dan alur pendaftaran, mengakses pelatihan, hingga menerima uang insentif dari pemerintah. Memang saat itu, semua pihak terkait sama-sama beradaptasi dan belajar. Hal ini mendorong saya untuk melaksanakan webinar-webinar literasi digital dari lembaga tempat saya bekerja, khususnya yang terkait dengan program tersebut.

Tangkapan Layar dari Video Rekaman Ruang Diseminasi | Koleksi Pribadi
Tangkapan Layar dari Video Rekaman Ruang Diseminasi | Koleksi Pribadi

Kemudian di bulan Desember 2020, saya mengikuti “Diseminasi Tata Kelola Penyelenggaraan Program Kartu Prakerja Melalui Platform Digital Sisnaker” yang diadakan oleh KEMNAKER melalui Dirjen Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas bersama mitra lembaga pelatihan se-Indonesia. Dalam diseminasi tersebut, saya mendengarkan kritik dan masukan mengenai masalah-masalah yang dihadapi dalam program Kartu Prakerja dalam ekosistem Sisnaker. Saya juga turut memberikan beberapa saran yang sekiranya dapat membantu kemajuan program ini. Selain aktif dalam pelatihan daring, saya pun juga pernah menjadi tutor kursus Teknisi Komputer secara luring di LPKS tersebut.

Penutup

Setiap pengalaman yang saya dapat di lingkungan pekerjaan tersebut memperluas horizon berpikir saya bahwa anak muda punya peran penting untuk mendukung dan berkontribusi dalam akselerasi transformasi digital di Indonesia. Jika seorang anak muda memiliki pandangan yang luas dalam menyikapi dampak arus transformasi digital atas dirinya, maka di kemudian hari, itu akan mendorongnya untuk berdampak dalam arus transformasi digital tersebut. Menurut wakil ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, demi mencapai hal tersebut, diperlukan kolaborasi antara para pemangku kepentingan dan masyarakat untuk membentuk generasi muda sebagai agen perubahan. Selain itu, generasi muda yang melek digital harus dibekali nilai-nilai luhur kebangsaan yang kuat.

Generasi muda adalah kalangan yang paling memahami transformasi digital. Hal ini disebabkan oleh kemahiran dan keaktifan mereka dalam menggunakan gawai-gawai yang terdapat sistem digital di dalamnya. Para anak muda tidak hanya berkecimpung dalam dunia nyata, tetapi juga dunia maya. Meskipun demikian, pengaruh mereka di dunia maya pun mampu menciptakan perubahan, apabila transformasi digital dianggap sebagai "teman". Oleh karena itu, anak muda harus berperan aktif dalam meningkatkan literasi digital masyarakat untuk mendorong akselerasi transformasi digital yang menyeluruh hingga ke pelosok-pelosok daerah, demi mendorong kemajuan bangsa dan negara Indonesia.