Strategi Literasi untuk Pemulihan Learning Loss

Strategi Literasi untuk Pemulihan Learning Loss

Kegiatan Literasi Antarsiswa | Sumber: dok. pribadi

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi

Pandemi berimbas pada keadaan learning loss. Merujuk pernyataan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikburistek), Nadiem Makarim, ia mengatakan bahwa learning loss diartikan hilangnya pengetahuan dan keterampilan baik secara umum maupun spesifik atau terjadinya kemunduran proses akademik (tekno.tempo.co). Kondisi ini sangat dirasakan oleh penulis selaku pendidik di MTsN 6 Pasuruan, Jawa Timur.

Hasil diskusi antara pendidik dan orang tua/wali murid tentang perkembangan belajar peserta didik selama pandemi disimpulkan bahwa kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif menurun drastis. Para pendidik sangat merasakan adanya learning loss itu manakala peserta didik mulai masuk sekolah untuk mengikuti pertemuan tatap muka (PTM) secara bergiliran. Peserta didik tidak mampu menyerap materi pembelajaran yang disampaikan secara daring (dalam jaringan) secara optimal, keaktifan menyelesaikan tugas semakin hari semakin merosot, dan tingkat kepatuhan pada petunjuk/instruksi dari pendidik maupun madrasah juga berkurang.

Tidak hanya berimbas pada learning loss, di MTsN 6 Pasuruan, pandemi ini juga memberikan dampak luar biasa, termasuk memengaruhi pelaksanaan program kegiatan literasi di madrasah yang telah berjalan sejak tahun 2018. Beberapa dampak positif yang berhasil direngkuh oleh TLM, antara lain: semakin bervariasinya produk literasi pendidik dan peserta didik yang tergabung dalam Duta Perpustakaan (Duper).

Duper merupakan tim yang dibimbing oleh Pustakawan madrasah dan TLM dari kelas 7, 8, dan 9 yang memang sejak awal memilih aktif dalam kegiatan intrakurikuler bidang Perpustakaan dan literasi madrasah. Variasi produk literasi itu, misalnya, yang semula produk literasi dalam bentuk nondigital, maka selama pandemi ini beralih ke produk-produk literasi digital.

Selama pandemi Covid-19, penulis yang merupakan Ketua TLM menjalankan praktik baik (best practice) inovasi program dan strategi pelaksanaan 3 kegiatan utama Gerakan Literasi Madrasah (GLM) yang terdiri dari: kegiatan Pembiasaan, kegiatan Pengembangan, dan kegiatan Pembelajaran. Praktik baik ini menjadi kerangka konsep dalam cerita ini dalam rangka meningkatkan pemulihan learning loss di MTsN 6 Pasuruan.

Pada kegiatan Pembiasaan dan Pengembangan, TLM merujuk pada buku Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah (Satgas GLS Kemdikbud, 2018). Sedangkan untuk kegiatan Pembelajaran, buku panduan berjudul Strategi Literasi Dalam Pembelajaran Di Sekolah Menengah Pertama, Materi Penyegaran Instruktur Kurikulum 2013 (Satgas GLS Kemdikbud, 2017) menjadi pedoman utama TLM.

Berikut ini akan diuraikan secara lebih mendalam dan rinci, inovasi-inovasi TLM sebelum dan sesudah pandemi Covid-19. Selain itu, akan dijelaskan pula secara rinci strategi-strategi yang ditempuh TLM untuk melejitkan aras literasi dan prestasi Duper selama pandemi Covid-19.

Inovasi TLM Sebelum Pandemi Covid-19

Sebelum pandemi Covid-19 melanda negeri ini, tepatnya di sepanjang tahun 2018 hingga pertengahan tahun 2019, TLM menjalankan beberapa kegiatan literasinya sesuai dengan prinsip-prinsip kegiatan yang ada di buku panduan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).

Dalam 2 tahun pelaksanaan GLS di madrasah ini, tiga kegiatan utamanya, yaitu pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran (Kemdikbud, 2017) mampu dijalankan dengan baik. Kesuksesan pelaksanaan GLS ini kemudian ditulis, dibukukan, dan diterbitkan dengan judul Best Practice 3 Kegiatan Utama Gerakan Literasi Madrasah (Munawaroh & Ariadi, 2019).

Di buku ini, inovasi Kegiatan Pembiasaan yang berhasil dijalankan oleh TLM di MTsN 6 Pasuruan, yaitu program Serasi (Senin Literasi). Serasi diisi dengan kegiatan rutin membaca selama 15 menit sebelum pembelajaran efektif dimulai. Sesuai dengan prinsip-prinsip Kegiatan Pembiasan, maka bahan bacaan yang digunakan adalah buku-buku nonpelajaran yang tersedia di perpustakaan madrasah dan atau yang dibawa sendiri oleh peserta didik dari rumahnya. Pada praktik nyata pelaksanaannya, antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya kerap bertukar buku-buku yang telah selesai dibacanya.

Pada pertemuan Serasi berikutnya, prinsipnya juga sama, tetapi ada beberapa tambahan inovasi kegiatan, antara lain: menceritakan kembali isi buku secara singkat oleh peserta didik, ada penampilan membaca puisi oleh pendidik, dan penampilan drama kolaborasi antara peserta didik dan pendidik. Itulah inovasi TLM dalam Kegiatan Pembiasaan pada saat itu, yang kemudian laporan kegiatannya telah dituangkan buku Best Practice 3 Kegiatan Utama Gerakan Literasi Madrasah.

Inovasi TLM dalam Kegiatan Pembiasaan di atas dilanjutkan pada kegiatan kedua, yaitu kegiatan Pengembangan. Pada kegiatan ini, TLM memegang teguh prinsip-prinsip yang diberikan GLS, yakni “Dalam tahap Pengembangan, peserta didik didorong untuk menunjukkan keterlibatan pikiran dan emosinya dengan proses membaca melalui kegiatan produktif secara lisan maupun tulisan. Perlu dipahami bahwa kegiatan produktif ini tidak dinilai secara akademik.” (Kemdikbud, 2017, hal. 18).

Berdasarkan prinsip tersebut, inovasi yang telah dilakukan oleh TLM , antara lain: (1) pembentukan Duper; (2) menghadirkan program Perpustakaan Sepeda Pancal atau dikenal dengan istilah Puspancal; (3) menjalin kerja sama dengan beberapa SD/MI terdekat untuk pelaksanaan kegiatan Puspancal (lihat lampiran 1); (4) menjalin komunikasi dan kerja sama juga dengan pihak Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota dan Kabupaten Pasuruan; dan yang terakhir (5) penerbitan buku antologi pendidik dan peserta didik.

Kegiatan utama GLS yang terakhir adalah Kegiatan Pembelajaran. Pada prinsipnya, Kemendikb (2017) menjelaskan bahwa strategi literasi harus dipraktikkan dalam proses pembelajaran di semua mata pelajaran. Dalam hal ini, TLM telah melakukan sosialisasi, diseminasi, dan praktik pelaksanaan strategi literasi dalam pembelajaran di dalam kelas ke seluruh pendidik di madrasah ini.

Salah satu pendidik telah berhasil mempraktikkan strategi literasi dalam pembelajaran dan menindaklanjuti dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil dari PTK ini telah dilaporkan oleh pendidik tersebut secara resmi kepada pihak madrasah dan pihak SEAMEO Qitep in Language sebagai pihak pemberi hibah penelitian tindakan kelas. Adapun judul penelitiannya adalah Penggunaan SLIPIS (Strategi Literasi Dan Pengatur Grafis) untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Aras Tinggi Siswa dalam Membaca Teks Naratif Di MTsN 6 Pasuruan (Ariadi, 2018).

Inovasi TLM Ketika Pandemi Covid-19

Di kala pandemi Covid-19 berdampak pada perubahan proses pembelajaran dari pertemuan tatap muka ke pertemuan tatap maya, TLM pun berusaha menyesuaikan pelaksanaan kegiatan literasinya agar bisa tetap dijalankan. Beberapa kegiatan yang sifatnya luring diupayakan beralih ke daring dengan kualitas kontennya harus lebih baik. Maka, 3 kegiatan utama literasi; Kegiatan Pembiasaan, Kegiatan Pengembangan, dan Kegiatan Pembelajaran, mulai mendapatkan sentuhan inovasi untuk dilaksanakan secara daring. Tentunya, inovasi yang berhasil diimplementasikan tersebut sesuai dengan kemampuan TLM dan juga keterbatasan yang dimiliki.

Perubahan yang paling menonjol adalah model pertemuan tatap muka berubah menjadi pertemuan tatap maya. Perubahan ini juga berdampak pada alat dan teknologi yang digunakan serta produk yang dihasilkan. Alat dan teknologi yang digunakan lebih banyak menggunakan gawai, laptop, kamera, dan lain-lain, serta aplikasi digital yang berkaitan. Demikian pula, produk yang dikreasikan dan dihasilkan lebih banyak berupa fail gambar berkarakter JPG atau PDF, seperti: poster, video pendek, vlog, dan lain-lain.

Strategi TLM Melejitkan Aras Literasi Peserta Didik Selama Pandemi Covid-19

Strategi TLM dalam melejitkan aras literasi peserta didik di MTsN 6 Pasuruan dilaksanakan berkelindan dengan inovasi program literasinya. Aras literasi peserta didik penting untuk segera ditingkatkan bersamaan dengan program pemerintah tentang Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan peringkat PISA Indonesia.

Dalam kegiatan AKM untuk jenjang MTs, ada 2 aspek yang diukur, yaitu literasi dan numerasi. Untuk peringkat PISA terbaru di tahun 2018, Indonesia masih berada di peringkat 62 dari 70 negara di dunia yang mengikuti PISA (Pusat Penilaian Pendidikan, 2019). Itu artinya tingkat literasi peserta didik di negeri ini masih rendah. Oleh karenanya, inovasi program literasi yang telah dan sedang dilakukan oleh TLM dimaksudkan untuk meningkatkan aras literasi peserta didik dijabarkan sebagai berikut.

Strategi TLM dalam melejitkan aras literasi peserta didik di MTsN 6 Pasuruan dilaksanakan berkelindan dengan inovasi program literasinya. Inovasi program literasi yang telah dan sedang dilakukan oleh TLM dijabarkan sebagai berikut.

1. JIBAKU (Wajib Baca Buku)

JIBAKU merupakan program wajib yang dijalankan TLM secara masif untuk seluruh peserta didik (baca lampiran 2). Semua siswa berkewajiban membaca buku-buku nonpelajaran yang telah ditentukan oleh TLM. Buku-buku nonpelajaran yang disediakan tersebut diunduh dari  laman Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Tiap jenjang memiliki target judul buku yang berbeda.

JIBAKU dilaksanakan setiap hari selama 15 menit dan dipraktikkan sebelum pembelajaran dimulai. Setelah melaksanakan salat Duha berjemaah (pukul 07.00-07.15), semua peserta didik masuk kelas dan membaca buku nonpelajaran yang telah diberikan (pukul 07.15-07.30). Jadi, kegiatan literasi Pembiasaan 15 menit membaca telah menjadi program wajib dan menjadi kegiatan intrakurikuler di madrasah ini. Adapun tangkapan layar jadwal pelajaran yang di dalamnya telah ada penerapan 15 menit membaca ada di lampiran 5.

Pada semester ini, kegiatan Pembiasaan ini semakin diperkuat dengan program JIBAKU. Artinya madrasah secara resmi mewajibkan semua peserta didik selesai membaca 1 buku nonpelajaran dalam satu bulan. Pada semester ganjil ini, semua siswa ditargetkan mengkhatamkan 5 buku nonpelajaran, sehingga dalam satu tahun selesai membaca 10 buku nonpelajaran dan dalam tiga tahun belajar di madrasah sudah memiliki bekal dan prestasi membaca sebanyak 30 buku nonpelajaran.

Tidak hanya terus memperkuat program kegiatan membaca peserta didik secara lebih terstruktur, sistematis, dan masif, kegiatan menulis pun setali tiga uang. Untuk melejitkan aras literasi menulis peserta didik, TLM menerapkan strategi pemberian lembar JIBAKU. Lembaran ini merupakan lembar pengatur grafis yang menjadi tagihan tertulis untuk seluruh peserta didik setelah menyelesaikan proses membaca buku nonpelajaran yang ditentukan. Penelitian tentang efektivitas lembar pengatur grafis dilakukan oleh Sriwulandari (2020). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa setelah diberikan lembar pengatur grafis ada peningkatan kemampuan berpikir kritis dan responsnya lebih positif dari sebelumnya.

Kualitas isi tulisan lembar JIBAKU dari tiap-tiap peserta didik menggambarkan seberapa jauh pemahaman dan aras literasi mereka terhadap apa yang telah dibacanya. Di akhir tahun pelajaran nanti, jumlah lembar JIBAKU yang diisi dan dikumpulkan sama dengan jumlah buku nonpelajaran yang dibacanya. Pada saat laporan ini disusun, peserta didik baru selesai membaca satu judul buku nonpelajaran dan mengumpulkan lembar JIBAKU-nya. Contoh kreativitas peserta didik dalam mengisi lembar JIBAKU-nya ada di lampiran 6.

2. TABA (Tadarus Bahasa)

TABA merupakan salah satu program Pengembangan kegiatan literasi yang dijalankan oleh semua anggota Duper. Kegiatan ini berupa pembuatan video yang kontennya adalah tentang penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di ruang publik sesuai Kamu Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbaru (baca lampiran 3). Konten ejaan yang disajikan berkaitan dengan peristiwa aktual yang terjadi saat itu. Misalnya: ejaan yang dipilih takjil, sahur, azan, dan lain-lain, tentunya karena pada saat itu sedang bulan Ramadan. Kegiatan ini menyasar pada peningkatan literasi digital dan literasi berbahasanya.

Dengan strategi ini, anggota Duper yang semula belum pernah membuat video dan berbicara di depan kamera, sekarang menjadi lebih berani, percaya diri, kreatif, dan mampu menghasilkan karya digital yang sesuai dengan masa kekinian. Demikian pula literasi bahasa Indonesia mereka menjadi lebih baik, bisa membedakan kata baku dan tidak baku, dan lebih memahami penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Untuk memotivasi anggota Duper, TLM dan beberapa pendidik pun melakukan hal yang sama. Nama program yang disematkan adalah Permata (Pendidik Berbagi Motivasi dan Cerita). Dengan program ini, anggota TLM dan pendidik juga mampu meningkatkan literasi digital dan literasi berbahasanya.

Strategi ini dijalankan oleh TLM untuk meningkatkan aras literasi peserta didik dalam memahami berbagai bentuk teks. Teks yang diulas antara lain: teks lirik lagu, teks cerita fiksi pendek, dan lain-lain. Hasil dari literasi multiteks yang dikemas dalam literasi digital berupa video ini kemudian diviralkan ke grup WA semua kelas sehingga peserta didik mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang positif tentang makna sebuah teks. Tentunya, tidak lupa diselipkan pesan-pesan motivasi merujuk pada teks yang disampaikan.

3. SIGASA (Siswa Penjaga Bahasa)

Strategi berikutnya adalah SIGASA. Program ini secara ide memiliki tujuan sama dengan TABA, yaitu mengkampanyekan sikap acuh terhadap penggunaan ejaan bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari, khususnya di media sosial WA (lihat lampiran 4). Hal ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kesalahan ejaan yang ditulis oleh peserta didik maupun pendidik dalam berkomunikasi secara tertulis di grup WA, yang itu bisa jadi dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja atau bahkan tidak tahu mana yang benar dan yang salah.

Penelitian tentang kepedulian terhadap bahasa Indonesia dilakukan oleh Sunaryo (2018). Dalam penelitiaanya dinyatakan bahwa generasi muda di Jawa memiliki sikap negatif terhadap bahasa Jawa dan tak acuh terhadap bahasa Indonesia, serta tidak bangga terhadap bahasa Indonesia. Kondisi seperti ini tentunya sangat memprihatinkan.

Oleh karenanya, TLM dan Duper sebagai garda depan penggerak literasi merasa prihatin dan perlu mengambil langkah strategis untuk mengurangi kesalahan penulisan ejaan bahasa Indonesia. Jika hal ini dibiarkan, maka bukan mustahil bahasa Indonesia akan kehilangan martabatnya di tangan pemiliknya sendiri.

Di sisi lain, beberapa negara di luar negeri semakin gencar menyelenggarakan kelas-kelas bahasa Indonesia untuk warganya yang ingin belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ironis, manakala ditemui orang asing lebih paham tata bahasa Indonesia daripada orang Indonesia sendiri.

Perbedaan TABA dan SIGASA hanya dalam kemasan penyampaian kontennya. Jika TABA dalam bentuk video, sedangkan SIGASA dalam bentuk tulisan. SIGASA dilakukan secara rutin, satu minggu sekali, dan dilaksanakan tiap hari Sabtu. Dalam program ini, seluruh anggota Duper mendapat kesempatan secara berkelompok untuk menyampaikan teks kampanye penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang benar. Penyampaian dilakukan secara masif ke semua grup kelas.

Program ini menyasar pada kesalahan-kesalahan ejaan atau pilihan kata yang sering tidak tepat digunakan dalam komunikasi tertulis sehari-hari di madrasah ini. Anggota Duper dengan bimbingan TLM membidik kata-kata yang sering salah digunakan lalu diberikan koreksinya. Dengan kegiatan ini, diharapkan anggota Duper memiliki rasa kebanggaan yang kuat sebagai salah satu penjaga bahasanya sendiri.

Demikian pula, semua peserta didik dan pendidik yang membaca kampanye ini menjadi tersadar bahwa kata-kata yang digunakan selama ini belum sesuai dengan aturan berbahasa yang baik dan benar. Pada akhirnya, strategi ini mampu meningkatkan aras literasi berbahasa dan rasa nasionalisme sebagai warga negara yang baik. Peserta didik dan pendidik menjadi lebih acuh dan peka pada bahasanya sendiri.

Strategi TLM Meningkatkan Prestasi Duper Selama Pandemi Covid-19

Kegiatan literasi antarsiswa | Sumber: Dok. pribadi

Strategi TLM dalam meningkatkan prestasi anggota Duper selama pandemi Covid-19 dilakukan dengan cara mencarikan dan memberikan informasi lomba atau kompetisi yang sesuai dengan jenjang kelas, kemampuan, dan keterkaitan dengan kegiatan literasi. Tidak sekadar memberikan informasi, tetapi setelah dipastikan mengikuti lomba atau kompetisi yang dipilih, TLM memberikan bimbingan intensif yang dilakukan secara luring dan daring. Berikut ini beberapa lomba atau kompetisi yang telah diikuti oleh anggota Duper di sepanjang tahun 2021 dan deretan prestasi yang berhasil diraih di bidang akademik maupun nonakademik.

Bukti fisik berupa dokumen piagam atau sertifikat atau surat resmi, dan lain-lain dari beberapa prestasi di atas ada di lampiran 7. Capaian prestasi Duper diyakini merupakan bagian dari digulirkannya proses tiga kegiatan utama literasi (Pembiasaan, Pengembangan, dan Pembelajaran) yang terstruktur, sistematis, dan masif di madrasah ini.

Aras berpikir peserta didik yang semula berorientasi pada pola berpikir tingkat rendah, sekarang menjadi lebih kreatif dan kritis. Pola berpikir yang seperti inilah yang dibutuhkan dan digunakan oleh anggota Duper dalam bersaing dan berkompetisi dalam berbagai macam lomba atau kompetisi yang diikuti, baik di level lokal hingga level internasional. Bidang prestasi yang diraih pun memenuhi unsur bidang akademik dan nonakademik. Jadi, inilah strategi yang telah dilaksanakan oleh TLM untuk meningkatkan prestasi anggota Duper selama pandemi Covid-19.

Rangkain cerita di atas telah menggambarkan dengan jelah bagaimana inovasi dan strategi TLM dalam menjalankan program atau kegiatan literasi di madrasah selama pandemi. Perubahan signifikan produk atau karya yang dihasilkan oleh TLM dan Duper adalah perubahan dari produk literasi nondigital beralih ke produk literasi digital. Dengan perubahan itu, penulis menyimpulkan bahwa aras literasi pendidik dan peserta didik di madrasah ini menunjukkan adanya peningkatan.

Terlebih lagi, anggota Duper menjadi lebih berprestasi dalam beberapa lomba atau kompetisi yang dihelat secara daring baik di lingkup lokal maupun internasional. Tentunya, perubahan yang dihasilkan merupakan efek dari praktik baik 3 kegiatan utama GLS (Pembiasaan, Pengembangan, dan Pembelajaran) yang telah diberikan sentuhan inovasi dan strategi dari TLM. Dampak akhir yang ditimbulkan dari praktik baik ini adalah pemulihan learning loss peserta didik.

Dengan kualitas proses strategi literasi yang baik yang menyentuh prestasi bidang akademik dan nonakademik, bukan mustahil semangat belajar, kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif peserta didik lambat laun kembali seperti sebelum pandemi. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan pada sekolah atau madrasah di mana pun berada untuk menjadikan GLS/GLM sebagai program unggulan untuk meningkatkan aras literasi dan prestasi peserta didik serta mempercepat pemulihan learning loss-nya.