Membuat Lukisan Kayu dengan Teknik Pirografi, Modal Cuma Solder Listrik Rakitan!

Membuat Lukisan Kayu dengan Teknik Pirografi, Modal Cuma Solder Listrik Rakitan!

Foto dengan teknik lukis bakar pirografi | Sumber : Dok. Pribadi Belgi Alhuda

#JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SobatHebatIndonesiaBaik

Pirografi atau lukis bakar adalah seni melukis yang caranya terbilang unik, karena teknik ini menggunakan pena yang terbakar sebagai alat tulisnya. Padahal, sebagaimana yang kita ketahui, umumnya pena dan tinta yang digunakan dalam lukisan.

Perpaduan menggambar dan membakar menjadi metode utama dalam pembuatan karya seni pirografi, sehingga menggunakan solder listrik yang ujungnya terbakar.

Mata pena dari solder listrik ini begitu panas, tetapi bekerja sangat baik untuk menggores sebuah kayu yang menjadi media gambar.

Menurut Wikipedia pirografi adalah seni dekorasi dari kayu atau bahan lain dengan cara membuat gambar dari hasil pembakaran. Di Eropa, penggunaan metode tersebut berkembang di Rumania dan Hongaria, dan Argentina untuk Amerika Selatan.

Pirografi
Pirografi atau lukis bakar karya Belgi Art dengan gambar Kemenparekraf R.I, Bapak Sandiaga Uno | Sumber : Dok. Pribadi Belgi Alhuda

Meski di Indonesia sendiri terdengar belum familiar, tetapi gambar dari lembaran potongan kayu dengan pirografi ini dapat dijumpai dan terpajang rapi di  sebuah galeri milik seorang seniman dari Bogor, Belgi Alhuda.

Menurutnya, pirografi bukanlah sesuatu hal yang mudah. Di samping membutuhkan sebuah keterampilan, dalam menggoreskan mata pena bakar ke papan kayu pun memerlukan sebuah ketelitian. 

Dalam prosesnya, melukis dengan metode pirografi pada kayu harus bisa diminimalisir kegagalannya. Sebab, jika terjadi kesalahan sedikit saja goresan tersebut, goresannya tidak bisa dihapus dan selamanya akan membekas.

Maka, cara mengantisipasinya adalah dengan membuat sketsa terlebih dahulu. Dengan begitu, kita tinggal menirukan rencana gambar yang sudah ada dan proses membakar jadi lebih mudah.

Di Belgi Art sendiri, Belgi masih menggunakan alat solder rakitan, meskipun saat ini sudah tersedia berbagai macam alat pirografi dengan ujung pena solder listrik yang modern dan beragam. Ukuran mata pena menentukan tebal tipis guratan yang membakar, hal tersebut berbeda dengan awal berkembangnya yang menggunakan logam yang dipanaskan.

Ada juga yang bereksperimen dengan memanfaatkan obat nyamuk bakar, rokok, bahkan kaca pembesar dengan bantuan cahaya matahari.

"Teknik pirografi atau lukis bakar, ibarat kayu yang terbakar oleh api dapat menjadi abu. Bidang papan kayu akan berwarna cokelat kekuningan jika terbakar bara api. Sama halnya dengan teknik pirografi atau lukis bakar ini, sebuah kayu warnanya akan berubah menjadi berwarna coklat kekuningan dan menghitam bak arang jika terkena pena dari ujung solder lukis bakar pirografi," kata Belgi.

Jika pada umumnya solder listrik yang digunakan untuk melukis pirografi adalah solder yang memang didesain oleh pabrik, maka berbeda dengan pemilik brand Belgi Art ini. Dirinya menggunakan solder rakitan yang buatan sendiri yang menggunakan charger handphone. Tampilannya menyerupai solder yang dibuat dari kayu dengan ujung pena dari logam jarum.

"Daripada harus membeli alat yang cukup mahal, alat rakitan dapat kita lakukan. Selain harganya lebih murah, kita manfaatkan saja kreativitas sebagai faktor produksi yang utama dengan bermodalkan semangat dan kemauan, " tambahnya lagi.

Pirografi
Pirografi Karya Belgi Art dengan gambar Anggota DPR RI Komisi VI, Tommy Kurniawan | Sumber : Dok. Pribadi Belgi Alhuda

Pirografi memiliki media gambar yang cukup beragam, mulai dari kayu, bambu, kulit, atau benda apapun selama mampu tergores dengan pena lukis bakar. Namun, bagi Belgi Alhuda, media papan kayu-lah yang sering dilirik oleh pelanggannya.

Selain simpel, pirografi dengan media kayu memberikan kesan artistik tersendiri. Sedangkan kayu yang digunakan ialah jenis jati belanda dan mahoni. Kayu tersebut dianggap memiliki warna mendekati putih bak kertas kanvas.

Uniknya lagi, pemilik brand Belgi Art ini menggunakan sebagian besar bahan produksina dari limbah kayu bekas, termasuk yang diunggulkannya, yaitu pirografi dengan kayu talenan. 

"Berbagai jenis kayu sebenarnya dapat digunakan. Tekstur kayu yang beragam akan menghasilkan hasil lukisan yang lebih variatif. Misalnya, kayu keras atau lunak, berserat halus atau kasar, hingga melengkung atau datar. Semuanya bisa diaplikasikan tergantung imajinasi dan kreativitas sang seniman," Belgi menjelaskan di sela-sela aktivitasnya.

Satu buah gambar rata-rata dapat diselesaikannya dalam kurun waktu tiga hari sampai satu minggu. Namun, tergantung pada tingkat kerumitan dan ukuran bidang gambar.

Menurut dirinya, suatu karya seni yang dilakukan secara manual, mungkin akan membutuhkan waktu yang terkesan lama. Akan tetapi, proses tersebut akan memiliki hasil yang sebanding dengan produk yang dihasilkan.

Dirinya menambahkan, pelanggan biasanya memesan gambar potrait sebagai kado bagi orang terkasih, kegiatan ulang tahun, atau wisuda. Selain itu, ada juga yang memesan barangnya, tetapi dipadukan dengan tinta lukisan dan sebuah gambar.

Karya ciamik dan menawan tersebut dibanderol mulai dari Rp. 75.000- Rp. 300.000 tergantung pada tingkat kerumitan dan ukuran.

So, bagaimana, apakah SohIB tertarik untuk dilukis dengan metode pirografi? Semoga kisah di atas dapat membuatmu tergugah untuk berkarya dan berkreativitas! Jangan lupa untuk share artikel ini, ya