Tawa dan Harapan Itu Akan Selalu Ada

Tawa dan Harapan Itu Akan Selalu Ada

virus corona(sumber:detik.com)

#SobatHebatIndonesiaBaik#JadiKontributorJadiInspirator#BerbagiMenginspirasi #SohIBBerkompetisiArtikel 

Semenjak kasus pertama dilaporkan di China akhir 2019 hingga WHO menetapkannya sebagai pandemi Global pada 11 Maret 2020, Covid-19 telah menyebar dengan cepat hampir keseluruh negara di penjuru bumi meninggalkan banyak cerita tentang kematian, kekhawatiran serta air mata. Selain berdampak pada sektor kesehatan hingga merenggut korban jiwa, terhentinya sebagian besar aktivitas ekonomi sebagai dampak dari penyebaran virus yang sangat masif, membuat dunia menghadapi ancaman resesi dan krisis keuangan global yang lebih buruk bila dibandingkan dengan krisis ekonomi tahun 1998 silam. Berhentinya aktivitas perekonomian seperti perdagangan, transportasi, perbelanjaan, parwisata, serta pendidikan akibat kebijakan pembatasan yang diambil sebagai salah satu langkah antisipasi terhadap penyebaran virus yang meluas, secara nyata telah membawa dampak meningkatnya angka pengganguran serta kemiskinan.  Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang disajikan oleh kontan (https://newssetup.kontan.co.id/news/bps-catat-angka-pengangguran-meningkat-signifikan-akibat-covid-19), pada Februari 2021 Jumlah pengganguran di Indonesia tercatat sejumlah 8,75 juta orang, angka ini naik sebesar 1,82 juta orang bila dibandingkan periode yang sama Februari 2020 yang tercatat sejumlah 6,93 juta orang. Kenaikan jumlah tersebut seolah menkonfirmasi pengaruh Covid yang mulai melanda Indonesia pada Maret 2020.

Sejalan dengan naiknya jumlah pengangguran, BPS juga mencatatkan naiknya prosentase kemiskinan akibat pandemic Covid-19. Dalam keterangan BPS yang disajikan oleh beritasatu (https://www.beritasatu.com/archive/802831/pandemi-covid19-picu-angka-kemiskinan-naik-di-atas-10), tercatat pada bulan Maret 2021, angka kemiskinan Indonesia sebesar 10,14% dengan jumlah penduduk miskin sejumlah 27,54 juta orang. Angka ini naik bila dibandingkan periode September 2019 yang mencatatkan prosentasi penduduk miskin pada angka 9,22%. Menurut Paul F Knitter (2006: 86-101), ada empat jenis penderitaan yang menimpa umat manusia : (a) Penderitaan badaniah karena kemiskinan, (b) Penderitaan bumi karena penyalahgunaan, (c) Penderitaan rohaniah karena viktimasi dan (d) Penderitaan karena kekerasan. Bagi orang–orang yang merasakan dampak langsung dari pandemi Covid-19 baik dari sisi kesehatan maupun dampak tidak langsung seperti hilangnya pekerjaan, berkurangan pendapatan serta beberapa penderitaan lain yang tidak terpublikasi dimuka umum, merupakan penjabaran nyata dari teori tentang penderitaan yang dikemukakan oleh Paul F Knitter diatas.

Suasana Lockdown di China (sumber :cnbcindonesia.com)

Kita tentunya mengetahui upaya – upaya dari pemerintah dalam mengendalikan penyebaran virus yang masif dilakukan, terlepas dari segala kekurangan dan segalam macam kontroversinya, ratusan trilyun uang negara telah dikelaurkan untuk memenangkan pertempuran melawan pandemi ini. Kita pernah berdiri pada satu kondisi yang sangat dilematis. Disatu sisi, kita sedang berhadapan dengan keadaan dimana penyebaran virus yang lebih cepat dari pada penanganannya sementara disisi lain hidup mengisolasi diri terus-menerus akan berdampak buruk bagi banyak hal mulai dari ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan aktivitas sosial lainya. Hingga kita menemukan pilihan yang paling rasional yaitu berdiri diantara keduanya, beraktifitas, melonggarkan aturan agar ekonomi bergerak sambil tetap menjalankan protokol kesehatan. Dari pilihan ini lah muncul tatanan kehidupan baru hingga dapat memancing kratifitas dan inovasi yang memungkinkan orang untuk tetap bertahan hidup dan berkembang. Pemanfaatan teknologi informasi sudah barang tentu menjadi langkah yang harus diambil guna beradaptasi dengan kondisi yang tidak memungkinkan adanya interaksi sosial secara berlebihan ini. Sekolah tatap muka yang terhenti, menuntut para guru untuk berinovasi bagaimana memberikan pelajaran yang baik secara daring. Dengan kondisi tidak maksimalnya jam pelajaran onlie bila dibandingkan dengan saat tatap muka, menjadi peluang bagi sebagian kalangan untuk dapat memberikan jasa penyediaan les atau privat secara online. Jasa pengiriman barang, jasa promosi lewat internet justru berkembang pesat manakala pembatasan terjadi, hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa selalu ada kebangkitan ditengah kesulitan. Upaya vaksinani yang terus digencarkan pemerintah telah banyak memberikan hasil dengan penurunan angka penularan, serta meningkatnya angka kesembuhan. Pada awal 2022, berita tentang mulai meredanya pandemi, tentunya menjadi sebuah angin segar dimana tahun sebelumnya kita sama merasakan kondisi yang amat menakutkan manakal varian omicron menyebar. Bila kita hidup dikampung hampir setiap hari mesjid, langgar, mushola selalu menyiarkan berita tentang kematian, banyak cerita tentang relawan yang kewalahan hingga suasana rumah sakit yang sangat mencekam. Kini sejalan dengan perbaikan kondisi tersebut, pembatasan sudah diturunkan levelnya, anak – anak sekolah kembali bisa bertatap muka dengan kawan lamanya, pasar, mall, pusat perbelanjaan sudah menunjukan geliatnya, hotel, tempat pelancongan sudah mulai ramah menyambut para tetamunya, pergelaran seni, hajatan mulai menunjukan kemeriahanya. Maka tidak mengherankan tentunya bila moment mudik pada 2022 ini terasa begitu fenomenal ada sebuah antusiasme yang begitu besar setelah pada dua periode sebelumnya hajatan ini dihentikan. Bandara, stasiun, jalan tol,  terminal, pelabuhan mulai menujukan warna dan semaraknya sekaligus menjadi pertanda moment kebangkitan.

Belajar secara daring(sumber: kompas.com)

PT Jasa Marga (Persero) mencatat volume kendaraan pada arus mudik lebaran 2022 ini memecahkan rekor tertinggi bila dibandingkan tahun sebelumnya. Pada H-3 kendaraan yang meninggalkan Jabodetabek tercatat sejumlah 105.016 kendaraan, lebih banyak bila dibandingkan dengan H-3 pada lebaran 2019 yang tercatat sebesar 103.077 kendaraan. Sekali lagi inilah bukti kebangkitan semua sektor setelah terdiam dua tahun lamanya. Mudik lancar, perekonomian bergerak. Kemacetan sejenak berpindah dari kota ke desa. Toko roti, oleh – oleh , souvenir sibuk menerima pesanan, menambah jam operasional dan tenaga kerja. Tempat – tempat wisata penuh sesak, warung makan, tempat nongkrong memperpanjang jam tutup. Pusat perbelanjaan berdesakan. Sekali lagi semua telah bangkit bersama setelah dua tahun melakukan peperangan. Momen kebangkitan harus tetap di pelihara dengan tetap waspada sampai kondisi benar – benar dinyatakan aman. Saat pelonggaran aturan dilakukan, bukan berarti kita bebas seperti halnya kondisi normal, ingat kondisi belum kembali seperti saat pandemi belum terjadi. Selain menimbulkan penderitaan, pandemi yang terjadi telah banyak memberikan pelajaran berarti, bila dulu para ilmuan butuh tahunan untuk membuat vaksin, kondisi kemarin mendorong para ilmuan dapat cepat membuatnya. Pandemi kemarin juga mendorong manusia untuk sampai pada tatanan dunia baru era digital dan teknologi informasi dan yang tidak kalah penting, pandemi telah menumbuhkan rasa solidaritas yang tinggi untuk bersama melawan serta bergandengan tangan menyambut tantangan kedepan serta belajar bagaimana mengantisipasi bila didepan ada wabah yang datang kembali. Pandemi telah membuat banyak orang menjadi lebih kuat. Karena tawa, harapan dan kebangkitan itu akan selalu ada.

suasana mudik lebaran tahun 2022(sumber:kemenag.go.id)