Tantangan Singkatan ASN saat ini : Abdi Sambil (ber-) Nalar

Tantangan Singkatan ASN saat ini : Abdi Sambil (ber-) Nalar

Gambar ini menunjukkan tentang tantangan manusia dengan teknologi yang sama sama dibutuhkan oleh manusia

Tantangan Singkatan ASN saat ini : Abdi Sambil (ber-) Nalar

#SobatHebatIndonesiaBaik

#JadikanKontributorJadiInspirator

#BerbagiMenginspirasi

#SohIBBerkompetisiArtikel

Dewasa ini, peran ASN menjadi suatu hal yang mungkin sedikit terancam. Seolah olah mereka disebut sebut sebagai pegawai negara yang akan lenyap dalam mengelola pekerjaan karena terancam oleh sistem teknlogi yang semakin canggih dan lebih mumpuni. Isu isu mengenai tenaga kerja Administrasi yang terancam punah, Teller Bank serta banyak hal lainya memicu sikap was was kita sebagai manusia. Perlukah kita merasa dihantui oleh hal tersebut? Apa sebenarnya yang harus kita benahi sebagai manusia untuk tetap menjaga eksisensi kita yang sempurna diciptakan dengan tidak merasa bersaing dengan kecanggihan Teknologi Multi Guna akhir akhir ini?

Teknologi Manusia di Era Digital| Msddy Hidayat

 

Teknologi Canggih : Anugerah atau Musibah?

Teknologi VS Tenaga Mesin |VoxNtt. Vox

 

 Keuntungan penggunaan teknologi memang memudahkan manusia untuk melakukan berbagai macam aktivitas. Manusia benar benar diuntungkan lewat adanya aplikasi aplikasi penting untk melakukan kegiatan serta aktivitas yang berhubungan dengan kebermanfaatan kita sehari hari, hanya di rumah saja semua barang, benda, lifestyle serta kehidupan kita seperti merasa tercukupi secara hakikat. Lantas apakah kalian pernah bepikir jika semua ini juga menimbulkan pandangan lain yang memusatkan  kepada peran manusia yang akhir akhir ini menjadi sebuah problema? Lantas apa peran manusia di masa depan jika semua tergantikan oleh pengunaan teknologi? Perlukah kita berperang melawanya?

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati terdapat beberapa keterampilan pada manusia yang tidak mudah digantikan oleh mesin, misalnya empati, kreativitas, dan keahlian analitis atas masalah yang bersifat kompleks. Hal- hal tersebut masih sangat sulit untuk ditirukan atau diterapkan pada teknologi kecerdasan buatan (AI). Sedangkan pekerjaan yang mudah tergantikan adalah yang bersifat pengulangan dan menghafal. Karena, teknologi otomatisasi, robot, dan kecerdasan buatan (AI) mudah untuk melakukan hal tersebut. Hal-hal yang mengendalikan kecerdasan (IQ) mudah dilakukan oleh robot atau AI, karena manusia dengan IQ 150 sudah dianggap sangat jenius, padahal saat ini IQ robot telah mencapai 700 atau bahkan 700.000. Kecerdasan buatan mudah untuk menghafal atau mengerjakan data yang sangat besar. Dimasa yang akan datang pekerjaan manusia akan tergantikan oleh teknologi, tetapi tidak seperti yang ditakutkan, manusia juga akan tetap memiliki pekerjaan. Setiap pekerjaan yang diambil alih oleh mesin, akan ada sejumlah peluang baru yang harus dilakukan oleh manusia.  Beberapa pekerjaan manusia ini adalah tipe kreatif. Sehingga, kedepannya manusia harus belajar lebih mengenai kreativitas, emosi dan naluri yang tidak mudah ditirukan oleh kecerdasan buatan. Tingkat EQ pada manusia kelak yang akan menentukan daya saing mereka. Hal ini menjadi perhatian lebih kita bersama tentang dampak populasi dan keberadaan manusia yang semakin banyak tersebut menunjukan sebuah peran baru jika manusia tidak bisa digantikan oleh teknologi secanggih apapun karena hal ini menjadi sebuah masaah baru jika kita tidak gencar dalam mengasosiasikan kegiatan kita sebagai manusia yang bernalar.

Emosi semakin langka benarkah demikian?

Tribun | Tribun Travel
9 Bahaya Terbesar yang Terbentuk dari Teknologi Masa Depan, Satunya Manusia Siap Tergeser Oleh Robot | Tribun| Tribuntravel.com

Manusia dianugerahi oleh Tuhan untuk tempat mempertahankan haknya untuk tetap memanusiakan manusia bukan? Ini sering menimpa kita tatkala kecanggihan teknologi sudah mulai ada lagi dan lagi; terkesan praktis dan tanpa basa basi, tapi benarkah ini yang hiang dari sebuah peradaban yang semakin lama berangsur angsur menjad hilang kemudi? Contoh dalam sebuah kasus saja beberapa waktu lalu seorang bimbingan konselor atau psikolog secara online melalui aplikasi HalloDoc, beberapa pasien mengungkapkan tentang keluhanya terkait dengan kesehatan mental seperti merasa depresi, kehilangan sadar, serta gangguan emosional lain yang terjadi selama pemulihan masa pandemi, dengan asyik mengetik, menjelaskan gejala, serta mengungkapkan apa ang dirasakanya dengan cara ketikan. Lebih lanjut seorang konselor dalam fungsinya adalah ditugaskan untuk meningkatkan pelayanan secara jasa (baik melaui tatap muka, bertemu, atau hal yang membuat antar manusia semakin dekat) Lantas psikater (konselor) hanya menjebatani pasien lewat aplikasi tersebut untuk menunjukkan kinerjanya, lebih lanjut terkesan memudahkan untuk dokter dan pasien, tapi bolehkah kita berpandangan lain? Menuntut jasa dengan cara online? Secara nalar perlu kita pahami jika tidak mungkin teknologi akan menghilangkan karakter yang ada, manusia seolah kita dicekoki dengan emosi yang tidak nyata (tabu). Lumrahnya pelayanan dalam bentuk jasa perlu kita lihat lagi pemanfaatanya. Berbahagialah ketika emosi nyata kita tersalurkan; segala perasaan positif masih bisa kita salurkan seperti rasa cinta, kasih sayang, wisdom (kebijaksanaan), damai,dan kearifan. Apakah mesin bisa menggantikan EQ sebagus ini dalam diri manusia? Komoditas emosi ini akan semakin mahal harganya.

Pernakah kita bepikir kalau : mesin tidak bisa berkompromi dengan yang gagap teknologi?

Abdi Sebuah Negara yang baik sebaiknya menjadi sebuah Leader ( pemimpin) atau meningkatkan kesadaran kepada masyarakat akan kepentingan teknologi yang semakin gencar dewasa ini. ASN untuk Indonesia perlu menyoal masalah masalah ini dengan menyoolsialisasikan kepada orang awam yang hendak melakukan transaksi atau pelayanan jasa kepada masyarakat akan pentingnya penggunaan sistem online. ASN juga sebaiknya menjadi pilar utama dalam proses serta upaya yang nyata dalam kontribusi yang memadai terkait dengan edukasi serta dorongan yang lebih relevan dalam meningkatkan peran sebagai abdi negara untuk tetap bertumbuh bersama menciptakan masyarakat yang cerdas secara intelektualitas juga cerdas secara moral ( EQ).

Sumber Rujukan :

https://ft.kahuripan.ac.id/akankah-teknologi-dapat-menggantikan-pekerjaan-manusia-di-masa-yang-akan-datang/

https://entrepreneur.bisnis.com/read/20190220/52/891015/anthony-dio-martin-cerdas-emosi-di-era-industri-4.0