Tidak Apa, Hidup Tetap Berjalan

Tidak Apa, Hidup Tetap Berjalan

Recover Together, Recover Stronger

#SobatHebatIndonesiabaik

#JadiKontributorJadiInspirator

#BerbagiMenginspirasi

#SohIBBerkompetisiArtikel

 

Hari Jum’at, 10 April 2020, Pengumuman Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SPAN). Siang hari yang mendebarkan berakhir dengan napas lega. Diterima di Perguruan Tinggi impian memang sangat membahagiakan. Namun, setelah berapa menit kemudian kekhawatiran muncul dibenak “Apakah aku bisa pergi ke sana?”. Penuh harapan tinggi untuk bisa menimba ilmu di sana. Tepat setelah azan magrib, memberanikan diri meminta izin kepada orang tua. “Tidak boleh! Kalau ingin kuliah didekat sini saja..” Tegas Bapak. Entah bagiamana rasanya harapan ini runtuh tepat di depan mata. Alasan untuk menyakinkan sepertinya tidak ada harapan. Karena orang tualah yang selalu memahami kita. Begitulah kiranya pikirku saat itu.

            Malam sunyi, isak tangis yang bisu di bawah bantal yang mengisi ruang gelap kamar waktu itu. Lalu, “Apa yang harus kulakukan?”. Malam itu terasa berat hingga bebrapa malam berikutnya.

            Waktu terus berjalan dan keadaanku kembali seperti semula. Akhirnya aku bertemu dengan teman yang mempunyai kondisi yang sama. Kami mengikuti dan melewati proses seleksi kembali. Proses ujian yang sangat lama. Akhirnya berakhir dan tiba pengumuman. “Selamat anda diterima di Perguruan Tinggi Negeri”. Benar, itulah yang akan menjadi alasan Orangtuaku lega mendengarnya. Tanpa dimungkiri muncul pertanyaan “Apa aku sudah melakukan yang benar?”. Sekali lagi “Bagaimana jika ini salah?”. Jika dibilang berat. Memang berat. Tetapi waktu itu, aku memiliki teman yang sama denganku. Aku tidak akan kesepian lagi.

            Tidak menyangka, setelah mengikuti rangkaian acara pengenalan kampus. “Aku salah jurusan” pernyataan yang langsung muncul dibenakku. Perasaan tak mampu dan tak pantas berada dijalur tersebut membuatku makin menyesal dan berpikir ulang untuk menyerah. Pikiran inilah yang membuat kita mulai meragukan kemampuan kita. Apalagi ketika kita merasa sendirian. Berjalan selangkah saja rasanya tidak mampu. Kekhawatiran itu terus mengelilingi isi otakku. Aku mencoba mencari teman baru di kelas untuk pertama kalinya. Akhirnya “Aku tidak sendirian”. Berlebihan jika kusebut mukjizat. Tetapi, ini keajaiban yang membahagiakan untukku. Berada pada kondisi yang sama dan tidak senidiran membuat diri memasang niat untuk tetap bertahan. Perjalanan kehidupan yang mengejutkan.

            Mengenal banyak orang adalah sebuah kebruntungan. Katanya itu membuat kepribadian kita menjadi lebih terbuka karena memiliki relasi yang banyak. Itulah yang kupikir rumor. Tenyata memang benar. Berada pada lingkaran dengan ketertarikan yang sama, fashion sama, dan masih banyak kesamaan aku akui sangat menyenangkan. Lalu, aku mencoba memasuki lingkaran itu. Dengan harap bisa dikenal, mendapatkan ilmu dan pengalaman baru. Masuk dilingkungan organisasi awal yang membanggakan dan kuikuti dengan senang hati karena bisa jadi bagian dari kesibukan mereka. Namun, ketika berjalan beberapa hari muncul dalam benak “Apa yang kudapatkan hari ini?”. Beberapa hari yang lalu, kami membahas rencana kedepannya tetapi, selalu mendapatkan hasil yang nihil. Karena hanya beirisi candaan dan tanpa fokus pada tujuan kegiatan. Mereka sibuk dengan smartphonenya dan alhasil tidak menghasilkan apa-apa. Bagai mengalami culture shock. Rasa ketidaknyamanan mulai muncul. Aku berpikir “Ini bukan tempat yang tepat”. Temanku pula mengalami hal itu. Lagi-lagi aku tidak sendiri. Telah bejalan setengah tahun, aku menyadari bahwa aku mulai melonggar dari mereka. Merekapun juga menyadari. Jarak rumah yang jauh membuatku berpikir dua kali untuk mengiyakan ajakan mereka. “Tidak berubah”. Tanggapan sama seperti yang dahulu. Mereka menatapku sinis seakan mulai meragukanku “Aku masih ingin disini tapi, aku tidak nyaman dengan mereka”. Tekanan dan ketidaksanggupan untuk memenuhi ekspektasi mereka. Akhirnya aku stres secara mental dan jatuh sakit cukup lama. Ini membuatku sadar bahwa bukan karena organisasi yang salah, namun lingkungan di dalamnya yang belum bisa kutangani sendiri.

Dari perjalanan kisah tersebut, kita bisa mengambil poinnya sebagai berikut:

  1. Life is still going on (Hidup masih terus berlanjut)
    Menghadapi sibuknya dunia
    Menghadapi sibuknya dunia | Airam Dato-on (Pexels.com)

Ungkapan ini memang paling tepat. Bagaimana proses kehidupan kita selama ini, hidup akan tetap terus berlanjut. Lika liku yang terus memberi kita kejutan setiap harinya adalah bentuk di mana Tuhan ingin menjadikanmu pribadi yang kuat. Terlepas dari rasa kecewa yang kita alami setelahnya, itulah bentuk dari proses mengenal jati diri. Lalu, setiap kejutan dalam kehidupan adalah proses mendewasakan. Rasa sakit, kecewa dan penyesalan, kita harus belajar menerima dengan sepenuh hati tanpa menyalahkan diri sendiri. Jangan biarkan stress terus menyiksamu sendirian. Kita hidup dan berjuang bersama dengan orang yang kita cintai dan mencintai kita. Itu adalah proses healing terbaik. Jadi tentu saja, tidak ada kata kesendirian dan kesepian jika kita bisa menikmati setiap prosesnya dan bertumbuh di dalamnya.

  1. Kegagalan tangga kesuksesan.
    Proses melangkah menuju kesuksesan

    Proses melangkah menuju kesuksesan | geralt (Pixabay.com)

Banyak orang tidak menyadari bahwa kegagalan adalah sebuah tangga menuju kesuksesan. Karena kita tahu kegagalan adalah bagian dari ketidak beruntungan untuk mendapatkan sesuatu. Memang benar, jika gagal adalah menyakitkan dan berakhir penyesalan. Namun, ada ungkapan “Lebih baik menyesal karena telah mencoba walaupun gagal, daripada menyesal karena tidak pernah mencoba.” Dari sini kita tahu, bahwa sebuah kegagalan adalah bukan perkara kita tidak mampu atau beruntung. Tetapi, karena kita telah mencoba dan belum mendapatkan hasil seperti yang kita harapkan. Sehingga, etap berusahalah sampai kamu tidak merasa menyesal dengan memberanikan diri untuk mencoba atau melakukan sesuatu yang baru.

  1. Circle pertemanan yang positif.

    Teman selayaknya keluarga | FREEPIK (parenting.co.id)

Circle pertemanan dapat diartikan sebagai lingkungan atau lingkaran dalam pertemanan. Lingkungan ini, selain untuk bersosial juga sangat berpengaruh pada kondisi mental kita. Karena jika kita berada pada lingkungan yang sehat dan positif secara mental maka kitapun mendapatkan dampak yang postif. Sebaliknya, jika kita berada pada lingkungan yang menekan dan tidak nyaman bisa berdampak negatif pada mental kita. Seperti stres, trauma atau pribadi yang antisosial. Dikarenakan memiliki pengalaman buruk saat dekat atau memercayai seseorang. Menurut Halodoc, dalam sebuah pertemanan penting bagi kita memiliki innercircle. Innercircle di sini maksudnya yaitu lingkungan pertemanan yang kecil namun berisi orang-orang yang dipercayai. Hubungan seperti ini memiliki ikatan yang lebih kuat, selalu saling mendukung suka maupun duka dan bisa dipercaya. Karena orang-orang yang berada pada innercircle mu mengetahui hal-hal tentang diri kamu yang tidak diketahui orang lain. Begitulah pentingnya memiliki innercircle.

Dari kisah di atas, mencoba mengenal lingkungan yang baru bisa menjadikan keharusan bagi kita. Namun terlepas dari keharusan, kita perlu selektif untuk memilih pertemanan. Agar kita bisa membangun hubungan dan dampak yang positif bagi kita. Pada akhirnya kita bisa mengambil makna dari sini dengan sebuah ungkapan “Hidup adalah perjalanan. dan Setiap perjalanan adalah sebuah pembelajaran”. Terima kasih.