Waktunya Wujudkan Agrikultur Modern Ramah Lingkungan

Waktunya Wujudkan Agrikultur Modern Ramah Lingkungan

Pemanfataan program 'Electrifying Agriculture' untuk menjalankan light trap penangkap hama di kawasan pertanian bawang merah.

#SobatHebatIndonesiaBaik

#JadiKontributorJadiInspirator

#BerbagiMenginspirasi

#SohIBBerkompetisiArtikel

 

Sektor agrikultur di Indonesia masih belum beralih ke energi bersih sepenuhnya. Contohnya, pertanian di Indonesia masih mengandalkan alat dan mesin pertanian (alsinta) berbahan bakar fosil seperti diesel. Biaya bahan bakar yang mahal, efisiensi rendah, emisi yang dihasilkan juga tidak ramah lingkungan. Data dari BPS menunjukkan, dari sektor pertanian saja sudah menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) lebih besar daripada limbah industri, bahkan meningkat setiap tahunnya (2,7% year on year).

Ilustrasi seorang petani di sawah | Unsplash (Pan Species)
Ilustrasi seorang petani memacul sawah | Unsplash (Pan Species)

Sedangkan salah satu dari tiga isu prioritas presidensi G20 Indonesia nanti adalah transisi energi berkelanjutan. Dilansir dari situs Kemenkeu Indonesia, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyatakan, Indonesia berkomitmen untuk memprioritaskan transisi energi bersih. Komitmen ini ditandai dengan PLN yang terus membangun pembangkit listrik energi terbarukan sebagai penyedia pasokan energi bersih. Maka sudah saatnya untuk mengajak para petani dan pelaku usaha agrikultur lain agar beralih menggunakan alat dan mesin produksi berbasis listrik. Namun, bagaimana caranya agar para pelaku usaha sektor agrikultur kita mudah untuk mendapatkan akses energi bersih?

Saatnya memajukan dan menghijaukan agrikultur kita

PLN meluncurkan program Electrifying Agriculture, yaitu layanan listrik untuk mendongkrak produktivitas serta efisiensi pertanian, perikanan, peternakan dan perkebunan yang ramah lingkungan. Manager PLN UP3 Garut, Nurhidayanto Nugroho menjelaskan, konsep Electrifying Agriculture adalah perubahan gaya hidup para petani, peternak, penambak, pelaku usaha sektor perkebunan dan perikanan untuk berorientasi ke depan. Dana sebesar 4,84 miliar telah digelontorkan oleh PLN untuk mendukung jalannya program ini.

Antusiasme serta pemanfaatan masyarakat

Tercatat ada 124 ribu petani berpartisipasi dalam program ini. Mereka kini beralih menggunakan pompa dan mesin penggilingan berbasis listrik. Pemanfaatan disesuaikan dengan kegiatan masing-masing. Seperti petani bawang yang memanfaatkan penangkap hama berbasis lampu (light trap), atau seorang petani buah naga bernama Agus Mulyohadi di Pacet, Mojokerto, yang memanfaatkan program Electrifying Agriculture untuk menyalakan lampu LED agar tanamannya bisa berfotosintesis selama 24 jam.

Seorang petugas PLN menjelaskan penggunaan lampu LED kepada petani buah naga Agus Mulyohadi | PLN (Ahmad Hidayat)

Dulu ia hanya bisa memanen 20 ton dari lahannya seluas 4,5 hektar selama bulan November-Desember. Kini, ia mampu panen 60 ton sepanjang tahun. Biaya instalasi yang dikeluarkan saat awal pemakaian pun lebih rendah dari hasil penjualan buahnya. Keuntungan yang didapatkan Agus melimpah ruah hingga tiga kali lipat. Agus mengatakan, selama diluar musim buah naga, harganya berkisar antara Rp. 10.000 hingga Rp. 20.000 per kilogram. Sementara saat musim, harga turun menjadi Rp. 3.000 hingga Rp. 5.000 per killogram. Berkat pemanfaatan program, para petani mampu meningkatkan produktivitas sampai 300 persen ditambah pengurangan biaya operasional sampai 60 persen.

Kisah sukses lainnya datang dari seorang peternak ayam bernama Sardjono, dari Kalasan, Yogyakarta. Ia mengembangkan kandang konvensionalnya menjadi kandang bersistem closed house tiga lantai berkerangka besi, dilengkapi kipas blower serta heater dengan memanfaatkan pasokan listrik untuk menjalankannya. Sekarang, kandang untuk 15 ribu ayamnya jau lebih efisien, ramah lingkungan serta tak menimbulkan bau ke lingkungan sekitar.

Ilustrasi peternakan ayam konvensional | Unsplash (Artem Beliaikin)

Sardjono merasa selama panen 3 bulan terakhir, ia akhirnya bisa menikmati hasil kerja keras impiannya. Ia hanya perlu mengeluarkan biaya produksi sekitar Rp. 3,7 juta untuk mengoperasikan kandang ayamnya. Para peternak sangat dianjurkan segera beralih menggunakan listrik daripada BBM demi efisiensi biaya produksi. Bila menggunakan solar, dengan harga Rp. 5.150/liter, maka para peternak harus mengeluarkan biaya sekitar Rp. 19 juta per bulannya untuk mengoperasikan kipas blower dan heater.

Dukung perluasan dan inovasi program

Berjalannya program dengan baik bukan berarti permasalahan sudah tuntas semua. Masih perlu dilakukan perluasan untuk menjangkau masyarakat hingga penjuru daerah. Inovasi berbentuk pengolahan hasil panen yang dihasilkan menjadi suatu produk bisa dilakukan para petani dan pelaku usaha agrikultur lainnya saat panen melimpah. Selain itu, pengembangan lahan pertanian menjadi desa agrowisata dapat memaksimalkan potensial yang dimiliki suatu daerah.

Teranyar ini, PLN kembali memperluas penyaluran bantuan program Electrifying Agriculture. Pada 27 Mei lalu, bantuan sebesar 50 juta diberikan PLN kepada Kelompok Usaha Petani Buah Naga SP4, Manokwari, untuk pengadaan 150 lampu LED. Selain bermanfaat untuk mendukung percepatan proses fotosintesis tanaman, 150 lampu tersebut juga akan menunjang program agrowisata kebun buah naga. Para petani buah naga pun didorong untuk mengolah serta mengembangkan hasil panennya menjadi produk olahan seperti jus dan keripik buah naga

Seorang petani dari Kelompok Usaha Petani Buah Naga SP4, Manokwari | PLN (Santika Aristi)

Berpindah ke daerah Sako Baru, Palembang, (26/6) PLN mendorong pemanfaatan lahan tidur menjadi lahan produktif dengan pemberian bantuan usaha hidroponik yang dibantu oleh listrik. Pelatihan pembuatan keripik sayur juga diberikan untuk masyarakat agar mereka dapat mengolah hasil sayur yang melimpah. Hasil keripik sayur tersebut nantinya akan dikemas dan dapat dijual untuk menambah pemasukan. Diharapkan, kelompok tani hidroponik Sako Baru bisa menjadi penghasil sayur hidroponik terbesar di Palembang.

Penyaluran bantuan pengembangan hidroponik kepada Kelompok Tani Bersama Alam Hijau Sako Baru | PLN (Dandy Christian)

Promosi program harus semakin digencarkan karena sudah saatnya para pelaku usaha sektor agrikultur di Indonesia memanfaatkan program Electrifying Agriculture ini untuk mewujudkan agrikultur modern berbasis energi bersih. Lewat program ini, diharapkan mampu menyahjetrakan pelaku usaha agrikultur sekaligus menjaga ketahanan pangan negara dengan menghasilkan emisi seminimal mungkin.